part 17

92 53 30
                                    

"Bangun!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bangun!!"

Lilian membuka matanya dengan malas, menatap cowok di depannya yang sudah berekspresi marah dan berkacak pinggang.

"Bangunin cewek tuh harus yang lembut, bukan dengan teriakan ala komandan pleton," protes Lilian dengan mata yang masih setengah terpejam.

Menaikan selimutnya hingga menutupi kepalanya, menuntaskan rasa kantuknya yang masih tersisa. Menutup mata kembali tapi alangkah kagetnya saat dengan cepat selimutnya tersibak dan berpindah tempat.

Reza menghempaskan selimut yang menutupi tubuh Lilian ke meja dengan kesal.
"Lo pingin cara lembut? Oke. Pake ciuman ala putri tidur, kan?" tanya Reza dengan suara yang melembut dan membungkukkan badannya.

Lilian mendorong wajah Reza dengan cepat kala wajah cowok itu mulai bergerak mendekati wajahnya. Ia segera duduk dan melotot tajam. Yang mendapat tatapan tajam hanya tersenyum puas dan melipat tangannya di dada.

"Otak lo mesum parah. Lo pikir gue cewek apaan?"

"Gue nggak paham maksud lo dengan cara lembut!" sarkas Reza.

Lilian menendang betis Reza dengan kesal. "Ihhhh, maksud gue, lo nggak usah pake teriak! Tapi nggak pake ciuman juga!"

"Wait," ucapan Reza terjeda. "Siapa majikan dan siapa babu? Lo berani bener teriak sama gue?" tanya Reza menambahi.

"Ya Allah, gue nyerah, Zaa. Gue bangun nih?"

Lilian bangkit dari duduknya dan bersiap ke kamar mandi tapi langkahnya terhenti saat tangannya di cekal oleh Reza.

"Good. Sekarang cuci muka dan sikat gigi. Terus lo ikut gue."

Lilian menggeliatkan tangannya agar terlepas dari cekalan tangan Reza. Mendengus kasar dan segera berlalu dari hadapan majikan sementaranya.

....

"Kita akan berlari dari sini sampai ke sana."

Mulut Lilian menganga lebar, tak percaya akan penglihatannya, arah yang di tunjuk oleh Reza adalah sebuah batu besar yang bertengger kokoh di bibir pantai. Dan itu adalah jarak yang sangat jauh baginya.

"Lo kebanyakan nonton drakor dan film romantis. Di film biasanya membully babunya dengan ide gila, mulai disuruh bersihin rumah sampai lari pagi. Ide lo sama gilanya ďengan di film."

"Gue emang terispirasi dari film, menyiksa babu adalah pekerjaan gue selama vakum dari dunia geng motor."

"See, lo gila," sindir Lilian kesal.

"Jangan kebanyakan protes, ayo lari," titah Reza dengan nada naik satu oktaf.

Lilian menghembuskan nafas kesalnya tapi tak pelak ia juga mengikuti Reza yang sudah terlebih dulu berlari kecil. Berlari di bibir pantai dengan bertelanjang kaki, sesekali riak ombak menyentuh kaki mereka. Hembusan angin laut menerpa dan menyapu lembut wajah keduanya. Lilian segera berlari di samping Reza.

Lilian dan Pangeran Katak  (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang