dua puluh satu

171 38 6
                                    

"Ikan cupang lagi salto"

"Aseekkkk"

"Hanya Renjun yang paling jelek!"

Sebuah sendok langsung saja mendarat mulus di kepala Haechan, "Ga nyambung, bodoh!" cerca Jeno.

"Sakit, Juned!"


Renjun hanya terkekeh melihatnya. Haechan tidak bermaksud buruk, karena dia tahu sebenarnya dia tampan. Senja saja mengatakan seperti itu.

Kawannya itu hanya mencoba menghiburnya setelah sang Ibu meninggalkan dirinya.

Tenang, Renjun juga sudah mengikhlaskannya.

"Kakak harus ikhlas atas kepergian beliau. Kalau engga, nanti beliau ga tenang disana."

Perkataan Senja kala itu membuat Renjun sadar.




"Bapak Renjun saja ga kenapa-kenapa, tuh" kata Haechan seraya mengusap kepalanya hasil lemparan sendok Jeno tadi.

"Saya ga mau ladeni orang kayak kamu, buang-buang tenaga saja."

"Wow! Impressive!" kata Mark

"Pedas bagai cabai Mpok Wati!"

"Haechan kalah debat sepertinya pemirsa!"

Haechan hanya mendengus mendengar kawan-kawannya itu. Dasar, tidak ada satupun yang berpihak dengannya.

"Kalian semua belum saja gue pecat jadi kawan!"




"Njun, sudah sampai mana keseriusanmu dengan adik kelas itu?" Jaemin bertanya.

"Keseriusan bagaimana?"

"Kali aja lo mau bawa dia ke pelaminan," timpalnya lagi.

"Ngaco kamu, ga mungkin" elak Renjun

"Cielah, tiba-tiba besok ada undangan pura-pura kaget aja kita ya" kata Haechan

"Kalau mau, gue bisa bayarin gedungnya," tawar Chenle

"Diem kamu, kaya! Sombong amat!"

"Diam kamu, miskin! Sirik amat!"

Mark mendengus, "Stop it! i know gue ganteng"

"Diam kamu, squidwark!" cibir Haechan.

"What?!"

Jaemin memutar bola mata malas, "Sudah, kalian seperti hewan-hewan yang sedang berdebat"

"Diam kamu, Jamal!"











"Senja kasian, ya" ujar Haechan tiba-tiba

"Kasian gimana?"

"Kira hidup gue keras banget, ternyata ada yang lebih keras."

Renjun menaikkan salah satu alisnya, "Maksud kamu?"

"Jangan bilang lo ga tau tentang dia, Njun"

"Kenapa dengannya?"

Haechan menarik nafas, "Berdasarkan informan terpercaya gue, Senja dijauhi semua orang. Ga semua sih, ada gue soalnya."

"Hey! Serius dulu," kata Mark.

"Iye iyee," Haechan mendengus. "Katanya dia dijauhi karena dia lahir diluar nikah."

"Hah?" Renjun benar-benar terkejut.

"Tau lah kalian, ye. Anak yang lahir diluar nikah, karena sebuah kesalahan."

Jadi Senja?

Renjun tidak tahu selama ini.





"Udah gitu?" tanya Jisung si anak kepo

"Ya gitu. Dia sendirian. Belum lagi si bapak Renjun ini selalu tidak peduli dengannya. Wah, dia kuat sekali," sindir Haechan

"Wah, Huang Renjun ga punya perasaan."

"Perlu dipecat jadi kawan."

Dan berbagai cibiran yang dilontarkan, jelas untuk lelaki itu.







"Hey! Mau kemana??" Jaemin bertanya saat Renjun tiba-tiba saja berdiri dan berlalu dari hadapan mereka semua.

"Dia mau kemana?"

"Tentu saja menemui Senja," kata Chenle.















Renjun berlari menyusuri koridor, mencari keberadaan Senja tentunya.

Manusia macam apa saya ini?

Senja tahu segala hal tentangnya, tapi Renjun?
Dia merasa telah menjadi manusia paling jahat di dunia ini.






Langkahnya membawanya ke kebun bak labirin ini. Tempat dia menemukan Senja dulu. Dia segera berlari begitu melihat gadis itu tengah berdiri memunggunginya, menatap kolam ikan. Persis waktu itu.

Tanpa pikir panjang, Renjun membalikkan tubuh Senja. Kini dapat dia lihat jelas wajah gadis itu.

"K-kak Renjun?" Senja terkejut tentu saja. Dia tersentak saat Renjun membalikkan badannya tadi.

Senja sontak membulatkan kedua matanya, sangat terkejut dengan perlakuan kakak kelasnya yang tiba-tiba ini.





Renjun memeluknya.

Iya, Renjun memeluk Senja. Memeluknya dengan begitu erat.




"K-kakak kenapa?" tanya Senja tidak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya.

Tak ada respon yang didapatnya, Renjun hanya diam tanpa berniat menjawab perkataan Senja. Sekali lagi dia hanya memeluknya seerat mungkin.

Lagi-lagi Senja terkejut ketika Renjun memposisikan kepalanya di bahu gadis itu, masih tetap memeluknya. Dia dapat merasakan deru nafas lelaki itu di lehernya.




"Maafkan saya," bisiknya di samping telinga Senja.





- huang renjun -

sial, saya baper.

perihal senja, renjun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang