CHAPTER I

2.1K 175 25
                                    

"HYAAHH!"

Seruan tersebut membuat seekor kuda bewarna hitam mempercepat laju larinya. Hal ini membuat si penunggang berseru senang ketika kuda yang ia tunggangi mulai memasuki area lembah. Serta di sisi kiri terdapat sungai yang membentang luas, ditambah udara pagi yang berhembus membuat si penunggang seperti di surga.

Jangan lupakan langkah yang ditimbulkan si kuda membuat para burung camar yang sedang bersantai di rerumputan merasa terganggu, sehingga membuat burung-burung itu mulai terbang ke angkasa, membentuk formasi tak beraturan, namun justru terlihat sangat indah.

"WOHOOOO!"

Lagi-lagi si penunggang berseru senang dengan pemandangan tersebut. Ia adalah putra dari raja Yifan dan ratu Victoria—pangeran Sicheng, yang memiliki julukan Prince Of Arrow karena keahliannya dalam memanah. Jangan lupakan dengan wajahnya yang hampir mendekati kata sempurna, tampan dan cantik menjadi satu di wajahnya.

Sicheng tidak sendirian, tepat di belakangnya menyusul pangeran Jaehyun—sang sepupu dengan kuda bewarna putih yang ditungganginya. Kemanapun Sicheng pergi, yang menemani dirinya selalu pangeran Jaehyun. Ia sangat dilarang bepergian bersama pria lain karena suatu alasan. Disamping itu karena Jaehyun sangat dekat dengan Sicheng sejak kecil.

Tidak ada satupun pengawal yang menemani mereka, itu karena memang Sicheng yang meminta. Hari ini ia dan Jaehyun akan melakukan latihan, tempatnya ada di dalam hutan, jaraknya tinggal 5 menit lagi dari lembah mereka berada. Untuk alasan mengapa tidak ada satupun pengawal, itu karena Sicheng ingin bebas, Sicheng tidak suka jika kegiatan pribadinya ada yang mengawasi.

"Sepertinya kita harus meletakkan Willow dan Callus disini." Ucap Jaehyun pada Sicheng, ia telah memberhentikan langkah kudanya.

"Memangnya kenapa?" Sicheng menoleh ke kanan dan kiri, tidak ada tanda yang ingin membahayakan kudanya dan juga kuda Jaehyun. Ini aneh, tidak mungkin jika Jaehyun ingin berjalan kaki dengan alasan agar berat badannya turun.

Jaehyun tertawa, ekspresi sepupunya sangat tidak santai. "Willow sudah tua Sicheng, dia tidak seperti kudamu. Langkahnya sudah lambat, itu sebabnya aku tertinggal jauh tadi." Ucapnya seraya mengusap kepala kudanya.

"Aahh, baiklah kalau begitu."

Sicheng menyetujui perkataan Jaehyun, ia turun dari kudanya dan membawa kuda tersebut di bawah pohon yang rindang. Tak lupa sebelum pergi, Sicheng selalu memperingatkan kudanya untuk tidak nakal, persis seperti mengingatkan manusia.

Setelah itu Sicheng dan Jaehyun melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Butuh waktu sedikit lama bagi mereka untuk sampai di tempat berlatih. Jelas, karena mereka tidak memakai kuda, beruntung waktu masih pagi, jadi sinar matahari yang mengenai tubuh mereka tidak terlalu panas.

"Eeww, berantakan sekali!" Sicheng menggerutu saat tiba di tempat latihan, banyak buah cemara yang mengotori area berlatih. Sicheng segera memunguti buah tersebut dan meletakkannya ke meja, yang nanti setelah berlatih ia akan membuang buah tersebut.

"Jangan heran, kemarin hujan sangat deras. Jadi wajar saja jika buah-buah itu berjatuhan." Balas Jaehyun seraya ikut membantu Sicheng memunguti buah cemara.

Kemarin adalah hari yang sangat buruk bagi Sicheng. Hari dimana ia seharusnya pergi kemari untuk berlatih, namun sayangnya hujan deras mengguyur dari pagi hingga sore. Tentu Sicheng sangat kesal, waktu berlatihnya menjadi berkurang menjadi sekali dalam seminggu. Sedangkan besok hingga hari jumat Sicheng tidak bisa lagi kemari, ada kegiatan kerajaan yang harus ia lakukan. Benar-benar menyebalkan!

Setelah memunguti buah cemara, Sicheng mengambil busur serta beberapa anak panah. Sedangkan Jaehyun mengambil pedang, mereka berlatih sesuai dengan keahlian masing-masing.

"Pastikan kau memilih area yang tidak ada pohonnya!" Jaehyun memperingatkan dari jauh dengan sedikit berteriak.

Sicheng hanya memberi acungan jempol pada Jaehyun. Ia segera mengambil posisi dan memfokuskan pandangannya, lalu beberapa detik kemudian satu anak panah menancap dengan tepat di titik merah. Hal ini membuat Sicheng tersenyum puas, Sicheng kembali melesatkan anak panahnya hingga berulang kali mengenai sasaran.

Karena keterusan, Sicheng lupa dengan peringatan Jaehyun. Kedua kakinya terus berjalan ke samping, hingga tiba di sebuah tanda yang telah terdapat panah di titik merahnya. Target Sicheng adalah menembus panah tersebut, dengan percaya diri ia mengarahkan busurnya ke titik merah. Namun saat hendak melesatkan panahnya, satu buah cemara jatuh dan mengenai kepala Sicheng.

"Ouch!"

Stab!

"Mbeekkk!"

Akibatnya bidikan Sicheng meleset, anak panah tersebut mengarah lebih jauh lagi ke dalam hutan. Namun bukan itu yang membuat Sicheng terkejut, tapi jeritan seekor kambing yang terdengar setelah ia melesatkan anak panahnya. Sicheng yakin jika kambing tersebut terkena anak panahnya.

Tanpa banyak bicara Sicheng berlari lebih masuk ke dalam hutan. Jaehyun yang melihat sepupunya berlari juga ikut menyusul, mereka berdua sama-sama mencari keberadaan kambing tersebut. Mereka berharap semoga saja itu kambing gunung, bukan kambing ternak, sehingga masalahnya tidak terlalu besar.

Cukup jauh mereka memasuki hutan, hingga akhirnya mereka menemukan kambing tersebut. Sicheng menghela nafas panik, ia meremas kuat rambutnya. Di leher kambing itu terdapat tali, itu artinya kambing itu adalah kambing ternak. Entah siapa pemiliknya, ia pasti akan sangat marah dan meminta pertanggung jawaban. Beruntungnya, hanya kaki si kambing yang terkena anak panah.

"Sshh.. Tenanglah kawan.." Sicheng mengusap kepala si kambing untuk menenangkannya. Setelah si kambing tenang, ia mencabut anak panah tersebut secara perlahan dari kaki si kambing.

"Bagaimana ini Jaehyun? Kita tidak bisa—"

"HEY! APA YANG KAU LAKUKAN PADA KAMBINGKU?!"

Seorang pria dengan pakaian yang sangat sederhana mendekati Sicheng dan Jaehyun, sepertinya ia lah pemilik dari kambing tersebut. Tatapan matanya yang tajam membuat Sicheng takut, ia tidak bisa melakukan apapun selain berlindung di balik punggung Jaehyun.

Melihat keadaan kambing ternaknya membuat si pria mengerang frustasi. "Aargghh! Apa yang kau lakukan?! Aku.. Aku akan dimarahi pamanku jika membawanya dalam keadaan terluka!"

"Tenanglah kawan, sepupuku tidak sengaja. Biarkan kami yang mengobati kambing milik pamanmu, sebagai rasa bertanggung jawab." Jaehyun membalas ucapan si pria dengan kalimat penenang.

Si pria tertawa sinis. "Memang sudah seharusnya kalian bertanggung jawab kan?"

Setelah rasa takutnya hilang, Sicheng akhirnya bergerak untuk mencari tanaman obat. Sesekali ia menoleh ke belakang, tepatnya menatap si pria. Wajahnya yang begitu tampan membuat Sicheng mengukir senyum tipis, tapi senyum tersebut luntur saat Sicheng mengingat perlakuan si pria padanya tadi, mungkin pria itu cukup kasar.

.

.

.

TBC

Gua masih suka taoris ya guys, cuma karena demi alur cerita, gua buat krisnya jadi straight.  

Rules Number II •yuwin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang