Lilian dan Reza duduk di atas rumput taman dengan kaki selonjoran. Mengatur nafas yang masih sedikit terengah-engah. Keduanya baru saja berlari, lebih tepatnya berlari di selingi dengan berjalan kaki keliling komplek sore ini. Keringat masih mengucur deras dari dahi dan badan keduanya.
Lilian melirik ke arah Reza sekilas dan kembali mengatur nafasnya. Mendongakkan kepalanya untuk menatap langit sore ini, cerah tanpa gumpalan awan. Secerah harapannya untuk berubah.
"Kalo lo lakuin aktivitas kayak gini terus, dalam seminggu gue jamin ... berat badan lo turun drastis."
Lilian memutar bola matanya ke arah Reza cepat. Cowok itu tersenyum dengan pandangan lurus ke depan. Netra Lilian seakan tak percaya dengan ucapan Reza barusan.
"Lo yakin?" tanya Lilian.
Reza mengangguk singkat tanpa menatap ke arah Lilian. Lilian kembali mendongakkan kepalanya, menatap langit dengan lekat. Sebuah wajah berkelebat di benaknya, entah mengapa bayangan wajah itu mulai mengganggunya.
"Za, Rara tuh pacar lo?"
"Iya. Kenapa?" dusta Reza.
Lilian menghela nafasnya pelan.
"Cantik," gumam Lilian yang hampir tak bersuara.Reza menatap Lilian cepat. Menatap dengan manik coklatnya yang tajam bak elang. "Apa?"
Lilian menatap Reza cepat. "Salah ya? Tapi, dia emang cantik," cicit Lilian.
Reza tertawa lepas. Mengacak poni Lilian dan sebentar kemudian tangannya menarik rambut Lilian yang dikuncir kuda. Melepas ikat rambut dan membiarkan rambut Lilian terurai.
Tangan Lilian buru-buru menyambar karet gelang dari tangan Reza dan dengan cekatan tangannya mengikat rambutnya lagi.
"Masih cantik lo, Lilian," puji Reza pelan.
Tangan Lilian berhenti mengikat rambutnya. Dengan cepat Reza menarik karet gelang yang belum tuntas tersemat itu, hingga rambut Lilian terurai kembali. Lilian menatap Reza yang tersenyum melengkung dengan mata berbinar. Ada rasa bangga yang terselip di hati Lilian yang paling dalam.
Akhirnya ada juga bilang gue cantik. Selama ini hanya ejekan dan cibiran yang gue denger. Semoga Reza nggak menarik ucapannya barusan ... gumam Lilian dalam hati.
"Lo bisa aja. Gue cantik? Lo liat gue dari jarak seribu kilometer, Za," ucap Lilian di sertai senyum kecut.
Tangan Lilian berusaha menyambar karet gelangnya tapi Reza dengan cepat membuang karet gelang ke sembarang arah, membuat Lilian mengerucutkan bibirnya
"Reza, ihhh. Nyebelin," keluh Lilian dengan pukulan ke lengan cowok di sampingnya itu.
"Untuk apa lo iket rambut lo?"
"Biar rapi!"
"Rambut lo indah. Nggak butuh karet buat rapiin. Cukup seperti ini."
Jemari Reza terulur dan merapikan anak rambut dan poni Lilian. Menyelipkan rambut yang ada di wajah Lilian ke belakang telinga gadis itu. Lilian merasakan belaian jemari Reza dengan nafas yang tertahan. Jantungnya mulai memompa cepat dan paru-parunya mulai kekurangan pasokan oksigen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lilian dan Pangeran Katak (SUDAH TERBIT)
Teen FictionSUDAH TERBIT DI STAR AKSARA FOLLOW SEBELUM BACA YA. "Perintah lo? Ogah. Lo cuma pegawai dan gue majikan," tegas Lilian seraya mencondongkan tubuhnya ke depan. "Gue paham posisi gue di rumah lo tapi di penawaran gue kali ini, lo babu dan gue majikan...