part 13

104 59 20
                                    

"Hai, Lilian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hai, Lilian."

Lilian mengangkat tangannya hendak melambai tapi cowok di depannya malah mengulurkan tangannya.
Mau tak mau, Lilian menjabat tangan yang terulur ke arahnya. Jantungnya mulai tak beraturan, pasalnya baru pertama kali ini ia menyentuh tangan cowok selain tangan Reza.

Lilian tersenyum tipis. "Hai, Sulthan."

Sulthan hanya mengangguk dan segera menarik tangannya dari tangan Lilian. Senyum sumringah Lilian terpancar dan mengabaikan Sulthan yang menatapnya dengan heran.

Gue mimpi nggak sih? Sulthan menyentuh tangan gue? Auwww. Serasa menang undian berhadiah cogan. Ya Allah, setelah tiga tahun menanti, akhirnya datang kesempatan untuk bersentuhan dengannya ... teriak Lilian dalam hati.

"Mari masuk, kita berbincang-bincang di dalam," ajak Pak Pranoto.

Pak Pranoto dan semua orang segera masuk ke dalam ruang tamu tapi Lilian dan Sulthan memilih tetap berdiri di teras rumah. Suasana canggung menjebak keduanya.

"Masuklah, angin malam nggak bagus untuk kesehatan, lo adalah tamu di sini."

Sulthan hanya berdehem pelan sebelum akhirnya mencolek lengan Lilian pelan. Tapi gadis itu tak menoleh sama sekali ke arahnya. Terlalu gugup untuk sekedar melirik ke arah cowok di sampingnya.

"Mana bodyguard lo? Apa jam segini dia udah tidur?"

"Reza?" jawab Lilian dengan sebuah pertanyaan. Memberanikan diri memandang Sulthan yang tak menoleh ke arahnya.

Sulthan mengangguk. "Siapa lagi? Emangnya ada yang lain?"

"Dia di kamar," jawab Lilian. Netranya memicing menatap Sulthan, penasaran. "Sebenernya lo kesini mau ikut bokap lo atau mau ngapelin si Reza? Lo normal, kan?"

Sulthan mengalihkan pandangannya ke Lilian dengan cepat.

"Maksud lo?" Dahi Sulthan berkerut sempurna. Ada rasa penasaran dan tak mengerti dengan kata-kata Lilian barusan. Sorot mata elangnya menatap tajam, menyelidik motif di pikiran Lilian.

Lilian memalingkan wajahnya yang gugup karena tatapan tajam Sulthan. "Lo lebih tertarik sama babu gue dari pada sama majikannya? Apalagi dia cowok? Lo mulai buat gue mikir, jangan-jangan lo gay."

Sulthan bergerak cepat, mencengkeram lengan Lilian erat. Ucapan Lilian yang pedas mampu menyentil rungunya. Tuduhan gadis itu benar-benar fatal menusuk jantungnya. Gadis itu meringis lirih kala cekalan pada lengannya terasa panas.

"Lo nggak usah sok cakep di depan gue. Gue nggak tertarik sama lo," cibir Sulthan dengan sudut bibir yang terangkat satu.

Ada rasa perih menjalar di hati Lilian bahkan sakitnya mengalahkan rasa sakit di lengannya. Ada rasa sesal yang mulai menjangkiti hatinya. Menyesal telah melontarkan ucapan menohok pada sang pujaan hati.

Lilian dan Pangeran Katak  (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang