part 1

676 173 585
                                    

Pak Pranoto memasuki ruang makan dengan senyum mengembang. Di belakangnya, mengekor seorang remaja laki-laki seumuran anaknya, Lilian.

Kegiatan makan malam seketika terhenti kala deheman Pak Pranoto terdengar oleh rungu semua anggota keluarganya.

Netra Pak Pranoto mengabsen setiap wajah yang duduk mengitari meja makan. Pandangannya beralih ke remaja di sampingnya.

"Ini Reza, dia pegawai di kantor  Pak Alfian Basalamah. Mulai malam ini, dia akan tinggal di sini."

"Reza, itu istriku, dan itu kedua anakku. Lilian dan Abimana. Lilian seumuran denganmu dan Abimana masih kelas tiga SD," tutur Pak Pranoto seraya jari telunjuknya mengarah ke orang yang dikenalkannya.

Tak ada reaksi penolakan ataupun persetujuan dari keluarganya. Mereka menatap Reza datar dan kembali sibuk dengan sendok dan makanan di depannya.

"Duduklah," titah Pak Pranoto seraya mendorong pelan punggung Reza untuk maju dan menemukan kursi untuk tempat duduknya.

Reza berjalan pelan sambil menatap wajah-wajah asing di dekatnya. Hanya satu orang yang memperhatikannya. Lilian, anak gadis Pak Pranoto itu terlihat penasaran pada Reza yang seumuran dengannya.

Reza duduk di depan Lilian, menghadap hidangan yang tersaji di meja dengan berbagai variasi menu dan yang pasti menggiurkan.

"Hai, aku Lilian. Kau boleh panggil aku Lili," ucap Lilian mengenalkan diri.

Tangan kanannya terulur ke arah Reza. Sejenak Reza menatap tangan Lilian, sedetik kemudian dia menyambut tangan Lilian dan menjabatnya erat.

"Aku Reza."

Reza melepaskan jabatan tangan mereka. Senyum melengkung menghiasi wajah keduanya.

"Ohh ... Reja?" kata Lilian.

"Re-za. Bukan Reja. Za ... za!" protes Reza dengan sedikit mencondongkan tubuhnya hingga dadanya menempel ke pinggiran meja makan.

"Sensi amat lo," ledek Lilian sambil tersenyum jahil.

Mata Reza membulat sempurna kala mendengar cewek di depannya meledeknya, tapi Lilian tak menghiraukannya, tetap menikmati hidangan tanpa terganggu dengan tatapan Reza.

Nih cewek pingin banget gue timpuk pake centong nasi, tapi gue takut di keroyok massa. Kan dia yang punya rumah ... gumam Reza dalam hati.

"Lilian, Reza akan satu sekolah denganmu mulai besok. Semoga kalian bisa berteman dengan baik," ucap Pak Pranoto yang di angguki oleh Bu Agnes, Mama Lilian.

Lilian dan Reza saling berpandangan.

"Kamu."

Keduanya saling menunjuk, tak percaya mereka akan menjadi teman di sekolah yang sama.

....

"Lo nggak usah sok resmi. Di luar rumah, lo panggil gue Lilian atau Lili. No Liliput."

Jempol kanan Reza di angkat sebagai tanda setuju. Lilian tersenyum miring melihat Reza yang mau menuruti ucapannya.

"Oke ... Lili ...," jawab Reza ragu.

"LILIAN! Awas kalo lo panggil dengan nama yang lain!" tegas Lilian dengan mata yang mendelik sempurna.

Mengibaskan rambutnya yang di kuncir kuda dan berlalu dari hadapan Reza. Meninggalkan Reza yang masih melongo melihat anak majikannya yang ternyata ketus level lima.

"Lilian, nama gue Reza. Awas kalo lo panggil dengan nama yang lain!" teriak Reza.

"Bodo amat," sahut Lilian tanpa mau susah-susah membalikkan badannya.

Lilian dan Pangeran Katak  (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang