•Chapter 29

8 4 0
                                    

"Gue gak cemburu, Cuman gue gak suka kalau lo deket-deket sama dia." -Laskar Marcellino.
***

"Selamat pagi anak-anak semua," ucap Pak Can memberikan salam kepada seluruh murid anak kelas 12 yang sudah berkumpul di aula SMA Aksara untuk mengumumkan informasi penting mengenai kelanjutan prestasi para anak didiknya.

"Pagi, Pak!" seru seluruh siswa dan siswi yang sudah bercampur disana. Terdapat kelas bahasa, kelas IPA dan kelas IPS yang kini sudah berbaris rapi dihadapan pak Can.

"Baik, pagi ini bapak akan mengumumkan mengenai program OSIS lalu yang sempat batal, yaitu sekolah akan mengadakan kemah."

"Yehh kemah."
"Kemah dimana?"
"Apa ada party nya lagi?"

Pertanyaan-pertanyaan siswa yang membuat ruangan menjadi ribut, sebagian ada yang senang dan ada pula yang tidak karena acara party malam yang belum tentu bisa dilaksanakan.

"Sabar-sabar, anak-anak perhatian semua. Kemah akan diadakan selama dua hari satu malam karena banyaknya program kerja sekolah yang sempat tak terlaksana tahun lalu. Jadi bapak minta kalian persiapkan dari sekarang karena malam puncak akan diadakan jurit malam sebagai pengganti party sekolah yang lalu pernah batal."

"Jadi di malam itu akan bapak adakan jurit malam dan paginya akan ada pesta bakat, jadi disini semua akan menampilkan bakat masing-masing. Semua anak dari kelas bahasa, IPA maupun IPS akan bapak campur anggotanya, paham semuanya?" lanjut pak Can dan berseru diakhir kalimatnya.

"Paham, Pak!" sorak semua siswa mengerti akan penjelasan dari pak Can.

"Jadi persiapkan diri kalian masing-masing, setelah ini silahkan mengambil formulir ke Arga sebagai ketua OSIS dan anak-anak OSIS yang lain setelah itu bisa merundingkan dengan anggotanya untuk penampilan malam puncak kemah. Sekian terimakasih." pak Can langsung menutup.

Kara mulai berbaris sendirian karena Febby yang masih sibuk membagikan formulir kepada para siswa yang lain.

"Aduh!" tiba-tiba tak sengaja Kara tersandung kaki seseorang membuatnya hampir saja terjatuh namun berhasil ditangkap oleh lelaki disebelahnya dan ternyata itu adalah Rangga.

"Ra-rangga," panggil Kara gugup karena jaraknya dan Rangga yang lumayan dekat. Sedetik kemudian Kara tersadar dan menjauhkan tubuhnya dari Rangga.

"Lo gak papa?" Kara menggeleng kepala pelan.

"Oya, Ra, kita satu regu," ucap Rangga sambil menunjukan kertas formulir yang ia bawa, ternyata Rangga sudah gesit mengambil kertas tersebut.

Kara menaikan salah satu alisnya tak percaya, "serius? Mana sini gue lihat." Kara menerima kertas yang Rangga sodorkan padanya dan melihat namanya tertera disana.

Kara membaca nama-nama yang akan menjadi satu kelompok regu dengannya, seketika mata Kara melebar saat menemukan nama Sonya, Vera dan Resa tercantum jelas di kertas tersebut.
Itu tandanya Kara akan satu kelompok dengan mereka.

Kara menghembuskan nafas berat, ia sudah punya pikiran negatif tentang Sonya dan teman-temannya, "semoga aja enggak," gumamnya lirih.

"Kenapa, Ra? Lo gak suka satu kelompok sama gue?" Tanya Rangga yang melihat wajah kegelisahan dari Kara.

Kara langsung mendongak, "eh enggak, bukan kok, Ngga," ucap Kara kikuk.

"Yaudah kalau gitu, nanti pulang sekolah lo bisa kumpul sebentar sama anak-anak yang lain?"

Kara bergumam, "berarti gue harus izin sama Laskar dulu, kalau hari ini gue pulang telat."

Rangga melihat Kara hanya diam ditempat tak menjawab pertanyaan nya, "lo gak boleh ya, Ra?" Tebak Rangga, Kara kembali kikuk.

Karantina (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang