Reza membawa Lilian ke sebuah taman. Duduk berdua di bangku besi berukir dan saling diam. Tatapan keduanya mengarah lurus ke depan, sesekali pandangan Lilian mengedar ke orang yang berlalu lalang sore ini.
Reza duduk bersendekap dan masih mengatur otaknya yang mulai kacau. Rara, gadis yang sedang dekat dengannya dan mengklaim sebagai pacarnya, gadis cantik itu mulai cemburu melihat Lilian dekat dengannya. Tak munafik, Rara lebih cantik dari segi manapun dari Lilian tapi entahlah ... bersama gadis gendut di sampingnya lebih menarik minatnya untuk saat ini.
Reza melirik Lilian yang tertawa lirih. Ia mengikuti arah pandangan gadis di sebelahnya. Gadis itu tengah memandang dua anak kecil yang menangis karena gula kapas mereka menyatu.
"Lo seneng ngetawain orang yang lagi sedih rupanya."
Lilian segera menoleh ke Reza yang melontarkan komentar tak masuk akal padanya.
"Dari pada lo, dari tadi kayak orang-orangan sawah. Diem dan tak bicara. Lo lagi mikir apa sih?"
"Gara-gara lo, Rara cemburu," tuduh Reza. Sejatinya dia hanya mencari bahan pembicaraan sekenanya.
Otaknya masih sibuk mencerna, kenapa Lilian lebih menarik dari pada Rara. Menarik dari segi apa? Atau ini hanya efek dirinya sudah mulai bosan pada Rara? Atau ....
"Fiks, ada yang salah dengan otak lo," ketus Lilian.
Huft, baru gue mau mencari sumber masalah. Ternyata dia lebih gercep menyadari kalau gue mulai gila. 'Ada yang salah dengan otak gue?' batin Reza.
Reza manggut-manggut pelan. "Mungkin."
Lilian menoleh dengan cepat ke arah Reza. "Lo bilang gue boleh ikut tapi sekarang lo nyalahin gue. Lo gila!" bentak Lilian kesal.
Lilian berdiri dengan cepat. Saat hendak berjalan pergi, tangannya dicekal oleh Reza. Bukan karena takut gadis itu kabur tapi ada sesuatu yang aneh dari gadis itu.
"Apalagi?!"
"Tunggu!" seru Reza seraya memgacungkan jari telunjuknya ke arah Lilian.
Gadis itu seketika diam dan menunggu Reza bicara.
Reza mengamati baju Lilian dan lekuk tubuh gadis itu. Aneh, itulah komentarnya.
Berdiri dan memutar bahu gadis itu agar membelakanginya dan memutar lagi untuk menghadapnya."Lo ... ngerasa aneh nggak sama tubuh lo?"
Lilian menggeleng pelan. "Gue nggak apa-apa. Kenapa?"
"Lo ngerasa baju lo kegedean nggak?"
Lilian terdiam. Mencermati pertanyaan Reza dengan otak yang bekerja keras. Mengamati baju dan celananya. Tak ada yang salah dengan penampilannya. Netranya beralih menatap ke arah Reza yang tampak masih bingung.
Seriusan nih? Reza mulai gila. Check.
"Maksud kamu?" ucapan Lilian terjeda. "Baju gue jelek?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lilian dan Pangeran Katak (SUDAH TERBIT)
Teen FictionSUDAH TERBIT DI STAR AKSARA FOLLOW SEBELUM BACA YA. "Perintah lo? Ogah. Lo cuma pegawai dan gue majikan," tegas Lilian seraya mencondongkan tubuhnya ke depan. "Gue paham posisi gue di rumah lo tapi di penawaran gue kali ini, lo babu dan gue majikan...