Halin terdiam. Jawaban Ali sangat benar ia seharusnya ia tidak asal menyimpulkan saja namun perasaan marah dan benci di hati Halin pada kakak pertamanya itu sudah ada dan membekas. Ia kadang merasa kasihan pada ibunya yang sering menangis saat malam hari.
"Atau aku akan menyesal... Apa maksudnya?" Tanya Halin
"Maksudnya emmm kan kamu belum tahu yang sebenarnya jadi seperti kisah teman perempuanku. Dia memiliki kekasih yaa namanya tidak perlu tahu mereka sering bertengkar namun saling sayang satu sama lain namun saat sebelum mereka berpacaran teman laki lakinya itu memiliki sebuah penyakit yang merenggut ingatannya dan kau tahu apa penyakitnya? Penyakit yang teman laki laki nya derita adalah Alzheimer dan dia tidak pernah mau memberitahu penyakitnya pada siapapun kecuali orang tuanya. Singkat cerita Alzheimer nya semakin parah dan ia tidak bisa hidup lebih lama lagi namun saat di tengah hujan ia sedang memeluk seorang gadis pendiam yang sudah ia anggap sebagai adiknya dan pacarnya salah paham hingga satu kejadian saat perempuannya dalam ambang kematian, pacarnya menolong dia dan kekasihnya itu membiarkan dirinya terluka agar Alicia tidak terluka dan sebelum saat terakhir nya, ia menjelaskan semuanya dan Alicia menyesal telah asal menyimpulkan kalau yang dipeluk kekasihnya itu adalah seseorang yang sudah ia anggap sebagai adiknya." Jawab Ali
Halin tertegun sungguh ia tidak mau seperti yang di ceritakan nya. Ia tidak mau menyesal, Halin harus mencari kebenaran dan keberadaan kakaknya itu. Ia sungguh berterimakasih pada Ali karena telah menyadarkan nya
"Terimakasih Ali, kau benar tidak seharusnya aku asal menyimpulkan sesuatu yang sebenarnya belum terungkap." Ucap Halin
"Hm, sama sama." Balas Ali singkat namun terdengar sendu
"Kau benar benar tidak apa apa? Apa perkataan ku menyakiti hatimu?" Tanya Halin
"Ah iyaaa hanya saja sedang sakit perut." Jawab Ali dengan penuh dusta
Dari kejauhan ada suara orang yang memanggil mereka berdua
"Halin, Ali sini kejap." Seru Aliya
"Ye mama/makcik."
Halin dan Ali segera menghampiri Aliya. Mereka berdua bingung kenapa ibu memanggil mereka berdua.
"Kenapa ma?" Tanya Halin
"Cepat ganti baju kalian, kita akan bermain di pantai sampai puas." Jawab Aliya
"Pantai? Bermain sepuasnya? OTW!"
Halin dengan cepat pergi ke kamarnya untuk mengganti baju dan meninggalkan Ali dan Aliya yang sedang ber sweatdrop dengan kelakuan anak dan adiknya itu.
"Wah sepertinya sifat tidak sabaran nya menurun dariku hihi." Batin Ali
"Ali, kau pun siap siapa sana." Kata Aliya
Ali mengangguk dan berlari menghampiri Alicia.
"Alice." Seru Ali
Alicia membalikkan badan dan bertanya
"Kenapa?"
"Kau nak pergi ke pantai?" Tanya Ali
"Mau tidak mau sih. Awalnya aku tidak mau tapi Alina memasang tampang memelas terpaksa aku ikut juga." Jawab Alicia
"Nah mumpung kita jadi manusia, bagaimana kalau kita bermain sepuasnya di pantai dan kita melakukan seperti manusia pada umumnya." Usul Ali dengan mata yang berbinar
"Ish kau lupa ke tujuan awal kita menjelma jadi manusia?" Tanya Alicia
"Aku tahu lah tapi waktu kita di dunia manusia cuma sampai jam 12 malam je dan sekarang dah pukul 7 pagi makna nya 17 jam lagi waktu kita di dunia manusia." Jawab Ali
KAMU SEDANG MEMBACA
WAY [Who Are You?]
Novela JuvenilBagaimana jika seandainya Aliya masih hidup dan Aliya kembali pulang ke kediamannya bersama Ghazali dan Ali? Tentu saja itu menjadi hal yang paling menyenangkan bagi Ghazali dan anaknya. Ali kembali ceria dan berpacaran dengan Alicia. Namun Ali tida...