Warning : Ada yang basah tapi bukan lumpia.
Kesibukan perkuliahan untuk Soja tidaklah menyita banyak masa. Paling sesekali menghabiskan setengah hari demi bimbingan skripsi, selebihnya gadis itu pasti berkeliaran di sekitar kampus atau Studio Kala di Sarinah. Oh, Soja bekerja di sana. Bukan sebagai petugas kebersihan atau pelawak, dia instruktur tari untuk murid pra sekolah hingga sekolah dasar.
Namun hari ini, tak tau kenapa Soja kepingin makan ketoprak kampusnya sebelum berangkat kerja. Ketoprak itu harganya sangat tidak setimpal dengan rasanya. Iya, harganya hanya ceban atau sepuluh ribu rupiah tapi rasanya jos gandos endulita kalo kata Soja.
“Sendirian aja, Mbak?”
Dihelanya napas. “Enggak, berdua.”
“Loh sama siapa?”
“Sama setan!”
Gelak jenaka orang itu keluar, dia lalu duduk di sebelah Soja. “Susah banget sih mau ketemu sama lo semenjak tenar.”
“Tenar gigi lo peyang? Ada juga gue yang gak bisa ketemu sama lo, Tatang.”
Tangguh nyengir tampan. “Sorry, udah kerja gue, Bos.”
“Belagu bener lo, buntut kadal.”
Tangguh tertawa lagi, rasanya lelah di kantor sepanjang waktu hilang pasca mendengar lawakan kotor sobatnya ini. “Skripsi gimana?”
“Yaelah basa-basi banget sih anda? Langsung aja tanyain yang mau lo tanya, gak usah sok peduli sama skripsi gue kalo gak mau jadi jokinya,” sambar Soja ketus. Mood-nya kurang bagus karena ketoprak yang dipesan belum juga datang sejak sepuluh menit lalu.
“Gue gak ngomong apa-apa? Dan lagi gue beneran peduli sama skripsi lo, pengen cepet-cepet kirim karangan bunga kelulusan ke sini atas nama lo.”
“Bokis banget maneh, Jambul,” seru Soja datar. “Dia bae-bae aja, Tang. Mana mungkin cewek punya pawang keadaannya gak baik.”
Air muka lelaki berkulit cokelat itu berubah sejenak. Kelam, sendu, kecewa serts sejumput bahagia terselip dari balik sinar netra hitam pekatnya. Kesimpulannya, Tangguh ini salah satu sad boi yang Soja kenal baik.
“Lo terlalu kenal gue, Ja.”
“Punten-punten nih, Pak. Hampir semaput temenan kita, malah aneh kalo gue gak mengenal lo dengan baik.”
“Bener,” setuju Tangguh agak geli. “Tapi, sorry. Gue mau nanya, lo boleh ngomel kalo memang gak suka.”
“Ape?”
“Kali ini serius? I mean, is he the one you’ve been looking for?”
Gantian Soja yang terdiam, parasnya memadam perlahan mencipta semburat merah muda menjalar ke seluruh pipi. Gadis itu terlihat kena demam tinggi, padahal dia malu. Melihatnya, Tangguh tersenyum bukan terbahak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia-Rahasia | Ryujin - Dowoon ✔
Romance❝Kok bisa-bisanya gue dapet genre hidup kaya gini sih, ya Tuhan ....❞ Was : #1 on Hallo Author #1 on Dowoon #1 on Lino #1 on Lee Know #1 on Orific #1 on Day6 #1 on Shin Ryujin #4 on yoondowoon #8 on Bahasa #11 on Ryujin Sebuah buku yang dibuat seba...