08. Namanya Lumpur
____________________
Setelah membersihkan tubuh dan memandikan kucing yang ia beri nama Lumpur, kini Alula tengah berdiri di depan pintu mansion grandpa Surya. Dengan Lumpur di dekapannya, Alula kembali berteriak.
"Grandma ...."
"Grandma Raina ...."
"Ooh ... Grandma," panggilnya lagi saat tidak ada jawaban apapun.
Lelah berdiri, lantas Alula gelesot di lantai dengan satu tangannya menggedor pintu.
"Grand—"
Ceklek!
Begitu pintu terbuka, terpampanglah wajah melongo Rafael menatap keponakannya yang menggelesot di lantai.
"Om-Papa," panggil Alula berdiri.
Dahi Rafa berkerut. "Kamu ..." Ia berdehem kemudian berujar, "Kenapa duduk di lantai?"
Alula menyengir lucu. Ia menggeleng pelan. "Om-Papa, grandma Raina ada gak?"
Alis Rafa bertaut. Membentuk lipatan-lipatan kecil. "Ada. Kenapa gak langsung masuk?" Rafa membuka pintu lebih lebar, membiarkan Alula masuk.
"Kata bunda, gak sopan main masuk rumah orang tanpa izin pemiliknya." Balasnya.
Alula mengedarkan pandangan. Tak berbeda jauh dari rumah ayahnya. Mewah.
"Lain kali masuk aja gak papa, kan ini rumah Lula juga," jelas Rafa setelah menutup pintu.
"Grandma lagi di taman belakang, mau kesana?" Alula mengangguk lalu mengikuti langkah Rafa menuju taman belakang.
"Om-Papa, kok rumahnya sepi sih?" Biasanya jika di mansion Gavriel, Alula sering melihat beberapa pelayan bolak-balik sibuk mengurus pekerjaannya masing-masing. Sementara di mansion Derandra saat ini bahkan Alula tidak melihat satu pun pelayan.
"Oh, itu. Kalau hari minggu maid dibebaskan kalau mau keluar mansion, tapi cuma sampai jam lima sore." Jawab Rafa.
Alula membulatkan bibirnya sambil mengangguk. Tak lama kemudian, bola matanya membesar saat pandangannya beralih pada sang grandma yang tengah menanam bunga.
"Grandma!" Teriak Alula berlari sambil mendekap Lumpur membuat kucing itu mengeong.
Merasa ada yang memanggil, Grandma Raina mendongak. "Loh, Alula?"
"Ada apa, Sayang?" Grandma Raina berdiri saat Alula sudah tiba di depannya.
Alula memiringkan kepalanya, menatap sekop dan beberapa biji-bijian. "Grandma lagi ngapain?"
"Habis tanam bunga. Kenapa?"
Alula mengangguk. Lantas menatap wanita beranak tiga itu dengan puppy eyes andalannya. "Grandma ... Lula lagi sedih," ucapnya lirih. Ia memanyunkan bibirnya dengan mata berkaca-kaca.
"Sedih kenapa? Ada yang nyakitin cucu Grandma?" Grandma Raina bertanya panik. Ia tidak ingin melihat cucu perempuannya bersedih.
"Ada, Grandma."
"Siapa yang udah bikin cucu kesayangan Grandma sedih? Bilang sama Grandma,"
Alula menunjukkan Lumpur di depan Grandma Raina. "Lumpur, Grandma."
Alis Grandma Raina bertaut bingung. "Hah? Gimana-gimana? Grandma gak maksud."
Bibir Alula menukik ke bawah. "Lumpur gak ada rumahnya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Spectacular Brother
Genç KurguTerbiasa hidup berdua bersama sang bunda selama 15 tahun membuat Alula Cassiopeia menjadi gadis mandiri dan energik. Tak pernah menekan sang bunda agar memiliki keluarga sempurna. Cukup hanya dirinya dan ibunda tercinta mampu membuat Alula bahagia...