"Cinta itu buta, saking butanya sampe gak sadar ngelakuin hal gila termasuk keluar dari zona nyaman tanpa kepastian." -Katrina Anastasya.
***
"Kamu yakin mau masuk ekskul basket?" Tanya pak Danu intens.
"Iya, Pak!" Jawab Kara penuh semangat. Sedangkan Febby hanya diam menahan segala emosi yang ingin sekali ia ledakan saat ini juga.
"Tapi kamu tau 'kan ekskul ini seluruhnya diminati oleh para siswa cowok? Dan ekskul ini adalah ekskul yang paling tinggi di SMA Aksara karena banyak penghargaan yang didapatkan dari ekskul ini," jelas pak Danu meyakinkan.
"Iya, Pak, saya tau dan saya akan mengikuti ekskul ini dengan baik."
Pak Danu tampak berfikir sejenak, tapi dari keyakinan Kara yang ia perlihatkan sudah cukup membuatnya yakin dengan Kara untuk mengizinkannya masuk ke dalam ekskul basket.
Selagi pak Danu sedang sibuk dengan pikirannya, Febby justru malah berdoa agar Kara tak diizinkan masuk kedalam ekskul ini, karena ia tau Kara hanya ingin mengincar Laskar disini, "dasar batu! Bikin repot orang aja," gerutu Febby pelan.
"Oke!" Setelah lama berfikir, akhirnya pak Danu memutuskan untuk mengizinkan Kara masuk kedalam ekskul basket yang dipimpinnya, "kamu diterima."
"Yes!!" Sorak Kara gembira sembari melompat girang dan mengucapkan beribu
-ribu terimakasih kepada pak Danu."Terimakasih banyak pak Danu ... saya akan melakukan yang terbaik," ucapnya dengan kedua jari telunjuk dan jempol yang ia satukan membentuk sebuah cinta.
Kali ini Febby pasrah, ia malas harus berdebat kembali dengan Kara dan tentunya merutuki ucapan pak Danu barusan.
"Ada satu pertanyaan lagi," potong pak Danu disela-sela tawa riang Kara, seketika Kara berhenti dengan tawa bahagianya itu, "apa, Pak?" Tanya Kara bingung.
"Kamu disini tidak sedang mengincar seseorang, 'kan?" Pertanyaan itu yang sukses membuat Kara bungkam dan membuat Febby tersenyum puas.
"Nah jawab lo!" Batin Febby.
"Kok diem?"
Kara melirik Febby sekilas yang dihadiahi senyuman licik olehnya.
"Ya, ya enggak lah, Pak! Saya 'kan disini mau ngejar ilmu bukan ngejar cowok," celetuk Kara yang kembali membuat Febby emosi.
"Oke, bapak percaya. Tapi sekali bapak lihat kamu tidak fokus mengikuti eksul ini dan mengincar salah seorang dari anak didik bapak, terpaksa kamu saya keluarkan," peringatnya sebelum pergi meninggalkan Kara yang sudah mati kutu disana.
"Huft ..." Nafas Kara mulai lega setelah kepergian pak Danu.
"Gurunya ganteng tapi serem, gak ada kesinambunganya sama sekali," umpat Kara pelan.
"Gila ya lo, kenapa tadi gak jujur aja sih kalau lo nyatanya cuman ngincer Laskar!" Saatnya Febby mengeluarkan aura gelapnya yang sedari tadi ia tahan mati-matian.
"Kalau gue jujur, yang ada gue gak bakalan masuk eksul basket. Percuma dong. Lagian nih ya, cinta itu buta, saking butanya sampe gak sadar ngelakuin hal gila termasuk keluar dari zona nyaman tanpa kepastian."
"Terserah lo deh, gue capek! Kalau lo ada apa-apa gue gak mau ikut ikutan!" Tegas Febby yang juga ingin hendak pergi dari sana, namun langkahnya cepat-cepat ditahan oleh Kara, "Feb!"
"Febby lo tuh gemesin banget sih ... sekali ini aja lo bantuin gue buat deket sama Laskar dong. Ya ya ya ya ...?" pinta Kara sembari menunjukan ekpresi imutnya yang justru membuat Febby jijik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karantina (Completed)
Подростковая литература[Sudah terbit di Laskar Publisher, novel masih bisa di pesan lewat Shopee, link ada di bio profil.] Katrina Anastasya, kebanyakan orang memanggilnya dengan nama Kara, gadis pencinta mochi yang terjerat banyak masalah dengan kedua cowok yang hadir se...