Misi 032 : Kesepakatan

917 193 39
                                    

“Bude.”

Makan malam yang sejak awal sudah tegang, semakin tegang saat Ajun memanggil Rahayu dengan suara begitu rendah sarat emosi tertahan. Elysia sih bodo amat, ini salah ibundanya sendiri jadi dia gak akan ikut campur. Siapa suruh memantik api peperangan dengan anak badung temporer seperti Ajun?

“Arjuna, kita sedang makan. Apapun yang mau kamu bahas, dilanjut selesai kita makan saja.” Juanda sepertinya tahu perang bisa meletus jika Ajun meneruskan perkataannya. Melihatnya begini, mengingatkan memori Juanda akan adiknya yang juga ibu dari Ajun dan Saka. Karakter mereka berdua mirip ketika marah.

Tidak menggebu tetapi mencekam.

“Maaf, Pak. Eya gak setuju sama saran Bapak.”

“Elysia,” tegur Cendana pelan.

“Kenapa, Mas? Ajun mau ngomong kok disuruh nanti aja? Kalo dia lupa dan ternyata omongannya penting gimana?” seloroh Elysia santai. Dia bahkan sempat mencemooh Kanaka lewat ekspresi pura-pura sedih. “Just talk, Jun. You’re part of this family, apa salahnya berbicara sesuatu sama keluarga sendiri ya gak?’”

Ajun menatap Elysia penuh terima kasih, tidak diragukan insting penegak keadilan kakak sepupunya itu.

“Beberapa waktu lalu, Soja pernah hilang. Semua orang nyariin dia ke mana-mana termasuk Ajun sendiri. Gak ada satupun yang tau dia ke mana.” Kanaka memutar bola matanya malas, sementara Juanda dan kedua anaknya mendengar dengan seksama. “Terus Bude tau? Ternyata Soja di depan rumah Ajun dari siang sampai tengah malam. Dia nunggu di depan pintu sambil bawa barang-barang besar dan berat. Waktu Ajun tanya dan marahin dia ini-itu dia gak bilang apa-apa. Sampai Ajun usir pulang dan dia naik taksi sendiripun, dia masih gak ngasih tau apapun ke Ajun.”

Jika ada yang bisa meramal dalam ruang makan, sudah barang tentu hati Rahayu ketahuan tengah dilandan panik luar binasa. Ajun mungkin akan bertanya, bisa juga langsung menuduh atau kemungkinan paling besar ... Ajun tahu dirinyalah yang mengerjai Soja separah itu.

“Sampai sekarang dia juga gak pernah mau jawab tiap Ajun tanya soal kejadian malam itu, selalu dialihkan ke obrolan lain. Tapi, Ajun penasaran. Kenapa Soja sebegitunya gak mau cerita?” Ponsel Ajun terjulur ke depan, dioper ke Elysia. Layarnya menayangkan sebuah video rekaman kamera pengawas komplek  dan bagian depan rumahnya. “Ternyata tersangka penyebab insiden itu terjadi adalah ... Bude Ayu.”

Elysia, Cendana, Kanaka hingga Juanda menatap Rahayu penuh keterkejutan. Tidak menyangka jika hal selicik dan sepicik itu dilakuan seorang Rahayu Palamarta. Sedangkan Ajun, dia mendengus jijik.

“Arjuna, dengarkan Bude dulu. Semua itu gak seperti yang Bude rencanakan, mana tahu kalau Soja bakal menunggu kamu seharian depan rumah,” ucap Rahayu membela diri.

“Menurut Bude, Soja sejahat apa? Dia nunggu di sana karena Bude pasti bilang bakal balik lagi.”

“Tapi-tapi, Arjuna—”

“Ajun kira Bude Ayu betulan peduli sama Ajun, tapi rupanya yang Bude pedulikan hanya nama baik keluarga Palamarta aja.” lelaki bertubuh tegap semampai tersebut berdiri, lalu balik badan hendak meninggalkan ruang makan.

“Arjuna, tunggu!”

“Mulai hari ini, saya bukan bagian dari keluarga Palamarta lagi jadi ... jangan ganggu segala urusan yang ada sangkut pautnya dengan saya.”

“Arjuna, jangan! Bude minta maaf, Nak! Jangan bilang begitu, kamu jangan pergi!” pinta Rahayu bersamaan tangis bersalah. Kedua tangannya memegangi tangan kiri Ajun, berusaha menahan kepergian keponakannya tersebut. “Bude minta maaf, Jun. Tolong, Bude akan lakukan apapun asal kamu gak meninggalkan keluarga ini, gak meninggalkan Bude.”

Rahasia-Rahasia | Ryujin - Dowoon ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang