PROMISE V

526 67 2
                                    

Hujan semakin deras membasahi kota kecil itu. Kota kecil bernama Gwangju yang menyimpan banyak kenangan pahit juga indah di dalamnya bagi setiap penghuni. Tidak terkecuali Wooyoung dan Yeosang. Selama bertahun-tahun, mereka hidup bersama di Kota kecil itu dengan secarik mimpi yang ada.

Wooyoung bercita-cita menjadi pemain sepak bola di masa depan sedangkan Yeosang, dia hanya ingin hidup dengan orang yang dia kasihi. Sederhana namun penuh makna. Itu lah kalimat yang pantas diberikan untuk pria dengan nama Kang Yeosang.

Saat ini, Yeosang kembali bersyukur tat kala hujan tengah membasahi kota kecil mereka namun persediaan makanan sudah siap. Dia tidak perlu berjalan ke swalayan lagi hari ini karena kemarin sebelum hujan, dia telah menyiapkan semuanya.

Suara gemuruh hujan kian menghantam telinganya. Berkali-kali dia berusaha menahan tubuhnya untuk tidak kaget namun selalu saja berakhir dengan teriakan keras darinya.

"Kau sedang apa, sih?" Wooyoung menyandarkan tubuhnya dan melipat kedua tangannya di atas dada.

"Sarapan" Wooyoung terkikik geli lalu berjalan mendekati Yeosang. Dia menyimpan seluruh bahan makanan ke dalam lemari pendingin dan juga merampas daun bawang di tangan Yeosang. Yeosang melihatnya seakan benar-benar ingin membunuh Wooyoung.

"Apa yang kau lakukan?" dengan pisau yang masih di tangan kanannya.

"Kau tidak perlu memasak sarapan. Aku sudah pesan makan dan sudah datang" kata Wooyoung meraih pisau di tangan Yeosang lalu meletakannya di tempat semula.

"Ayo makan!" Wooyoung mengajak Yeosang dengan antuasis.

Ada apa dengannya?...

•••

"Wah! Kau membeli banyak sekali, siapa yang akan habiskan semua ini?" kata Yeosang melihat kantung plastik yang berisikan ayam goreng dengan bumbu pedas.

"Tentu saja kau" Yeosang menatap Wooyoung sinis kemudian membantunya membuka plastik yang tergeletak di atas meja.

"Besok aku ikut pertandingan sepak bola" Wooyoung memecah ketenangan di antara mereka. Yeosang meliriknya sekilas dengan alis yang dia naikkan salah satunya. Sembari mengunyah, Yeosang mencari tisu untuk men-lap bibirnya yang dipenuhi dengan bumbu pedas.

"Kau masih berada di club sepak bola itu rupanya"

Wooyoung mengangguk dan menghela nafas berat.

"Aku pikir kau sudah berhenti dari sana" Wooyoung diam tidak merespon perkataan Yeosang saat itu.

Yeosang sedikit kecewa dan juga takut ketika dia mendengar Wooyoung masih berada di club tersebut. Dulu, hampir setiap hari Yeosang mengobati luka pada punggung Wooyoung dan juga pergelangan kakinya. Luka itu bukan karena Wooyoung terjatuh atau semacamnya. Mereka yang Wooyoung anggap rekan satu club sepak bola, selalu memukulnya karena Wooyoung adalah anak baru kala itu.

"Mereka sudah tidak memukulku. Semua sudah berlalu" ujar Wooyoung membuyarkan lamunan Yeosang.

"Kami sudah mengganti pelatih dan orang-orang itu tidak bisa macam-macam denganku lagi" Wooyoung terkekeh pelan berusaha meyakinkan Yeosang.

"Jadi, besok kau akan datang kan?" Yeosang menghela nafasnya berat, lalu menaruh tulang ayam di tangannya ke tempat sampah.

"Lihat besok"

•••

Wooyoung menarik kaus kakinya sampai ke ujung pergelangan kaki. Hari ini tampak lebih baik dibanding kemarin karena sudah tidak hujan. Wooyoung tengah bersiap-siap untuk pergi ke stadion. Pertandingan kali ini, tim Wooyoung akan melawan club yang tidak kalah hebat darinya.

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang