tiga

253 45 0
                                    

"Darimana?" Jeno bertanya saat Renjun baru saja duduk di antara mereka.

"Ruang guru."

"Lama banget, padahal cuma ruang guru," celetuk Haechan, "Godain guru yaa?"

Renjun menatapnya sinis, "Kamu tahu? Orang sok tahu cepat mati."

"Heh! Enak saja!"

Jaemin mendengus, "Sudahlah, kalian selalu saja bertengkar. Gue capek lihatnya."

"Yasudah, jangan dilihat. Saya juga ga mau dilihatin sama kamu," balas Renjun tenang.

Jisung bertepuk tangan, "Wah! Bapak Renjun pedis sekali mulutnya."

"Cocok dijadikan sambal oleh mami saya," celetuk Chenle sambil ikut bertepuk tangan.

"Dasar kaku kayak kanebo!" cibir Haechan.

Renjun hanya diam, malas meladeni mereka. Dia juga tahu mereka semua hanya bercanda, jelas mereka menyayanginya, ehm.




"Njun, ketemu sama dia?" tanya Jaemin.

"Dia siapa?"

"Adik kelas."

"Iya, kenapa tahu?"

"Tadi dia nanya, nyari lo katanya."

Renjun mengangguk, "Kamu yang memberikan nomor saya padanya?"

Jaemin diam, dia tampak gugup, "Eng-enggaa, sembarangan" Jaemin meruntuki dirinya sendiri sudah bertanya demikian.

"Kenapa gugup begitu?"

Sial.




"Muka lo serem," balas Jaemin apa adanya, nyatanya muka Renjun saat ini sudah seperti singa yang akan menerkam mangsanya.

"Oh, yasudah," Renjun kembali fokus dengan makanan di hadapannya, tadi dia memang menitip kepada Jisung untuk membelikannya.




"Adik kelas yang kemarin nahan di pagar?" Jeno bertanya tiba-tiba.

Jaemin sontak membulatkan matanya, "Kenapa diungkit sih?" bisiknya pada Jeno yang berada di sampingnya.

"Lah, kenapa?" Jeno bertanya balik, "Emang iyaa, kan? Kemarin dia minta nomor Renjun sepertinya."

Dasar Lee Jeno tidak peka.





"Na Jaemin, jelaskan ke saya."

Bulu kuduk Jaemin merinding saat ini, dia merasakan keringat yang sedari tadi membanjiri pelipisnya.

"Anu i-itu—

"Nana!"

Jaemin berbalik, mendapati seseorang yang sedari tadi ditunggunya.

Syukurlah.




"Kok ditinggal?" kata gadis berambut panjang itu.

"Lupa kalau lo ada," Jaemin terkekeh kemudian berdiri secepat kilat, "Kita mau ke perpus, kan?"

"Hah? Maksudnya?" gadis itu nampak bingung.

"Iyaa, kemarin kan ngajak ke perpus," Jaemin menatapnya seakan-akan memberi kode meminta bantuan.

"Apasih? sejak kapan gue mau ke perpus?"

Ah, gadis ini juga tidak peka.

"Udah, ayo!" Jaemin menarik gadis itu berlalu di hadapan mereka semua, meninggalkan mie yang masih panas.

"Gue sama Natha ke perpus dulu, ya!"




perihal senja, renjun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang