Lilian berjalan pelan menuju perpustakaan, hendak mengembalikan buku bacaan yang sudah jatuh tempo masa pinjamnya. Ia sudah meminta Reza untuk menunggunya sebentar di kelas sebelum pulang.
Langkahnya terhenti sejenak, ragu untuk meneruskan kala netranya menangkap sosok Sulthan yang sedang duduk di bangku depan perpustakaan. Lilian menimang pikirannya, maju atau kembali ke kelas.
Perlahan Lilian membalikkan badannya untuk kembali ke kelas tapi suara Sulthan yang memanggilnya membuat langkahnya terhenti. Menghembuskan nafasnya kasar dan berbalik ke arah Sultan.
"Lilian, kenapa lo berdiri di situ? Lo mau kembaliin buku?" tanya Sulthan.
Lilian? Sejak kapan dia bisa mengucapkan nama gue dengan benar? Apakah dunia akan kiamat? Cowok angkuh kayak dia, sudah mau menyapa gue... teriak Lilian dalam hati.
Lilian memutuskan untuk kembali ke perpustakaan. Ia berjalan terus hingga mendekati pintu perpustakaan dan mengabaikan tatapan Sulthan. Jantung Lilian berkerja keras untuk memacu darah agar stroke tak mampir padanya.
"Lilian? Lo denger, kan? Nggak usah jual mahal kayak gitu," ketus Sulthan yang kali ini sudah ada di belakang Lilian.
Lilian menghentikan langkahnya dan rupanya Sulthan mengekor Lilian kala gadis itu masuk ke perpustakaan.
"Gue denger. Gue cuma heran aja, lo bisa bicara juga ya. Dan baru kali ini, lo ngajak gue ngomong. Biasanya kan lo cuekin gue," ketus Lilian tanpa menatap ke arah Sultan.
Sulthan tersenyum tipis. "Gue cuma mau kasih tau, babu lo tuh nggak beres. Dia anak geng motor dan lo tau kan, geng motor tuh kayak apa? Beringas dan suka bikin onar. Jangan sampe lo ... "
Sulthan menghentikan ocehannya saat tiba-tiba gadis di depannya berbalik badan, menatapnya dengan tatapan ketus.
"Wow, seorang Sulthan tiba-tiba peduli sama gue hanya karena babu gue yang bernama Reza? Atau emang ada niat lain? Perhatian sama gue gitu misalnya? Hemmm, penasaran gue?"
Pertanyaan Lilian sukses membuat Sulthan gelagapan. Dalam hatinya ia merutuki sikapnya yang sudah memancing rasa penasaran Lilian dan mengundang pertanyaan yang sulit untuk di jawab.
"Gue hanya mengingatkan posisi lo, lo nggak aman jalan sama dia," jawab Sulthan dengan nada suara yang melembut.
"Nggak aman?" tanya Lilian dengan kerutan alis, heran. "Selama ini dia yang belain gue. Apa ada di samping lo bisa jamin gue aman? Tapi nyatanya, nggak juga," tambahnya.
Sulthan menghela nafas. "Terserah lo. Gue cuma mau bilang itu."
Lilian memicingkan kedua matanya. Tersenyum miring dengan angkuh. "Gak usah sok perhatian sama gue!" bentak Lilian.
Sulthan berdiri mematung. Otaknya mencerna keras dan masih tak percaya dengan sikap gadis yang dari dulu memujanya itu berubah menjadi galak dan acuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lilian dan Pangeran Katak (SUDAH TERBIT)
Novela JuvenilSUDAH TERBIT DI STAR AKSARA FOLLOW SEBELUM BACA YA. "Perintah lo? Ogah. Lo cuma pegawai dan gue majikan," tegas Lilian seraya mencondongkan tubuhnya ke depan. "Gue paham posisi gue di rumah lo tapi di penawaran gue kali ini, lo babu dan gue majikan...