“Ibu gak tau lagi harus berkata apa soal kejadian memalukan tadi di Duaja Kusala.”
Kanaka, Cendana, Ajun, Juanda, dan Rahayu berkumpul di ruang makan (namanya ruang makan, gak ada nama beken seperti ruangan lain karena Rahayu malas namain). Pasca kaburnya Gaharu dan Soja petang tadi, seluruh tamu segera dibubarkan dengan alasan tak masuk akal. Jelas saja baik Rahayu, Juanda maupun anggota keluarga Palamarta yang lain malu bukan kepalang akibat ulah Gaharu.
Juanda harus menerima komplain dari adik-adik dan iparnya, Rahayu juga harus menahan emosi mendengar pertanyaan sinis tentang pola asuh terhadap anak-anaknya.
“Gaharu mungkin nekat, Bu, tapi gak akan sampai seperti ini kalau gak diajak orang lain,” ucap Kanaka memperpanas keadaan. Ajun kontan memandangi Kanaka tak suka, namun perempuan tiga puluh akhir itu berlagak tak tahu. “Keputusan Ibu gak menerima dia adalah hal tepat. Lihat ‘kan? Baru juga jadi pacar, dia udah menjatuhkan nama keluarga kita.”
“Kanaka,” tegur Cendana memperingati agar istrinya tidak melewati batas. “Gaharu dan Soja pasti punya alasan berbuat nekat seperti itu.”
“Apapun alasannya, tindakan mereka tetap gak bisa ditolerir.”
“Bu, Ibu kenal Gaharu anaknya seperti apa.” Lagi, Cendana berusaha mendinginkan situasi agar lebih logis tidak melulu menuruti emosi yang melanda. “Dua tahun dia kabur dan gak bisa kita lacak keberadaannya, di acara penting dan banyak tamu melihat. Gaharu jelas berpengalaman untuk urusan itu.”
“Maksud kamu? Gaharu yang salah? Perempuan jelata itu benar? Iya?”
“Dana gak kenal Soja, Bu. Baru juga ketemu beberapa jam lalu dan gak sempat kenal jauh, tapi menurut Dana dia gak sepenuhnya salah di kejadian ini.”
“Mas, kamu tuh kenapa sih belain dia terus? Gak liat apa omongannya ke aku tadi kurang ajar banget??”
“Kanaka, kam—”
“Maaf menyela, tapi Ajun rasa pembahasan kalian sudah keluar jalur.” Ajun memotong pembicaraan sembari menggebrak meja cukup keras. “Mau Mas Haru atau Soja yang salah, siapapun itu ... mereka udah kabur, udah terlanjur terjadi. Ketimbang bahas siapa yang salah siapa yang benar lebih baik kita pikirin cara menemukan mereka.”
Terulang kembali, Kanaka memandang sepupunya itu dengan sengit. “Untuk apa? Kamu mau ketemu lagi sama perempuan kurang ajar itu? Dia gak pantas buat kamu.”
“Kak Naka tau darimana Soja gak pantes buat Ajun?”
“Dari tingkat sosial aja kalian sudah berbeda jauh, jaraknya gak masuk akal. Kalau diteruskan, apa menurut kamu memungkinkan?” Argumen menyudutkan Kanaka memantik api angkara murka Ajun. “Sadar, Arjuna. Ini dunia nyata, bukan negeri dongeng di mana upik abu bersatu dengan pangeran berkuda putih.”
“Upik abu gak bisa sama pangeran berkuda putih? Masih jaman aja pake perumpamaan begitu, dih.”
Pintu ruang makan terbuka, menampilkan sosok semampai nan cantik memesona bak puteri dari negeri dongeng. Siapa lagi jika bukan Elysia Palamarta, si bungsu Palamarta. Pakaiannya mencolok, keseluruhan serba hitam pekat dengan pewarna bibir merah membara. Rambutnya yang acak-acakan menambah kesan sangar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia-Rahasia | Ryujin - Dowoon ✔
Roman d'amour❝Kok bisa-bisanya gue dapet genre hidup kaya gini sih, ya Tuhan ....❞ Was : #1 on Hallo Author #1 on Dowoon #1 on Lino #1 on Lee Know #1 on Orific #1 on Day6 #1 on Shin Ryujin #4 on yoondowoon #8 on Bahasa #11 on Ryujin Sebuah buku yang dibuat seba...