Chapter 19

7.5K 752 31
                                    

👋Hallo, apa kabar?

😂Ada yang kangen Ica gak?

🤗Atau kangen Spectacular Brother?

☝️Yang nunggu Spectacular Brother update cung☝️

📖Selamat Membaca📖

_______________

Gadis cilik itu menangis histeris saat melihat tubuh orangtuanya bersimbah darah. Ia baru saja pulang dari sekolah dan melihat rumahnya berantakan. Gadis berseragam merah putih itu langsung berlari mencari keberadaan orangtuanya. Dan benar saja. Mereka sudah pergi dengan beberapa luka tusukan.

"Papa! Mama!"

"Pa, jangan tinggalin Ai, Pa!

"Mama bangun Ma!"

"Mama papa hikss ... bangun, hiks ... jangan tinggalin Ai Ma, Pa,"

"Ai mohon jangan tinggalin Ai Ma, Pa,"

Gadis cilik itu memeluk tubuh kedua orangtuanya. Tak peduli jika seragam sekolah terkena noda darah. Ia meratapi kematian orangtuanya yang tragis.

Tak lama kemudian para tetangga berbondong-bondong menghampiri rumah bercat putih gading itu. Mereka tampak terkejut melihat putri bungsu tetangganya menangisi kedua orangtuanya yang tergeletak bersimbah darah. Mereka tak melihat putri sulung dari pasangan harmonis itu.

"Ai," panggil wanita paruh baya sambil memeluk tubuh gemetar Ai.

"Ai, sama Budhe dulu ya? Biar mama sama papa Ai bisa dimakamkan ya, Nak?"

Ai menggeleng. Gadis malang itu kembali memeluk tubuh orang tuanya. "Gak. Gak boleh. Mama sama papa gak boleh pergi!" Raungnya tak terima.

Hatinya sangat sesak saat satu-satunya keluarga yang ia punya telah pergi. Belum lama ia dan keluarganya ditinggal pergi sang kakak. Dan sekarang kedua orangtuanya menyusul sang kakak pergi. Kenapa semua orang meninggalkannya? Kenapa mereka memilih pergi? Ia juga ingin ikut.

Hingga tak lama kemudian pandangannya menggelap. Hal terakhir yang Ai dengar hanya beberapa suara langkah kaki disusul dengan suara yang terdengar sangat asing.

"Biar kami yang mengurus semua ini."

°°°°°

"BUNDAA KAK ATTAR NAKAL BUN!"

Alula berteriak sambil berlari menuruni anak tangga. Di belakangnya tampak Attar menyusul sambil berlari pelan.

"Alula jangan lari-lari, Nak." tegur Oma Mentari khawatir.

"Oma, kak Attar nakal Oma," adunya berdiri di belakang punggung Oma Mentari.

"Mana ada, Oma. Alula tuh yang nakal," elak Attar.

"Gak, Oma. Kak Attar tuh, masa tadi Lula di ketekin Oma. Mana Kak Attar abis olahraga tadi, kan bau."

Attar melotot. "Bau apaan. Orang wangi gini, kok." Pemuda itu mencium kedua ketiaknya. Dalam hati ia meringis saat mendapat bau tak sedap dari tubuhnya.

"Bohong. Lula tadi mau muntah tau," sangkal Alula. "Pasti Kak Attar jarang mandi makanya bau."

"Fitnah ini namanya. Kakak gak terima diginiin," ucap Attar berpura-pura menghapus air mata yang bahkan tak keluar sedikitpun.

"Halah gak usah drama deh lo," cibir Rigel dari arah dapur. Lelaki 21 tahun itu mendekap tubuh Alula dengan tangan kirinya. Sementara tangan kanannya memegang gelas berisi lemon es.

Spectacular BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang