lima

185 41 1
                                    

"Kak Haechan!" Sang empunya berbalik, aku segera menghampirinya.

"Lihat Kak Renjun, ga?" tanyaku

Kak Haechan menaikkan salah satu alisnya, "Kenapa, nih? Rindu?"

"Jelas lah," jawabku mantap, aku memang merindukan kakak kelasku itu.

Kak Haechan tertawa kecil, lucu sekali dia. "Sebenarnya gue dilarang memberi tahu keberadaannya, tapi karena adik kelasnya rindu, yasudah. Sepertinya gue harus menanggung resiko akan dihajar olehnya"

Ah, Kak Haechan ini peka sekali.




"Tadi dia pamit ke perpus," kata Kak Haechan. Aku segera pergi menuju perpustakaan setelah berterima kasih pada Kak Haechan, yang dibalas anggukan olehnya.

Perpustakaan sekolahku tampak sepi, mungkin karena sedang istirahat. Makanya lebih banyak yang memilih untuk mengisi perut, daripada mengisi otak. Dan Kak Renjun adalah orang yang lebih memilih mengisi otak daripada mengisi perut.

Aku mendapati sosok yang sedari tadi kucari di sudut tempat ini, itu tempat favoritnya. Kak Renjun anti dengan orang yang tidak dikenalnya, jelas dia memilih tempat itu.




"Mau apa kamu?" tanya Kak Renjun begitu aku duduk di sampingnya. Kulihat dia cukup terkejut dengan kedatanganku tiba-tiba.

"Mau mengisi hati"

"Dengan apa kamu akan mengisinya?" dia bertanya

Aku tersenyum mendengarnya, "Dengan melihatmu"

Kak Renjun hanya diam, kemudian dia berdiri dari duduknya, "Mau kemana?" tanyaku menarik ujung bajunya.

"Pergi"

"Jangan," aku menarik pergelangan tangannya untuk duduk kembali, "Aku tidak akan mengganggu kakak."

"Hadirmu cukup membuat saya terganggu," katanya membuatku tersenyum.




"Kakak tunggu disini, aku akan mengambil buku untuk mengisi otak." Aku segera berjalan meninggalkannya, lalu mencari buku yang ku inginkan. Tidak lama, karena aku hanya mengambil sembarangan buku di dekat situ.

Kak Renjun sepertinya kebingungan dengan buku yang kuambil, "Kamu mengisi otak dengan buku seperti itu?"

Aku mengangguk, "Iya"

"Cara menjadi orang tua yang baik?" tanyanya. Aku mengernyit, apa maksudnya?

Ah, sialan. Itu judul buku yang baru saja kuambil. Ini pasti buku sumbangan dari siswa, siapa yang memberikan buku seperti ini untuk dibaca? Seketika aku ingin meruntuki orang itu.




"A-ah, i-iyaa. Aku ingin menjadi orang tua yang baik, haha," kataku terbata.

Kak Renjun terkekeh mendengar pengakuanku, "Jangan ketawa!" ucapku, bisa-bisanya dia menertawakan kebodohanku ini.

"Lucu" katanya

Aku tidak salah dengar? Ini orang yang kemarin menyuruhku untuk menjauhinya karena tak suka denganku, sekarang dia baru saja mengatakan kalau aku lucu? Aneh.




"Katanya tak suka denganku?" tanyaku

"Saya hanya mengucapkan kata lucu untuk kebodohanmu, bukan berarti saya akan menyukaimu" Tiba-tiba dia berubah menjadi ketus kembali.

Oke, iya kebodohan.




Aku hanya diam, tidak tahu ingin berbicara apa. Kak Renjun juga tetap sibuk dengan buku di hadapannya. Entah apa yang aku lakukan, hanya membolak-balikkan buku yang tak sengaja kuambil ini.

perihal senja, renjun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang