Prolog

22K 1.5K 28
                                    

👋Hallo, apa kabar?

🤗 Terimakasih sudah mau menyempatkan membaca cerita Ica, In Syaa Allah Ica bakal konsisten nulis cerita ini.

🙏Maaf kalau ada typo, tolong dimaklumi

⭐Jangan lupa VOTE dan KOMEN ya

📖Selamat Membaca📖

———————————————

Tidak akan ada yang tahu takdir kehidupan seseorang di masa depan. Seorang peramal sekalipun tidak bisa memastikan 100% apa yang akan kamu alami di masa mendatang. Jadi, percayakan masa depanmu pada Tuhan dan dirimu sendiri.
—Alula Cassiopeia—

oo0oo


🎶Kaulah ibuku ... Cinta kasihku ...🎶
🎶Terimakasih ku ... takkan pernah terhenti ...🎶
🎶Kau bagai matahari ... yang selalu bersinaar ...🎶
🎶Sinari hidupku dengan kehangatanmu ...🎶

Alula menghentikan nyanyiannya saat sampai di depan rumah kecil bercat putih. Gadis berusia 15 tahun itu mengerutkan kening saat melihat mobil mewah berjejer di halaman kontrakannya.

Perasaannya tiba-tiba saja tidak tenang saat melihat beberapa orang berjas hitam berdiri di depan rumahnya. Segera Alula berlari menuju rumahnya. Ia tidak ingin sesuatu terjadi pada wanita yang dicintainya.

"Assalamualaikum, Bunda, Lula pulang," salamnya di ambang pintu. Ia mengabaikan orang-orang berjas hitam itu yang membungkuk hormat padanya. Aneh, ucapnya dalam hati.

"Alula," Luna melangkah mendekat. Ia membiarkan sang putri mencium tangannya. Salah satu kewajiban saat pergi dan pulang dari sekolah.

"Kenapa di luar banyak mobil, Bunda? Bunda baik-baik aja kan? Mereka nggak nyakitin Bunda kan?"

Luna tersenyum kecil mendengar rentetan pertanyaan sang putri. Wanita berkepala tiga itu mengelus surai coklat putrinya yang diturunkan dari sang ayah.

"Ada yang mau ketemu sama kamu, Nak," ucapnya serak.

Alula menatap kedua mata sang Bunda menyelidik. Alula yakin bahwa bundanya habis menangis. Namun, ia tak ingin bertanya macam-macam saat melihat tiga orang yang tengah menatapnya sendu.

"Mereka siapa, Bun?"

"Duduk dulu, Sayang." Luna mengajak sang putri duduk di atas tikar ruang tamu rumahnya. Berhadapan dengan tiga orang yang masih menatap mereka intens. Alula tidak bisa menebak apa yang ada dipikiran mereka. Ia hanya bisa melihat ada raut sendu di wajah ketiga orang yang tidak dikenalnya. Alula jadi yakin jika tadi bundanya habis nangis karena kedatangan mereka.

"Bunda mereka siapa?"

"Coba lihat, apa Lula merasa ada sesuatu pada wajah mereka?" Luna bertanya pelan sambil mengelus surai Alula yang menjadi favoritnya.

Alula menatap Luna sejenak, lantas menatap wanita tua yang tengah menangis dipelukan lelaki berambut putih. Mereka menatapnya sendu dengan derai air mata.

Lalu pandangannya beralih menatap laki-laki paruh baya yang memiliki warna rambut yang sama dengannya, coklat. Keningnya berkerut saat wajah tegas itu terasa familiar. Alula yakin pernah melihatnya, tapi ia lupa dimana melihat wajah itu.

"Om ..." Lula beralih menatap Luna, "Kayaknya Lula pernah lihat om ini deh, Bun, tapi Lula lupa lihat dimana."

Luna tersenyum. "Coba lihat lagi, ingat-ingat Luna pernah lihat dimana."

Spectacular BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang