part 14

97 58 19
                                    

Bagian ini akan banyak narasinya, semoga kalian nggak bosen bacanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bagian ini akan banyak narasinya, semoga kalian nggak bosen bacanya. Jangan lupa tandai typonya biar ku perbaiki.


Memanjat pagar besi seperti yang sekarang tengah di lakukannya merupakan sesuatu yang mudah Reza, apalagi kegelapan malam tanpa bulan yang menyinari, sebagai nilai plus. Mendarat mulus di tanah dengan suara minim. Segera mengendap dan sedikit membungkuk melewati gugusan tanaman perdu yang berbaris rapi.

"Rumah sebesar dan semewah ini tanpa penjaga adalah hal yang bodoh. Bodoh dan pelit adalah kombinasi apik."

Monolog Reza dengan senyum bahagianya, bahagia karena tidak perlu khawatir dengan penjagaan. Bersembunyi di balik pohon cemara dan meneliti rumah di depannya. Seperti dugaannya semula, rumah ini hanya mengandalkan penjaga pintar.

Reza kembali merogoh ponselnya. Nama Roman kembali jadi incaran telfonnya. Menelfon sang hacker andalan adalah pilihan yang tepat malam ini.

"Matikan cctv-nya," titahnya saat terdengar suara sapaan di seberang.

Suara kekehan Roman terdengar mengejek, "Apa perlu gue buka kode brankasnya sekalian?"

"Dasar mata duitan! Gue bukan perampok!!" sarkas Reza.

"Ya elahhh, perampok bukan tapi kegiatan lo ronda malam di rumah musuh lo, itu sangat mengkhawatirkan. Oh ya, dalam waktu lima belas menit, lo harus keluar dari situ. Sulthan baru saja keluar dari rumah Lilian."

Mata Reza terbelalak lebar. Menatap ponsel dengan kesal, apalagi suara tawa penuh kemenangan Roman sangat mengganggu rungunya.

"Brengsek lo! Jangan bilang lo sadap juga cctv rumah Lilian?!" bentak Reza dengan suara geraman.

"Tenang, adegan lo di teras bersama majikan lo gak akan kebongkar. Aman, bro."

Reza mematikan ponselnya secara sepihak. Mengeluarkan sarung tangan hitam dan memakainya cepat, tak ingin meninggalkan jejak yang bisa menyeretnya ke dalam bahaya.

"Shit!!" umpat Reza.

Lima belas menit? Gue harus segera masuk nih.

Reza berlari kecil menuju pintu rumah. Dengan cepat dia mengeluarkan kunci kombinasi dari kantong jaketnya. Memutar kunci seraya mengawasi keadaan sekitarnya.

Klik, ceklek

Bernafas lega dan tak menyia-nyiakan kesempatan untuk masuk ke dalam rumah dan mengunci pintunya menggunakan kunci kombinasi kembali. Tertegun dengan rumah yang berdekorasi ala Victorian tapi ia tak bisa berlama-lama di sana. Berjalan cepat dengan suara yang minim dan mulai perlahan membuka satu persatu kamar di lantai satu dengan hati-hati.

"Kalo gue jadi Sulthan, gue akan milih kamar di lantai dua. Dekorasi di lantai satu terkesan tua," monolog Reza.

Menyusuri tangga yang melingkar dengan perlahan, bersyukur lantai tangga di lapisi karpet hingga ia tak terlalu khawatir derap langkah kakinya terdengar rungu penghuni rumah yang mungkin belum terlelap. Kembali mengabsen setiap pintu yang bisa di buka hingga langkahnya terhenti di dalam sebuah kamar.

Lilian dan Pangeran Katak  (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang