07. Kucing
Bukan hanya tolong menolong sesama manusia. Tapi tolong menolong sesama makhluk ciptaan Tuhan tak terkecuali hewan sekalipun.
—Alula Cassiopeia—____________________
Netra itu menatap apa saja yang menjadi objeknya. Dengan raut berbinar-binar, gadis bersurai coklat itu terus melangkahkan kakinya menghampiri setiap hal yang membuatnya tertarik.
"Ya ampun, kasian banget sih kamu." Gadis itu bergumam pelan.
Ia berjongkok di depan setangkai mawar yang sepertinya baru saja dipotong. Tak ada bunga hanya tangkainya saja dengan beberapa helai daun yang masih hijau.
"Ini masih bisa ditanam lagi," Ia mengedarkan pandangan, mencari sesuatu apa saja yang bisa digunakan untuk menanam tangkai mawar itu.
Alula berbinar senang saat menemukan pot bekas di pojok taman. Setelah mengambil pot bekas itu, Alula mengisinya dengan tanah. Lalu menanam tangkai mawar itu ke dalam pot.
"Semoga kamu bisa bertahan hidup."
Alula menyeka keringatnya. Lalu tersenyum puas setelah berhasil menyelamatkan setangkai mawar. Cuaca hari ini terasa begitu terik membuat Alula kegerahan.
Ia mencari tempat yang pas agar tanaman yang ia tanam tidak mati. Setelah meletakan pot berisi bunga mawar, telinganya menangkap suara.
Miaw ...
Alula tak salah dengar. Ia benar-benar mendengar suara kucing.
Miaw ...
Gadis bersurai coklat itu melangkah. Mencari sumber suara tersebut.
Miaw ...
Dan suara itu mengarah ke arah tak jauh dari pos satpam samping gerbang. Dengan langkah tergesa, Alula mendekat dan melihat seekor hewan berbulu yang sedang mencoba naik dari kubangan lumpur.
"Ya ampun. Kasian banget sih kamu." Kucing itu menatap Alula sambil mengeong pelan. Alula berpikir bahwa kucing itu seakan berkata meminta tolong padanya. Ia tertawa pelan karena pikirannya sendiri.
"Iya, iya. Lula bakal bantu kamu. Kamu jangan banyak gerak, tungguin Lula di sana."
Alula menatap sekelilingnya. Tak ada orang yang bisa diminta tolong. Mau tidak mau membuat Alula harus turun tangan sendiri.
Mengambil ancang-ancang lantas melompat ke bawah kubangan lumpur. Tak peduli jika tubuhnya kotor sekalipun. Ia sudah biasa bermain lumpur, dulu.
Miaw ...
"Kamu aman sekarang," Alula terkekeh geli saat kucing itu menggosokkan kepala saat ia mendekapnya.
Alula meletakan kucing itu di atas permukaan tanah. "Kamu tunggu di sana. Lula mau manjat dulu, oke?"
Miaw ...
Kembali Alula tertawa pelan. Ia berpikir jika kucing yang ia tolong adalah kucing jelmaan. Bagaimana tidak jika ia berbicara pasti kucing itu akan mengeong. Seakan mengerti apa yang ia ucapkan.
Dengan penuh perjuangan. Akhirnya gadis bersurai coklat itu berhasil memanjat dari kubangan lumpur.
"Perasaan tadi lompatnya gampang banget, giliran pas manjat susahnya kebangetan. Untung Lula pintar, jadi gak susah-susah amat."
Alula tersenyum puas, lantas kembali mendekap kucing itu. "Kamu jangan main-main di sini lagi kalau gak mau kejebak di sana. Lula gak bisa jamin bakalan nolongin kamu lagi,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Spectacular Brother
Novela JuvenilTerbiasa hidup berdua bersama sang bunda selama 15 tahun membuat Alula Cassiopeia menjadi gadis mandiri dan energik. Tak pernah menekan sang bunda agar memiliki keluarga sempurna. Cukup hanya dirinya dan ibunda tercinta mampu membuat Alula bahagia...