enam

172 43 1
                                    

Lelaki itu tengah melangkahkan kakinya di atas hamparan pasir putih nan halus. Dia berjalan tanpa alas kaki, membiarkan pasir-pasir itu memasuki sela-sela jari kakinya.

Dia berhenti sejenak, memandang pemandangan indah di depannya ini. Menghirup udara sedalam-dalamnya, dan menghembuskannya. Matanya beralih pada langit disana.

Senja. Dia sangat suka hal itu.

Warna-warna kontras yang berpadu menjadi satu, sangat indah pikirnya.  Dia tidak pernah lelah memandangnya. Sayang, itu hanya sementara.




Matanya tiba-tiba mendapati sosok seorang gadis yang sedang duduk  di tepi pantai, terlihat dia memeluk kedua lututnya. Lelaki itu mendekat, sepertinya dia mengenal gadis itu.

"Senja?"

Sang empunya berbalik, nampak terkejut dengan kehadirannya saat ini.

Tunggu, dia.....

......menangis?

Itu gadis yang selama sebulan ini selalu saja mengikutinya, mengganggunya, mengetahui segala hal tentangnya, namun dia membiarkan hal itu. Meski diberitahu berkali-kali untuk menjauh, tetap saja keras kepala. Justru gadis itu makin gencar mengejarnya.

Renjun ikut duduk di sampingnya, ikut memeluk kedua lututnya, "Apa yang kamu lakukan disini?"

Senja buru-buru menghapus bulir air matanya, tidak ingin dilihat oleh siapapun, "Hey, kamu menangis?" Renjun bertanya.

Gadis itu menggeleng, "Tidak, hanya kelilipan."

Bohong. Renjun tahu dia bohong. Jelas-jelas tadi dia melihat gadis itu terisak dari kejauhan. Tapi biarlah, dia juga tidak peduli.





Renjun hanya mengangguk, "Kamu belum menjawab pertanyaan saya."

"Pertanyaan yang mana?"

"Tadi, apa yang kamu lakukan disini?"

Senja mengangguk paham, "Ahh, aku hanya ingin kesini. Aku suka pantai ini."

"Kenapa kamu suka pantai ini? Kamu ikutin saya?" kata Renjun.

"Hah? Tidak! Mana mungkin! Aku sudah menyukai pantai ini sejak lama." sanggahnya

"Lalu kenapa kamu disini?"

"Hey! Kakak pikir pantai ini punya kakak? Semua orang bisa berkunjung kesini, tau!"

Renjun mengangguk, benar juga dia.




"Pantai ini menjadi saksi bisu bagiku, makanya aku suka kesini. Terbiasa, mungkin?" kata gadis di sampingnya.

"Saksi bisu perihal apa?"

"Ada, kakak engga perlu tahu."

"Yasudah, saya juga tidak peduli."

Senja terkekeh mendengarnya, "Kalau tidak peduli, kenapa bertanya?"

Renjun diam, berfikir sejenak. "Hanya bertanya, salah kah?"

Senja menggeleng, "Tidak, kok."





Keduanya diam, enggan membuka percakapan lebih lanjut. Renjun sibuk menikmati warna-warna yang menghias langit saat ini, begitupun Senja yang sibuk mengagumi sosok di sampingnya saat ini.

"Berhenti lihatin saya," ucap Renjun, sadar sedari tadi gadis itu memperhatikannya.

Senja terkekeh pelan, "Kakak kenapa suka senja?"

"Saya tidak suka kamu."

"Maksudnya bukan senja aku, senja yang di langit" sanggahnya.

Ah, itu.




perihal senja, renjun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang