Bagian13

1 1 0
                                    

Pagi itu adalah saat-saat yang paling menawan, bagi siapa saja yang menyaksikannya. Tidak terlalu dingin, juga tidak terlalu panas. Tapi terlihat dengan jelas, metahari begitu cerah mengambang pelan di atas sana. Cahayanya menerobos sisa-sisa embun yang menggantung di antara udara. Pemandangan itu seketika membiaskan sinarnya, seperti lukisan realis dengan dua warna. Meskipun tidak ada burung yang berkicau atau pun bunga yang bermekaran, namun suasana sejuknya masih sangat terasa. Sayangnya suasana semacam itu tidak akan bertahan lama. Kendaraan roda dua dan empat begitu cepat keluar dari sarangnya. Mereka memadati jalan-jalan. Sektika pemandangan indah itu telah bercampur polutan. Sungguh nikmat Tuhan mana lagi yang mereka dustakan. Untung sekali aku masih sering bangun lebih awal dan menikmati semuanya.

Hari minggu itu akan berjalan cukup panjang. Aku sudah merombak jadwal latihan. Ini semua aku lakukan karena aku sudah kesal melihat kemalasan demi kemalasan lag-lagi terjadi. Pada latihan sebelumnya, banyak sekali pemain yang selalu saja datang terlambat atau bahkan absen. Jadi aku rasa perlu ada perbaikan. Pada suatu hari setelah selesai latihan, aku meminta para aktor untuk tidak pamit pulang terlebih dahulu. Seketika mereka paham dengan apa yang aku maksud. Kami duduk bersila hingga menghasilkan membuat lingkar kecil. Sebelelumnya latihan itu tidak dihadiri oleh Fatma, Dokoh dan Sherly. Karena merekalah tindakan ini akhirnya aku lakukan. Aku kembali meminta keseriusan para aktor dengan cara saling mencurahan isi perasaan. Kemudian aku berikan kepada mereka beberapa lembar kertas berisi naskah karya Heru dan semua perencanaan, juga kemajuan hasil latihan. Drama pun dimulai.
"Bulan agustus sebentar lagi akan tiba, dan kita masih berada di sini." Kataku berusaha memasang wajah serius. Aku lempar kertas itu kepada mereka. Kemudian Brewok mengambhilnya. Aku tidak menyangka kalau bocah itu akan mengambilnya. Jelas maksudku sendiri bukan itu.
"Ini apa Mas?" Celetuknya.
"Konsep Dhemit, tolong lanjutkan ya." Jawabku mudah saja.
"Maksudnya gimana?" Tanya Raka kepadaku.
"Aku mundur, selanjutnya Brewok akan melanjutkan posisi itu." Jawabku memberikan penekanan.

Tiba-tiba saja Siswanto datang dari balik tubuhku, lalu ia membujuk agar aku tetap bertahan sebagai sutradara. Sementara drama semakin menunjukan klimasnya. Aku sadar dari gerakan matanya, Siswanto berusaha memberikan aku aba-aba. Lantas aku berpura-pura marah dan kesal. Di depan mereka aku mengatahan semua keluhan dan kesulitanku.
"Bukan bagai mana, aku datang ke sini dengan pengorbannya yang cukup banyak. Tapi mereka masih tidak disiplin terhadap waktu." Ucapku kepada Siswanto sambil mengedipkan mata. Hampir lima detik tidak ada respon apa pun dari mereka. Jauh dari dalam hari, aku merasa bahwa ide ini sayang buruk dan konyol. Kalau mereka salah paham, maka aku bisa benar-benar berhanti dari tanggung jawabku sebagai sutradara.

"Kalau tidak begini saja. Naskah itu aku serahkan kepada kalian. Selanjutnya terserah kalian ingin melakukan apa." Tambahku, berharap mereka memberikan respon. Tentu saja aku sedang menguji mereka. Mana bisa aku berhenti begitu saja. Kalau aku berhenti, itu artinya aku bakalan sering menahan malu. Juga semua persiapan pementasan ini akan berakhir. Selama lima detik itu aku lihat kecemasan sedang menimpa wajah Siswanto. Sepertinya ia juga merasakan ketakutan yang sama. Tapi tiba-tiba saja, Albar berdiri dan mengambil selembar kertas berisi naskah karya Heru dan seluruh berkas itu. Kemudian bocah itu memandang wajahku dengan tajam.
"Aku kembalikan naskah ini kepadamu. Dan selanjutnya aku minta Mas untuk untuk kembali menjadi sutradara." Ucapnya dengan lantang. Aku benar-benar sangat terkejut melihat air wajahnya. Sebab aku tidak mengira kalau dia yang akan mengatakan itu. Lantas dengan senang hati aku ambil lagi naskah itu kemudian merencanakan kembali semuanya secara matang. Alhasil jadwal latihan terbaru sudah dibuat. Bagi siapa saja yang tidak hadir saat latihan dan tidak memberikan kabar, maka orang tersebut akan mendapatkan sangsi. Sangsinya sendiri untuk sementara waktu berupa fisik dan uang. Sementara bagi yang berhalangan, wajib hukumnya untuk memberikan kabar, sekurang-kurangnya lima jam sebelum latihan dimulai.

Para Aktor di Jagat KasarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang