..
..Jarum jam kini menunjuk pada angka 22:45. Semua orang pun mulai sibuk merapikan peralatan mereka karena sesi foto sudah selesai.
Begitu pun dengan Alina, yang mulai mematikan lampu rias dan menata tempat kosmetik nya yang sudah seperti kapal pecah.Sesekali alina mengelap dahinya karena ia merasa suhu tubuh nya memanas.
Mata nya kembali melirik arloji kecil kemudian melanjutkan kegiatan nya.
Alina baru sadar bahwa sejak tadi ia tak melihat ponsel atau mengecek apakah ada pesan atau telfon karena sejak tadi ia di sibukan dengan berbagai hal.Setelah semua peralatan nya tertata rapi di dalam koper alina pun segera merogoh saku jeans nya dan menyalakan tombol ponsel.
Sepuluh panggilan tak terjawab dari Richard dan dua panggilan dari Cardy.
Dengan cepat Alina mendial nomor Cardy untuk memastikan tak ada hal buruk pada anak nya.
" Bi, apa felix baik baik saja?" Tanya Alina tanpa basa basi.
" Ahh ya, tadi aku menlfon untuk menanyakan apa tagihan listrik bulan ini sudah kau bayar " sahut Cardy di sana.
" Ahhh, seperti nya aku lupa " hela Alina merasa lega
" Tapi felix - apa dia baii baik saja?"
" Yaaa, dia sudah tidur, memang sore tadi ia bertanya kapan kau akan pulang " terang Cardy lembut.
Mendengar pertanyaan itu Alina pun merasa bersalah karena tak pernah kembali saat felix masih bermain atau sekedar menemaninya tidur.
" Terimakasih bi, aku akan segera pulang lagi pula besok kita akan pergi bersama " Obrolan pun berakhir dengan helaan nafas lega.
Lagi lagu Alina merasa bersalah karena tak bisa menemani juga melihat putra nya tumbuh.
Mata alina menyipit saat melihat beberapa pesan dari Richard yap pria itu ternyata tak bisa menunggu karena ada hal mendesak yang harus richard lakukan, richard pun mengatakan akan menggantikan hal ini dengan ikut piknik.
" Darimana dia tau aku akan pergi??" Batin alina mencoba menerka
" Pasti Cardy -- " hela Alina pasrah.
Langkah alina terhenti saat mengingat bahwa ia mengatakan pada naomi untuk tidak menunggu nya karena ia akan pulang bersama richard.
" Astaga!?apa yang sudah terjadi? Bagaimana aku bisa pulang ? " Gumam Alina frustasi.
Namun belum selesai berfikir tiba tiba sebuah langkah kini terdengar berjalan ke arah nya, dengan cepat alina pun menoleh ia berharap ada seseorang yang bisa ia pintai tolong.
" Kau?? Yaa kini aku mengingat mu!" Ucap felix saat tepat berada di depan alina
Wajah alina memucat, ia tak bisa berfikir selain bertanya tanya mengapa felix ada di sini dan apa maksud ucapan bahwa kini ia mengingat nya.
Alina tetap membisu, mulutnya terkunci rapat ia berharap semua ini hanyalah halusinasi nya.
" Apa kau tuli??" Hardik Felix mulai kesal karena alina terlihat mengabaikan nya.
" Am-- a "
" Kau ingat di Odd hall??? " Ucap Felix datar.
" Bisa bisa nya seorang penata rias bersikap angkuh pada ku!" Batin felix kesal saat mengetahui pekerjaan alina yang hanya seorang make up artis
" Aahh, ya! Aku minta maaf tuan tapi kurasa kita memang tak memiliki urusan, bukan kah begitu? " Sahut Alina ragu.
" What? " Gumam Felix tak percaya dalam keadaan seperti ini gadis itu masih bersikap angkuh.
" Jadi ini, penata rias terbaik yang hellen rekomendasi kan untuk model model ku? " Gumam felix meremehkan.
" Apa? Jadi orang yang hellen maksud adalah felix?" Batin Alina tak percaya karena ia sudah mengatakan bahwa ia akan menerima pekerjaan itu.
" Tuan sebaiknya kita cepat, tuan besar sudah menyuruh anda -- "
" Yaa! Aku pun memang berniat untuk segera pergi!!" Sela Felix tajam kemudian melangkah melewati alina yang terdiam mematung.
Sosok felix pun mulai menghilang di balik dinding, namun entah mengapa alina merasa ia kembali di tinggalkan, ya perasaan yang sama seperti saat alina memohon pada keluarga felix.Tak ada yang ia dapat selain di tinggalkan.
***
Di dalam mobil felix terlihat muram, tak tahu apa yang kini ia rasakan. Saat melihat alina hati felix merasa mereka pernah memiliki ikatan yang jauh lebih dekat. Namun saat menyelidiki hal itu felix tak bisa menemukan alasan bahwa mereka pernah berhubungan atau bertemu
" Apa yang sudah ku lewat kan? " Batin felix gelisah.
Malam pun berlalu dengan cepat alina juga akhirnya mendapat tumpangan dari seorang fotografer yang kebetulan tinggal satu arah dengan nya.
Pagi ini ruangan besar itu mulai di penuhi beberapa orang, seperti keluarga besar pada umum nya.
Keluarga Eddhy Walther pun terbiasa sarapan bersama hanya saja tidak dengan felix.Sejak kedatangan nya felix memilih untuk tidur dan mengunci rapat kamar nya agar tak ada yang bisa mengganggu nya.
" Dimana bocah itu? " Tanya tuan Walther yang mulai kesal dengan tingkah felix.
Sementara Ryan dan kaka tertua nya James hanya terdiam tak berani menyahut. Memang semenjak sang ibu meninggal felix muda berubah menjadi anak yang dingin dan tak bisa di atur, jika bukan karena kecerdasan dan keahlian nya di dunia bisnis mungkin felix tak akan bertahan sampai saat ini.
Terlebih saat tuan Walther memutuskan untuk menikah lagi sikap felix jauh semakin buruk, ia menganggap sang ayah sudah mengkhianati ibunya
Ia bahkan mencap dirinya bukan bagian dari keluarga Walther, apa pun yang terjadi. menyadari ia tak akan bisa menang dari putra nya itu walther pun hanya pasrah dan berusaha membujuk felix karena bagaimana pun hanya felix yang bisa ia andalkan dalam hal ini.
Melihat James yang menolak dunia bisnis sejak remaja benar benar menjadikan felix satu satunya anak yang walther harapkan sebelum ia mati. Bukan apa apa, semua orang pun tahu mengapa felix menhadi satu satunya penerus karena Ryan bukan lah sesuatu yang bisa walther anggap.
Selain menikmati dan menghambur hambur kan kekayaan sang ayah tak ada yang bisa Ryan lakukan lagi terlebih Ryan tumbuh tanpa kasih sayang.Hari ini Walther sengaja mengumpulkan semua anak anak nya, mengingat sudah beberapa tahun ini mereka tak pernah kembali ke rumah terlebih felix. Sudah hampir 15 tahun ia tak menginjakan kakinya di rumah yang sudah membesarkan nya.
" Dad, apa felix perlu ku bangunkan? " Tawar James ragu.
" Biarkan saja, itu tidak akan berhasil " tolak Walther pasrah.
" Dad, aku saja! Aku bahkan bisa membangunkan beruang yang sedang berhibernasi " ucap Ryan menawarkan diri.
Sebenarnya ucapan Ryan bukan tanpa dasar, karena felix sangat lemah jika menghadapi Ryan karena ia selalu merasa bersalah sudah meninggalkan Ryan kecil bersama ibu tiri nya, selain itu Ryan juga tak pernah melihat sang ibu jadi felix berfikir bahwa tak ada hal yang sangat menyedihkan selain Ryan.
Mendengar hal itu Walther pun melirik tajam pada Ryan, ia merasa ragu jika mengingat tingkah bar bar Ryan.
" Percayalah dad! Kali ini aku bersungguh sungguh! " Ucap Ryan meyakinkan.
" Dad, kau tahu bukan felix tidak akan menolak ucapan Ryan?" Timpal james yang mengetahui hal itu.
" Baik lah , tapi ingat jika sampai dia -- "
" Tenang lahh aku pasti bisa menyeretnya ke sini !! "
****************************
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Husband END
Romance* Completed - husband in law- 🔞 Harap bijak memilih bacaan- Penulis tidak bertanggung jawab untuk hal apa pun yang terjadi pada readers setelah membaca cerita ini ** Cerita ini akan up setiap Hari selama jari dan kuota mendukung sampai cerita sele...