dua

302 54 2
                                    

Aku berjalan menyusuri koridor sekolah, pandanganku sibuk mencari seseorang. Kata Kak Jaemin, dia ada di ruang guru mengantar beberapa buku. Mungkin kami akan berpapasan di tengah jalan.

Senyumku mengembang ketika melihatnya berada di ujung sana, baru saja keluar dari ruang guru. Aku berlari ke arahnya.

Dia nampak terkejut saat aku tiba-tiba berhenti di depannya. Aku menunduk mengatur nafas sejenak, lalu kembali menatapnya tersenyum.


"Kak Renjun?"

Dia nampak kebingungan, "Iya?"

Aku mengulurkan tangan, "Aku Senja. Senja Amerta."

"Siapa?" Kak Renjun tidak membalas uluran tanganku. Ah, aku tahu. Dia memang sangat anti dengan orang yang tidak dikenalnya.

Mengambil tangan yang bergelantungan di udara, aku kembali berucap, "Aku yang kemarin chat kakak"

Dia tampak berfikir sejenak, lucu sekali.




"Ah! Kamu yang kemarin ngaco. Dapat nomor saya darimana?" tanyanya, sudah kutebak dia akan bertanya demikian.

"Kakak tidak usah tahu."

Kemarin aku mati-matian memintanya di Kak Jaemin. Padahal dia tidak mengenalku, sungguh aku malu. Tapi biarlah, aku lebih membutuhkan nomor itu.

Akhirnya aku menang, Kak Jaemin pasrah dan memberikan nomor itu padaku. Aku tahu Kak Renjun akan marah jika tahu kalau nomornya diberikan padaku cuma-cuma, makanya aku tidak akan menyebut nama Kak Jaemin. Baik, bukan?




"Sudahlah," Kak Renjun berkata dan mendahuluiku.

Aku kembali mengejarnya, "Tunggu!"

"Lepas!" Dia menghempaskan tanganku yang menahan lengannya.

Aku terkejut, "M-maaf aku tidak sengaja." Aku menunduk dalam-dalam di hadapannya, takut dia marah.

"Kamu mau apa?" tanyanya.

Aku diam, berfikir sejenak. Apakah aku harus mengatakannya?

Lalu aku tersenyum dan dia menatapku dengan tanda tanya.








"Aku suka sama kakak."

- huang renjun -

perihal senja, renjun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang