16. Kebencian
_______________
Berita tentang Senja yang hamil sudah mulai tersebar di grup keluarga besar Gavriel dan Derandra. Tentu saja biang keladinya Awan yang tak terima jika maminya hamil lagi. Dan akhirnya membuat semua keluarga heboh bukan main. Hal itu membuat seluruh keluarga berkumpul di mansion keluarga Gavriel.
Tak tanggung-tanggung bahkan grandpa Surya dan Regal yang sedang di luar kota cepat-cepat menuju mansion Gavriel. Tak peduli dengan pekerjaan mereka yang belum selesai. Toh masih ada asisten dan sekretarisnya yang bisa menghendelnya.
Dan saat ini semua keluarga sedang cemas menanti Senja yang tengah santai memakan bakwan jagung buatan Luna. Tadi setibanya mereka di mansion, Senja langsung memotong ucapan keluarganya agar tidak mengatakan apapun lebih dulu. Senja akan mengatakannya jika Luna sudah membuatkannya bakwan jagung keinginannya.
Lalu setelah bakwan jagung sudah selesai dimasak, dengan santainya Senja mengatakan jika ia lapar dan menyuruh keluarganya menunggu sampai makannya selesai.
"Ah, kenyangnya ..." Senja bersandar dengan tangan yang mengelus perut setelah menenggak segelas jus jeruk kesukaannya.
"Mami bisa jelasin sekarang? Please Mi ... bilang sama kita semua kalo Mami nggak bener-bener hamil," pinta Awan memohon. Ia benar-benar tidak rela jika sang mami hamil lagi.
"Kamu hamil, Yang?" Rey menangkup wajah istrinya.
Senja mengerjapkan mata. Menatap suaminya lalu seluruh anggota keluarganya. Tak lama kemudian Senja meledakkan tawanya. Hingga memukul-mukul paha sang suami.
Tentu saja perbuatan Senja membuat seluruh keluarganya mengernyit heran.
"Mami?" panggil Alula. "Mami kenapa ketawa?"
"Dedek bayinya bikin perut Mami geli ya?" Alula kembali bertanya saat hanya melihat Senja masih tertawa.
Oberon menggelengkan kepala mendengar pertanyaan sang putri. Ia mengelus rambut panjang Alula yang duduk di sebelahnya.
"Senjana," desis Rey. Ia tidak suka dengan tingkah istrinya yang satu ini. Selalu bercanda saat situasi sedang serius.
Melihat ekspresi tak bersahabat Rey dan keluarganya membuat Senja meredakan tawanya. Ia meringis. "Oke, maaf-maaf."
Senja berdehem. Entah kenapa tiba-tiba tenggorokannya terasa kering. "Bentar, Mami minum dulu." Kemudian menenggak segelas air putih yang ada di meja hingga tandas.
"Jadi ... sebenarnya tuh," Senja sengaja menjeda kalimatnya. "Maaf, Senja sebenarnya gak hamil,"
"Senja jangan main-main kamu," tegur Oma Mentari.
Menarik napas pelan. Menatap wajah-wajah keluarganya yang tengah menatapnya. Membuat Senja merasa bersalah sudah membohongi keluarganya. Padahal ia hanya berniat mengerjai Luna.
"Maaf, Senja gak bermaksud bohongin kalian semua. Awalnya Senja cuma mau ngerjain Luna," akunya. Kemudian Senja menundukkan kepalanya. "Senja rindu waktu masih masa kuliah dulu sama Luna, maaf."
Para orang tua menghela napasnya. Sementara Luna merasa bersalah pada sahabat sekaligus iparnya.
"Seharusnya Luna yang minta maaf bukan Senja. Luna seenaknya ngomong sama anak-anak kalo maminya lagi hamil, jadi salah paham begini," jelas Luna yang langsung dibantah Senja.
"Gak ya. Aku yang salah. Harusnya aku langsung jelasin ke anak-anak bukannya biarin mereka jadi salah paham,"
"Tapi aku yang bilang ke anak-anak. Coba kalo aku gak bilang, gak bakal mereka salah paham gini."
"Pokoknya aku yang salah ya Lun,"
"Tetep aja yang—"
"Sudah cukup," lerai opa Baskara. "Kalian ini sudah tua, jangan kayak anak kecil gitu."
"Dad," rengek Senja dan Luna tak terima jika dibilang tua.
"Lah? Emang kalian udah tua kan? Tapi kelakuan masih kayak anak kecil," sindir oma Mentari.
Sementara Awan yang sejak tadi diam mendengarkan langsung bersorak.
"Yes! Mami gak jadi hamil, hore-hore ..." Awan berdiri lalu menggoyangkan pinggulnya ke kanan dan kiri. Membuat seluruh keluarganya menatap ke arahnya.
Awan yang masih bersorak sambil menggoyangkan pinggulnya itu tiba-tiba terdiam saat teriakan keras dari keluarganya.
"Awan, berisik!"
"Kak Awan gila!"
"Bocah gendeng!"
"Bukan anak gue."
"Fiks ini mah, kak Awan sama gilanya kayak kak Alta sama kak Attar."
°°°°°
"SIALAN! BERANI-BERANINYA JALANG ITU KABUR."
Di sebuah mansion yang terletak di tengah hutan, seorang pria tengah menghajar anak buahnya.
"Kalian tidak becus! Menjaga satu wanita saja tidak bisa, buat apa saya mempertahankan kalian."
Dor!
Dor!
Dor!
Dor!
Hanya empat kali tembakan mampu membuat kepala empat bodyguard itu berceceran. Empat bodyguard yang ditugaskan hanya untuk menjaga jalang kecilnya justru membantu wanita itu melarikan diri. Membuat ia tak bisa melampiaskan dendam dan hasratnya pada wanita itu.
"Cepat temukan wanita itu atau kepala kalian bernasib sama seperti mereka."
Setelah mengeluarkan kalimat bernada perintah, pria itu langsung berlalu diikuti tangan kanannya.
Sementara di pinggiran kota seorang wanita berambut hitam panjang menghentikan langkahnya. Ia duduk di tepi jalan yang lumayan ramai kendaraan berlalu lalang.
"Akhirnya aku bisa bebas." Wanita itu mengembuskan napas lega saat merasa tak ada yang mengikutinya lagi.
Tak lama kemudian sorot matanya berubah menjadi kebencian. Tangannya mengepal erat.
"Semua ini gara-gara bajingan Gavriel. Aku tak akan membiarkan kalian hidup bahagia."
*****
Published,
Minggu, 1 Agustus 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Spectacular Brother
Teen FictionTerbiasa hidup berdua bersama sang bunda selama 15 tahun membuat Alula Cassiopeia menjadi gadis mandiri dan energik. Tak pernah menekan sang bunda agar memiliki keluarga sempurna. Cukup hanya dirinya dan ibunda tercinta mampu membuat Alula bahagia...