PROMISE XX (END)

646 66 19
                                    

Senja telah berganti dengan langit hitam dimana bintang berhamburan di sana. Selain itu, cahaya bulan dan lampu dari perumahan kota kecil itu juga tidak ingin kalah. Keduanya saling beradu "siapa yang paling terang" namun pada akhirnya, kota dengan penduduk yang tidak sedikit itu lebih memancarkan cahaya hingga membuat kota terlihat terang benderang.

Saat ini adalah waktu penduduk kota selesai bekerja dan kembali ke rumah. Orang-orang lebih memilih untuk berjalan kaki menuju rumah dibanding menggunakan kendaraan umum, tidak terkecuali 2 insan yang  tengah berjalan bersama di bawah cahaya bulan. Wooyoung dan Yeosang baru saja pulang dari toko bunga sejak pagi hari memulai untuk membersihkan toko bunga yang terbakar. Toko milik Yeosang sudah lebih rapi dibanding saat pertama dia melihat toko itu. Dia masih tidak punya rencana apapun untuk melakukan renovasi atau menjual tanah toko. Mungkin di lain waktu dia akan memikirkannya.

Di perjalanan pulang, salah satu dari mereka membawa kantong pelastik besar yang berisikan bahan makanan serta sedikit peralatan olahraga. Setelah membersihkan toko, mereka memutuskan untuk membeli keperluan rumah dan alat olahraga mengingat besok adalah hari pertama Wooyoung bertanding sebagai pemain nasional.

"Aku masih tidak percaya kau terpilih menjadi pemain nasional" kata Yeosang di sela-sela perjalanan.

"Kau terlalu meremehkanku sih" Wooyoung berkata ketus. Yeosang tertawa pelan di sampingnya lalu memberikan kantong pelastik besar pada Wooyoung.

"Sebetulnya aku dan beberapa temanku masih dalam masa percobaan. Aku bisa saja diberhentikan dari pemain nasional jika aku melanggar aturan mereka. Hm tapi setidaknya meskipun dalam masa percobaan kami sudah diberikan kompensasi" sambung Wooyoung.

"Aku tidak tanya" Yeosang meledek Wooyoung dan membuat pria itu melebarkan matanya kesal.

"Tidak tidak, aku bercanda. Apa Choi San juga terpilih?" tanya Yeosang.

"Hah, lihatlah pria ini! Bahkan kau masih bisa bertanya soal Choi San? Tidak bisa dipercaya"

"Aku hanya bertanya"

"Kau kan bisa tanya yang lainnya. Teman-temanku bukan hanya Choi San, kau tahu" Wooyoung menjawab dengan nada menyindir dan sarkastik.

"Oh kau punya teman? Siapa orang yang dengan sukarela berteman dengan pria bodoh sepertimu" Yeosang semakin mengejek Wooyoung.

"Jadi Choi San terpilih atau tidak?!" tanya Yeosang sekali lagi pada Wooyoung.

"Ya! Dia terpilih, kami berdua terpilih sebagai pemain nasional. Sudah puas belum?" Yeosang tersenyum lebar ketika mendengar Wooyoung menekan setiap perkataannya. Itu berarti Yeosang berhasil mengganggu Wooyoung.

Wooyoung benar-benar lucu.

Percakapan mereka terhenti ketika sudah sampai di rumah dengan lampu yang masih tidak menyala. Wooyoung membuka pintu dan Yeosang menghidupkan lampu teras rumah. Yeosang tidak langsung mandi karena harus merapikan bahan makanan yang sudah mereka beli di dapur. Berbeda dengan Wooyoug yang lebih dulu mandi karena sejak di perjalanan dia mengeluh kulitnya terasa gatal.

"Wooyoung! Letakan bajumu di luar, aku akan meloundry baju" teriak Yeosang dari arah dapur pada Wooyoung yang sudah masuk ke dalam kamar mandi. Tidak ada jawaban dari Wooyoung hingga Yeosang harus menyusulnya.

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang