A J U N
Mual. Pusing.
Badan gue sempoyongan bahkan buat bangun dari kasur aja kepala gue muter, gak bisa. Untungnya bisa sampai rumah dengan selamat. Hm, jago juga ternyata kemampuan mengemudi gue.
“Hng.”
Lah, bentar … ini kenapa ada suara nih? Suara cewek pula.
“Please, semoga jangan. Gue belom mau nikah muda please,” racau gue histeris sembari menengok ke kiri pelan-pelan. “HAAK!”
Gila. Kayaknya gue masih mabok, kayaknya gue masih mimpi. Soalnya MASA GUE LIAT SOJA DI KASUR GUE!? Parahnya gue tadi melukin dia. Ya Tuhan … begini amat sih ujian. Di dalem mimpi aja masih mikirin Soja???
Kalo ini nyata terlalu gak masuk akal. Jelas-jelas tadi gue di Heavell terus mau balik dan pas di parkiran ada—
“Anjrit …,” umpat gue pelan. Demi memastikan yang ada di depan gue beneran Soja—bukan dedemit atau setan lainnya—gue tusuk pipinya terus cubit hidungnya. “Hah … beneran … ini beneran orang.”
Anehnya, Soja sama sekali gak terusik dengan sentuhan gue tadi. Emang kebo juga ini anak, udah ditutup hidungnya masih bisa tidur. Malah lebih mendekat ke gue, menaruh satu tangannya di pinggang gue. Jarak kami sekarang hampir gak bersisa.
Dari jarak segini, gue bisa lihat luka gores cukup dalam di dahi atas Soja. Gue bisa lihat lipatan hitam bawah matanya. Gue bisa lihat tahi lalat di ujung hidung runcingnya. Dan gue bisa lihat … bibirnya yang seolah tersenyum nyaman.
Hng, ternyata dia cantik juga. Ralat, lumayan cantik maksudnya. Wajahnya gak senakal itu kalau lagi tidur, persis anak kecil.
Entah apa yang membawa kenekatan dalam diri gue buat menyejajarkan posisi kepala kami lalu menempelkan dahi berasa lagi syuting film romantis. Mungkin efek alkohol, mungkin efek baru bangun, atau mungkin … efek gue selalu kepikiran dia sejak kemarin-kemarin.
Satu tangan gue menyentuh pucuk kepala Soja perlahan lalu membelai rambut kecokelatannya—yang unexpectedly lembut—beberapa kali sambil memandangi wajah damainya saat tidur. Kayaknya liat wajah tenang dia begini aja bisa menghilangkan penat dan sedih gue.
“Udah belom?”
Gue memundurkan diri. Ini ada suara lagi masa. Kuping gue gak halusinasi ‘kan?
“Udah puas belom memandangi kecangtipan paripurna gue, Arjuna Dimitrio?” Kepala Soja tiba-tiba mendongak dan pemiliknya memandangi gue jahil, seolah menangkap basah maling sendal. “Giliran gue sadar aja dikatain tolil, pas gue tidur diliatin, dielus-elus. Heuh, tau gitu gue tidur aja tiap ketemu lo ya.”
“SIAPA YANG LO MAKSUD?? GUE ITU YANG LO MAKSUD IYA!?”
“B aja dong, gak usah sewot begindang.” Cewek itu bangun dan menyamakan posisi duduk berhadapan dengan gue. Senyum tengilnya masij setia. “Jun.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia-Rahasia | Ryujin - Dowoon ✔
Romansa❝Kok bisa-bisanya gue dapet genre hidup kaya gini sih, ya Tuhan ....❞ Was : #1 on Hallo Author #1 on Dowoon #1 on Lino #1 on Lee Know #1 on Orific #1 on Day6 #1 on Shin Ryujin #4 on yoondowoon #8 on Bahasa #11 on Ryujin Sebuah buku yang dibuat seba...