09. Ingatan
____________________
Udara dingin menusuk kulit hingga tulang-tulangnya. Wanita bergaun putih selutut itu terus melangkah tak tentu arah sambil menggeret koper kecil berisi beberapa keperluannya. Sesekali ia menyeka liquid yang menetes dari sudut matanya.
Masih terbayang jelas penyebab ia pergi dari rumah. Pun dengan alasan kenapa ia memilih keputusan yang sangat berat. Pergi dari keluarga, suami dan anak-anaknya.
Wanita itu tersentak dan menghentikan langkah saat tiba-tiba ada mobil hitam berhenti di depannya. Mencengkeram kuat pegangan koper sebagai pelampiasan rasa takutnya.
Tiga orang pria berbadan besar keluar dari dalam mobil. Mendekat ke arah wanita itu.
"Nona, silahkan ikut kami."
Wanita itu melirik sekitar, sepi. Tak ada siapapun, bahkan jauh dari rumah-rumah warga. Hanya ada pepohonan besar yang menjulang tinggi. Ia tidak sadar jika sedari tadi sudah melangkah jauh dari perkotaan. Jauh dari rumah keluarganya berada.
"Ma-maaf kalian siapa ya? Saya ... harus pergi," balasnya terbata. Wanita itu menelan ludah susah payah, sambil mengikuti instingnya ia bersiap untuk lari. Mereka berbahaya, bisik batinnya.
Namun naas, sebelum wanita itu berhasil lari. Salah satu dari pria berbadan besar itu membekap mulutnya hingga kegelapan menghampirinya. Setelahnya pria berbadan besar itu membawa wanita tadi ke dalam mobil dan melaju sampai hilang di kegelapan malam.
°°°
Tok! Tok! Tok!
Alula mendesis pelan. Ia menyingkap selimut dan beranjak dari ranjang. Dengan malas Alula berjalan membuka pintu.
"Aku boleh tidur sama kamu malam ini?"
"Boleh," balasnya membiarkan Starla masuk ke kamarnya. Ia kembali berbaring di ranjang setelah menutup pintu. Ia memiringkan tubuhnya menghadap Starla.
"Tumben Kak Starla mau tidur sama Lula," Alula menyuarakan pikirannya.
Starla gelagapan. Ia tersenyum paksa menatap saudaranya. "Emang kenapa? Gak boleh kalau aku mau tidur sama saudaraku sendiri?"
"Gak gitu," Alula menguap. "Boleh kok, kapanpun Kakak mau tidur di sini. Alula senang akhirnya ada temen tidur lagi, dulu Lula biasanya tidur bareng bunda. Sekarang malah sendiri," lanjut Alula mengenang masa saat ia masih tinggal berdua bersama Luna.
"Ya udah, sekarang tidur. Besok sekolah, aku gak mau kesiangan soalnya besok ada ulangan."
Alula mengangguk menyetujui. Setelah itu mereka berbaring dan tak lama kemudian kelopak mata terpejam menandakan dunia mimpi sudah menghampiri mereka.
Keesokan paginya, Starla sudah kembali ke kamarnya sejak setengah jam yang lalu. Sementara Alula sudah duduk manis di meja makan. Awalnya ia ingin membantu sang bunda memasak sarapan, tapi hal itu dilarang keras oleh Rigel yang memang sudah bangun lebih pagi dan melihat adiknya menuju dapur.
"Bunda, sarapannya masih lama? Lula udah lapar," Sudah keenam kali Alula bertanya membuat Luna memutar bola matanya. Kesal dengan pertanyaan Alula yang selalu sama sejak lima belas menit yang lalu.
"Nanti Sayang, tunggu saudara kamu yang lain," jawab Luna lembut. Tak ingin memancing keributan di pagi buta.
Mendengar jawaban sang bunda membuat Alula terdiam. Ia menopang dagu menatap semua makanan yang tersaji di meja sesekali melirik jam di pergelangan tangan. Perutnya sudah sangat lapar. Dan ia masih harus disuruh menunggu. Benar-benar terlalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spectacular Brother
Teen FictionTerbiasa hidup berdua bersama sang bunda selama 15 tahun membuat Alula Cassiopeia menjadi gadis mandiri dan energik. Tak pernah menekan sang bunda agar memiliki keluarga sempurna. Cukup hanya dirinya dan ibunda tercinta mampu membuat Alula bahagia...