Hallo, apa kabar?
Ada yang rindu Alula?
Attar?
Alta?
Angkasa?
Starla?
Awan?
Rigel?
Atau Ica?😂
Sesuai janji Ica kemarin buat update 2 chapter sekaligus. Udah ya Ica gak punya utang lagi🤗
Happy Reading guys 📖
15. Hamil?
_______________
Wanita itu menatap benda di tangannya dengan tubuh gemetar hebat. Setetes air mata jatuh dari mata kirinya. Tak lama kemudian disusul dengan isak tangis yang terdengar ditahan.
Tubuhnya meluruh. Terduduk di lantai kamar mandi dengan jantung berdebar kencang. Ingatannya kembali mengingat perkataan laki-laki yang menjadi suaminya.
"Sampai kapanpun aku tak akan menerima mu dan anak-anak sialan itu sebagai istri dan anakku."
"Jalang sepertimu tidak pantas melahirkan anak untukku!"
"Istriku hanya Sarah dan anakku hanya bayi yang dilahirkan oleh Sarah. Bukan kamu atau siapapun."
"Bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang kau sayangi?"
"Aku ingin membuatmu merasakan apa yang aku rasakan!"
"Seharusnya saat aku tau kau hamil aku langsung membunuh mereka!"
"Hahaha bagaimana jika aku menghamilimu lagi? Lalu aku sendiri yang akan membunuh janin sialan itu? Dan begitu seterusnya hingga kau ingin mengakhiri hidupmu sendiri?"
"Bukankah itu menyenangkan?"
"Apa aku harus membunuh dua anak sialan itu sebagai gantinya?"
"Ah, bukankah itu tidak mengasyikan?"
"Lebih baik aku menghamilimu berkali-kali dan membunuh janin itu berkali-kali. Ya! Itu terdengar seru."
Kalimat demi kalimat itu terus terdengar hingga wanita itu menutup kedua telinganya. Bibirnya pucat dengan liquid yang terus mengalir tanpa henti. Tanpa sadar salah satu tangannya mengusap perutnya yang masih rata.
"Aku harus pergi."
°°°°°
Alula melangkah menuju kamarnya dulu saat berada di kontrakan bersama sang bunda. Ruangan yang hanya berisi kasur mini dan satu lemari dua pintu.
"Semoga masih ada, semoga gak ilang," gumam Alula pelan. Namun, masih bisa di dengar Angkasa dan Starla yang berada di dekatnya. Sementara yang lain memilih menunggu di depan rumah.
Berjongkok di depan ranjang dengan tangan terulur ke bawah ranjang. Meraih kotak berbungkus kertas kado bergambar panda.
"Alhamdulillah," gumam Alula senang. Ia memeluk erat kotak itu. Lalu menatap kedua kakaknya.
"Udah ketemu. Yuk, pulang Kak,"
Angkasa mengangkat sebelah alisnya sambil menatap tajam kotak kecil di pelukan adiknya. Beralih menatap wajah Alula yang berbinar cerah lantas mengangguk.
"Btw itu isinya apa La?" tanya Starla berjalan bersisian dengan Alula.
"Ada deh," balas Alula.
Starla mendengus. "Pelit banget sama kakak sendiri. Gitu aja gak mau ngasih tau," cibirnya.
Dahi Alula berkerut. Ia memiringkan kepala menatap wajah Starla. "Ini tuh kotak keramat, Kak. Gak sembarang orang boleh tau," balas Alula tak mau kalah.
"Oh jadi menurut kamu Kakak orang lain? Iya, gitu?"
Alula melangkah ke depan. Menghadang jalan Starla dan Angkasa. "Bukan gitu, Kak," ucapnya panik, takut menyinggung perasaan sang kakak.
"Maksud Lula tuh, nanti, iya nanti. Pasti nanti kalian semua tau kok, tapi gak sekarang." Lanjut Alula cepat. Tak ingin membuat sang kakak salah paham.
Starla memutar bola matanya. "Terserah," lantas berlalu meninggalkan Alula sambil menggandeng lengan Angkasa yang hanya diam.
Sejak tadi mood Angkasa sudah berantakan karena mengetahui ada lelaki yang bisa lebih dekat dengan adiknya daripada dirinya dan keluarganya sendiri.
Apalagi sekarang Alula seperti menyimpan sesuatu dari mereka. Angkasa hanya ingin adiknya bisa terbuka dan tidak menyembunyikan apapun darinya dan keluarganya.
"Udah selesai?" Tanya Senja begitu melihat Starla dan Angkasa keluar disusul dengan Alula.
Angkasa tak menjawab. Dan Starla hanya berdehem pelan sambil mengangguk.
"Udah, Mi," balas Alula menunjukkan kotak di pelukannya.
"Itu isinya apa, Dek?" Tanya Alta.
Alula tersenyum. "Ada deh," balasnya.
Dahi Alta berkerut tak suka. "Oh, main rahasia-rahasiaan ya kamu?"
"Iya tuh, Kak. Kami aja tadi gak boleh liat isinya apaan," timpal Starla masih kesal.
"Kan privasi, Kak La," bela Alula pada dirinya sendiri.
"Halah sama sodara aja pake privasi-privasi segala," balas Starla tak mau kalah. Ia tak terima jika saudara perempuan satu-satunya memiliki rahasia lain darinya.
Mendengar ucapan Starla membuat Alula menatap nanar kotak di dekapannya. Ia merasa bersalah pada mereka, tapi ia juga tidak bisa memberitahu pada siapapun isi kotak di dalamnya. Bahkan Luna yang merawatnya sejak kecil saja tidak tahu menahu apa isi kotak yang ia simpan.
"Sudah-sudah. Starla, Alta semuanya maafin Lula ya, Nak. Bukan cuma kalian kok, Bunda aja gak dibolehin tahu apa isi kotak itu. Nanti kalo waktunya tiba, Bunda yakin Alula bakal ngasih tahu kita," jelas Luna.
Kemudian ia menatap putrinya. "Benar kan Lula?" Alula hanya mengangguk sebagai balasan.
"Hm, ya udah deh. Awas kalo kamu gak ngasi tau. Kakak gak mau ngmong sama kamu lagi," ucap Starla dengan ancaman di akhir kalimat.
Alula mendongak. Menatap para kakaknya yang tengah tersenyum. "Pasti." Jawab Alula yakin.
"Udah ah, pulang yuk. Mami udah gak sabar pengin makan bakwan jagung buatan bunda," ucap Senja tiba-tiba. Sejak tadi wanita itu hanya terdiam sambil melihat-lihat isi plastik yang berisi jagung.
Ucapan Senja sontak membuat para lelaki mengernyitkan dahinya.
"Bukannya Mami gak suka bakwan jagung ya?" tanya Awan mewakili para saudaranya. Mereka sabar menunggu Senja yang hanya tersenyum sambil mengelus perut ratanya.
"Calon adek kalian yang lagi ngidam," jawab Senja polos menatap pada anak-anaknya yang mulai berteriak kompak setelah mendengar jawabannya.
"Mami, hamil?"
*****
Published,
Minggu, 1 Agustus 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Spectacular Brother
Ficção AdolescenteTerbiasa hidup berdua bersama sang bunda selama 15 tahun membuat Alula Cassiopeia menjadi gadis mandiri dan energik. Tak pernah menekan sang bunda agar memiliki keluarga sempurna. Cukup hanya dirinya dan ibunda tercinta mampu membuat Alula bahagia...