•Chapter 11

31 7 0
                                    

"Jangan kebanyakan kasih kode! Salah tiga kali, hatinya bisa diblokir!" - Bejo
***

Pagi hari ini adalah hari yang sangat cerah namun tak secerah wajah dan hati para siswa SMA Aksara yang sekarang tengah berdiri di lapangan bersiap untuk melakukan upacara bendera.

Kara dan Febby sudah mulai memasuki lapangan dan berbaris sesuai kelas masing-masing, kini mereka berada di barisan paling belakang karena tinggi Kara dan Febby yang lebih pendek dibandingkan teman temanya yang lain. Mereka justru senang berada di barisan paling belakang karena terhalau pancaran sinar matahari yang menyengat.

Kali ini yang menjadi komando upacara adalah Arga, selaku ketua osis yang memimpin.

Kara celingukan melihat kesekeliling mencari seseorang, "lo cari siapa, Ra?" Tanya Febby yang sedari tadi memperhatikan Kara.

"Laskar dimana ya, Feb?"

"His! Ra, lo lupa? Si batu kan anak IPS bukan IPA. Ya, barisan nya bedalah!"

"Iya gue tau, tapi dari tadi gue gak liat dia di barisan kelasnya. Apa dia gak masuk ya, Feb?"

Febby teringat sesuatu bahwa Laskar and the genk jarang sekali untuk mengikuti upacara bendera. Kata Jimas, Laskar tak mau kulit nya gosong karena paparan sinar matahari dan malas mendengarkan pak Can yang berpidato masih membawa kertas contekan. Giliran murid nya nyontek saja langsung diberi hukuman. Sebenarnya itu bukan alasan Laskar tidak ingin mengikuti upacara, itu adalah alasan Jimas yang memilih tidak ikut upacara dan lebih memilih mengurusi Petrik, kucing kesayangannya.

Alasan Laskar yang sebenarnya adalah ia memiliki kesibukan tersendiri disenin pagi yang membuatnya enggan untuk ikut upacara.

Nah, kalau Allan tidak termasuk. Ia lebih memilih menggoda para wanita yang bersekolah di SMA Taruna Bangsa yang letaknya lumayan dekat dengan SMA Aksara.

Alhasil mereka bertiga jika ketahuan tidak ikut upacara akan mendapat hukuman bersama-sama, seperti teletubis. Itu yang sering Jimas katakan.

Boro-boro ikut upacara bendera ikut pelajaran saja jarang, namun bukan Laskar namannya yang akan menyepelekan tugas. Walau ia sering sekali bolos pelajaran laskar tetap mendapatkan nilai yang terbaik karena ia tau tugasnya sebagai murid dan akan tetap belajar, berbeda dengan kedua temannya. Yang satu bobrok yang satu lagi playboy.

"Jangan dicari, orangnya gak akan ada."

Kara menatap Febby bingung, "kenapa?"

"Pikir aja sendiri."

"Lo gimana sih, Feb? 'Kan gue gak tau, bagi tau gitu kek. Kalau gini kan gue juga gak akan ikut upacara!" Runtuk Kara kesal, sebenarnya ini anak maunya apasih?

Ini yang paling Febby tak suka dengan Kara, ia lebih memilih mengikuti Laskar daripada tanggung jawabnya sebagai murid, "lo sekolah disini mau cari ilmu apa cari batu?"

"Dua duannya."

"Hari ini gue turutin mau lo buat ikut upacara, untung Petrik udah gue kasih sesajen tadi pagi subuh jadi gue turutin lo biar bisa liat kilauan botaknya Sinchan!" Ucap seseorang dari jauh yang mampu Kara dan Febby dengar, ditambah dengan suara keributan alias jeritan cewek
-cewek yang histeris melihat ke arah mereka.

Mempertajam penglihatan, Febby melebarkan matanya tak percaya bahwa Laskar dan Jimas ikut serta mengikuti upacara bendera. Kejadian antimainstream!

Sedangkan Kara tersenyum lebar ke arah mereka yang berjalan mendekat ke dalam barisan.

"Tapi ada syaratnya, jangan baris di kelas kita! Gue males disana ditubruk Siti terus! Gue juga males kalau disana kena pantulan paling top botaknya Sinchan!" Kata Jimas yang mampu didengar oleh semua murid menyebabkan gelak tawa yang terdengar jelas.

Karantina (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang