PROMISE XII

438 59 3
                                    

Di rumah sederhana itu, tidak ada satupun yang mengeluarkan suara. Mentari telah berada di ujung langit beberapa waktu lalu, pertanda saat ini sudah tidak pagi lagi. Dua pria yang tengah tertidur di atas sofa bersama, bahkan belum tersadar dari tidurnya sementara waktu terus berjalan.

Sampai akhirnya salah satu dari mereka kemudian perlahan membuka mata. Wooyoung yang pertama bangun kala itu. Ketika terbangun, dia mendapati Yeosang sedang membelakanginya. Dia masih tidak punya tenaga untuk menganggu pria itu mengingat Yeosang tertidur dengan pulas.

Wooyoung memutuskan untuk bangun dan akan merapikan rumah. Dia akan melakukan hal itu hari ini saja dan untuk selanjutnya, Yeosang yang akan mengurusnya. Wooyoung memulai dengan membersihkan kamar Yeosang yang lembab karena hujan deras semalam. Dia mengepel bagian yang basah dan menjemur kain basah itu di luar rumah. Hari ini cukup cerah pikirnya.

Setelah itu, Wooyoung melanjutkan kembali ke kamar Yeosang untuk menata barang-barang yang berserakan di atas kasur. Wooyoung juga mengganti seprai dan selimut di kamar Yeosang.

Kenapa aku harus repot-repot begini?

Seperti ada sesuatu yang mendorong pria itu untuk membersihkan kamar Yeosang sebelum dia bangun. Wooyoung berjalan dengan membawa buku serta map plastik untuk dia susun di atas meja. Namun sesuatu mengganjal kaki kanannya hingga buku dan berkas lainnya berserakan kembali di lantai.

Dia kembali mengambil buku dan berkas di dalam map untuk disusun kembali. Tapi ada satu kertas yang mengalihkan perhatian Wooyoung saat itu. Dia menarik kertas lusuh itu untuk dia baca di atas kasur.

Akta Kelahiran

Wooyoung melihat akta kelahiran yang dia sangka adalah milik Yeosang. Namun dia salah, akta itu adalah milik Wooyoung. Matanya dengan teliti memperhatikan tahun kelahiran dan juga nama orang tua di kertas lusuh tersebut. Dia terhenti lalu menjatuhkan kertas itu ke lantai ketika Wooyoung tau bahwa nama orang tua di akta kelahirannya berbeda.

"A-apa-apaan ini" batinnya seakan menjerit serta kebingungan menyelimuti seluruh tubuhnya.

"Ini tidak mungkin" dia menggigit jari telunjuknya. Di waktu yang sama, Yeosang masuk ke dalam kamar. Yeosang tertegun ketika melihat Wooyoung yang terlihat kebingungan. Dia berjalan mendekati Wooyoung untuk bertanya namun pria itu menghindar.

"Wooyoung, kenapa?" tanya Yeosang. Dia melihat kertas lusuh bertuliskan "akta" sudah tergeletak di bawah lantai. Yeosang membulatkan kedua matanya dan dengan cepat mengambil akta itu.

"Dimana kau menemukan ini?!"

"Apa yang sebenarnya terjadi, Yeosang?" tanya Wooyoung kembali. Yeosang tampak kebingungan untuk menjawab itu. Dia berusaha menenangkan Wooyoung yang terlihat cemas.

"Tenangkan dirimu, okay? Kita akan bicarakan hal ini nanti" Yeosang terbata-bata menenangkan Wooyoung. Wooyoung melepaskan tangan Yeosang yang memegang pundaknya keras.

"Apa yang kau sembunyikan dariku selama ini, Kang Yeosang?!" Wooyoung meninggikan suaranya pada Yeosang. Nafasnya terengah-engah seraya menanti jawaban dari pria yang menjadi lawan bicaranya.

"Wooyoung, aku mohon tenangkan dirimu. A-aku bisa menjelaskannya tapi bisakah kau tenang lebih dulu?" tidak berbeda dari Wooyoung, nafas Yeosang terengah-engah kala itu. Di lain sisi, dia juga merasa tertekan karena rahasia yang dia pegang selama bertahun-tahun harus terbongkar di saat seperti ini.

•••
(2 Januari 2000)

Ibu Kang tengah terbaring lemas di atas ranjang rumah sakit milik militer yang ada di kota kecil mereka, Anyang. Dia menderita penyakit ginjal sudah hampir 5 tahun lamanya. Penyakit itu sudah merembet ke organ tubuh lainnya, hingga dia harus mencuci darah dari 1 bulan sekali menjadi 3 kali dalam 1 minggu. Penghasilannya tidak cukup lagi untuk membayar pengobatan saat itu. Dia bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah keluarga Jung dan gajinya akan selalu habis untuk pengobatan.

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang