"Setelah semua yang gue alami, lo hadir di hidup gue, lo coret semua kertas dihati gue yang gelap menjadi bewarna." -Laskar Marcellino.
Malam ini acara puncak akan dilaksanakan yaitu diadakannya jerit malam. Para siswa akan mencari jejak di hutan yaitu siapa yang akan cepat menemukan sebuah bendera putih bertuliskan SMA Aksara dialah pemenangnya.
Semua anak kini sudah berkumpul sesuai dengan anggota masing-masing, dengan perlengkapan yang cukup untuk perjalanan nanti.
Kara yang juga sudah bersiap dengan kelompok miliknya kini sedang duduk melingkar untuk melakukan brifing dengan Rangga sebagai pemimpin, "oke, jadi nanti kita harus kerja sama buat dapetin bendera sekolah kita. Jangan ada yang berpencar apalagi berbuat kasar satu sama lain."
"Oke siap!" jawab semua anak antusias tak sabar jika acara akan segera dimulai.
Para guru saat ini sedang memberikan waktu untuk siswa-siswi yang sudah berkelompok melakukan pengarahan pribadi.
"Kalau ada yang sakit bilang! Jangan diem aja. Bikin repot orang! Dan gak usah manja," lanjut Dhani menimpali dengan nada ketusnya sembari melirik ke arah tiga cewek yang kini sedang sibuk menggunakan syal dilehernya.
"Apaan sih lo, kayak lo sok tegar aja!" jawab Sonya sembari menatap Dhani malas.
Dhani ini orangnya sangat cuek dan dingin juga sensian dan paling benci jika melihat wanita seperti Sonya, Resa, dan Vera yang menurutnya banyak berbicara tapi sedikit bertindak.
"Eh udah, lanjutin aja, Ngga," peringat Kara hendak memisahkan perdebatan mereka.
"Nih anak juga sok ikut-ikutan!" tegur Sonya keras pada Kara.
"Gue lanjut atau bubar?" tanya Rangga yang sudah lelah dengan sikap Sonya. Semakin hari semakin menjadi-jadi tak ada perubahan.
Semuanya diam, membuat Rangga langsung kembali melanjutkan ucapannya, "selanjutnya gue setuju sama pernyataan Dhani barusan. Kalau ada yang sakit bilang dari sekarang agar nantinya tidak ada yang terepotkan. Gue mau semuanya solid dan saling menjaga satu sama lain. Kita ini kelompok, semua harus dikerjakan bersama-sama tidak pilihan. Yang terpenting harus hati-hati karena di dalam hutan sana kita tidak akan tau ada apa, yang penting harus selalu siap akan diri kita."
Rangga menarik nafas pelan, "oke! Semuanya paham?"
"Paham!" Seru semua anak-anak.
"Ada pertanyaan?" Lanjut Rangga bertanya.
Semuanya kompak menggeleng tanda tak ada yang perlu ditanyakan kembali karena semuanya sudah mengerti akan peraturan yang Rangga berikan.
"Tes! Tes!" Suara microfon sudah terdengar.
"Oke anak-anak waktu brifing sudah selesai, semuanya dimohon berdiri untuk berdoa bersama."
Mendengar intruksi di ucapkan oleh pak Can, semua anak langsung berdiri berabaris bersama kelompoknya masing-masing.
Berdoa kini dipimpin oleh pak Faiz selaku guru agama di SMA Aksara, "berdoa mulai." Semua orang menunduk sembari merapatkan tangan memulai berdoa.
"Berdoa selesai."
Setelah berdoa selesai, para anggota OSIS menghampiri ke setiap kelompok untuk diberikan peta jalan menuju tempat yang sudah di tentukan untuk mendapatkan bendera putih bertuliskan SMA Aksara.
Arga beralih membagikan kepada kelompok Kara dan ia serahkan pada Rangga sebagai ketua, "hati-hati di jalan, ikuti petunjuk peta dan jangan ada yang berpencar," ucap Arga memberikan amanah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karantina (Completed)
Novela Juvenil[Sudah terbit di Laskar Publisher, novel masih bisa di pesan lewat Shopee, link ada di bio profil.] Katrina Anastasya, kebanyakan orang memanggilnya dengan nama Kara, gadis pencinta mochi yang terjerat banyak masalah dengan kedua cowok yang hadir se...