perihal senja, renjun ✔

dua puluh delapan

"Kamu sebentar bisa pulang sendiri? Saya ada kelas tambahan sebentar"

Aku mengangguk, "Iya gak papa. Lagipun kakak ga perlu selalu ngantar. Aku sudah besar."

Saat ini aku sedang menemani Kak Renjun di perpustakaan.

Kak Renjun mengangguk, "Maaf, saya ga bisa ngantar dulu. Guru saya ngotot kelas tambahannya langsung lanjut setelah pulang sekolah"

"Iya gak papa. Kakak belajar saja"

"Nanti saya kasih uang untuk pulang. Atau saya suruh Jaemin atau Haechan ngantar kamu," katanya

"Gak usah, ih. Nyusahin. Aku pulang sendiri aja" aku ngotot. Pasalnya selama ini aku tidak enak, Kak Renjun sudah banyak membantuku. Terlalu banyak.

"Atau sama Natha aja kamu. Aera juga boleh"

Sekedar info, Kak Aera itu pacar Kak Haechan. Bukan pacar sih, Kak Haechan saja yang kepedean menganggapnya pacar. Padahal Kak Aera tidak punya rasa apa-apa.

"Hih gak usah! Lagipun mereka pasti diantar juga sama Kak Jaemin dan Kak Haechan"

Kak Renjun mengangguk, "Iya juga, ya. Saya lupa"

"Ngantuk kamu?" tanya Kak Renjun, pasalnya aku baru saja menguap

"Sepertinya" ujarku

Tangan Kak Renjun tiba-tiba memegang kepalaku, kemudian mendorongnya pelan agar terletak di atas meja. Aku hanya menurut, jujur aku sangat mengantuk.

"Tidur"

Kak Renjun mengusap lembut rambutku, bermaksud membuatku tertidur. Tapi bagaimana mana aku bisa tidur kalau perlakuannya seperti itu?!

Perlakuan Kak Renjun selanjutnya sekali lagi sangat berbahaya bagi jantung dan hatiku.

Kalian tahu?

Dia ikut menempatkan kepalanya di atas meja, dan menghadapkan wajahnya di depanku. Singkatnya kami berdua saling berhadapan saat ini dengan jarak yang tidak manusiawi!

Aku melotot terkejut, "Kakak ah! Jangan begitu! Jantungku sedang berdisko di dalam ini!"

Kak Renjun hanya terkekeh. Dia malah kembali mengusap pelan rambutku tanpa mengubah posisinya sama sekali.

"Sama, saya juga," katanya

Oke, aku pastikan kewarasanku hilang seketika.

- huang renjun -