Part 19

86 52 22
                                    

"Masuklah adikku sayang," sapa Luthfi dengan senyum melengkung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Masuklah adikku sayang," sapa Luthfi dengan senyum melengkung.

Reza tersenyum mendengar sapaan sang kakak, menyambut pelukan hangat dan tepukan di punggungnya membuat desiran hangat sang kakak memasuki relung hatinya.

Luthfi menarik tangan adiknya untuk duduk di sofa. Berdampingan dan saling menepuk bahu sembari senyum terus menghiasi wajah keduanya. Maklum, sejak satu bulan yang lalu mereka terpisah karena sebuah insiden.

"Bagaimana kabar kak Luthfi?" tanya Reza seraya tersenyum tipis.

"Cukup basa basinya. Apa kau sudah siap melepas judul ketua geng motor?"

Pertanyaan sang kakak yang to the point membuat Reza kaget. Tapi, rasa itu coba di tepisnya mengingat sifat kakaknya yang tak pernah mau berbelit-belit.

"Sudah tapi aku punya syarat."

Tatapan tajam Luthfi menghujam netra Reza seketika. Menggelengkan kepalanya pelan di sertai decakan sebal. "Aku tak menerima syarat apapun. Kau tau dari arah mana kau masuk, tentu saja kau tau jalan keluarnya."

"Please, bantu aku melupakan seseorang."

"Melupakan dan melepas cinta pertamamu? Atau ... merelakan dia pergi dengan penjagaan ketat?"

"Melupakan dan melepas cinta untuknya. Dan merelakan dia pergi dengan penjagaan ketat," pinta Reza.

"Siapa dia? Jangan bilang dia anak gadis Pak Pranoto," tebak Luthfi dengan dahi berkerut.

"See, I can't hide anything from you," jawab Reza.

"Deal. Akan ku jaga dia untuk kamu!" pekik Luthfi seraya mengangkat kedua tangannya, sebagai tanda menyerah akan persyaratan yang diajukan adiknya.

Seorang pria berjas masuk, membungkukkan badannya pada Luthfi dan beralih ke Reza. Menengadahkan tangannya seperti sedang meminta sesuatu. Reza menatap pria di sampingnya dengan tatapan bingung.

"Serahkan ponselmu. Kita akan bersihkan virus GPS dan semua file kecuali nomer telfon dan foto. Dan memastikan tak ada yang membajak sim cardmu."

Mau tak mau Reza menyerahkan ponselnya ke pria berjas di sampingnya. Segera pria itu pergi dengan ponsel Reza yang sudah ada di tangannya.

"Ayah mengetahui ulahmu yang masuk ke rumah Pak Hendra. Kita, memutuskan untuk mengirimmu keluar negeri setelah liburan kalian berakhir. Aku sendiri yang akan menjemputmu di sekolah dan aku akan turun tangan untuk menjaga gadismu."

"Terima kasih, kak."

Luthfi bangkit dari duduknya dan diikuti oleh Reza.  Berdiri berhadapan, tangan Luthfi merapikan penampilan sang adik yang menurutnya berantakan.

"Lain kali kau harus berfikir jernih dan tampil serapi mungkin. Jangan tinggalkan jejak apapun yang bisa membahayakan bisnis keluarga kita," ucap Luthfi, kali ini tangannya sibuk menyisir rambut adik kesayangannya.

Lilian dan Pangeran Katak  (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang