“WOY, MAU NGAPAIN LO PADA!?” teriakan Soja dari seberang Jalan menggelegar hingga beberapa orang di halte menoleh. “ITU LAKI GUE, AWAS KALO LO APA-APAIN!”
Soja tidak main-main dengan ucapannya. Gadis berambut Dora itu melangkah berani, menyebrangi jalanan nan ramai kuda besi lalu lalang. Benar kata orang, perempuan kalau sudah marah mau Presiden sekalipun pasti dihalau.
Tiga preman yang tadi merasa di atas angin mencoba merampok Ajun, kini kicep. Soja lebih kecil dari mereka namun aura menyeramkan sangat menguar dari gadis itu. Satu putaran setengah putaran, Soja melayangkan tendangan berputar hasil latihan taekwondo sejak SD kepada tiga preman kurang ajar itu.
Hasilnya? Ketiganya terbirit-birit tanpa perlawanan.
“Majukeun kadieu maneh kabehan! Gak takut aing!” teriak Soja lantang disambut tepuk tangan meriah dari calon penumpang di halte Transjakarta. “Makasi—Eh, Ajun!”
Ajun ambruk, pemirsa.
Untung di mobil Ajun sudah terpasang GPS otomatis menuju rumahnya, jadi Soja bisa mengantar lelaki itu pulang lancar jaya tanpa nyasar ke mana-mana karena mencari alamat kaya Ayu Ting-Ting.
Hal yang sulit adalah membawa Ajun masuk ke rumah. Dari tinggi saja perbedaannta mencolok dengan Soja, belum berat badannya. Tapi gak mungkin juga Soja nelpon Libra hanya untuk mengangkut Ajun ke dalam.
“Ada-ada aja kehidupan,” keluh Soja sambil membopong Ajun di punggungnya, menahan berat sekuat tenaga. “Gak sia-sia dulu sering angkat batu bata bareng Jibril.”
Segera dibaringkannya Ajun di sofa. Soja melepas sepatu, kaos kaki, dan jaket jeans. Tidak lupa dia menyediakan ember di samping sofa agar sewaktu-waktu kalau Ajun kepingin muntah gak berceceran ke mana-mana.
“Ini laki bener-bener deh. Badan doang gede, aslinya kaya balita haus kasih sayang ckck,” komentar Soja geli sembari membuat sup penghilang pengar. Ada gunanya juga dia suka kepo resep makanan di drakor. “Hm, sambil nunggu enaknya gue keliling dulu kali ya. Waktu itu kan gak sempet masuk gara-gara dikibulin sama Nenek Lampir.”
House Tour Soja dimulai dari ruang keluarga merangkap dapur, tempatnya berada saat ini. Suasananya hangat, salau warna dinding yang putih bersih bikin Soja merinding karena berasa di rumah sakit. Sofa-sofa di situ dilapisi bulu berwarna cokelat. Siapapun yang tidur atau duduk di situ auto jadi puteri atau pangeran negeri padang pasir.
Jari-jemari Soja menyentuh tiap bingkai foto yang terpajang di dinding dan meja dekat televisi. Tidak banyak namun sarat kenangan menyenangkan. Foto kemenangan pertama Ajun, foto Ajun bersama Libra dan anak Enam Hari lainnya, dan—
“So … ja?”
“AAAK!” jeritnya kaget sampai merosot. “Ya ampun, lo ngagetin aja! Bagus jantung gue kaga lompat dari idung!”
Ajun memegangj kepalanya, pusing sekali. “Lo ngapain di sini?”
“Hadeuh si Bapak, amnesia apa gimana?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia-Rahasia | Ryujin - Dowoon ✔
Storie d'amore❝Kok bisa-bisanya gue dapet genre hidup kaya gini sih, ya Tuhan ....❞ Was : #1 on Hallo Author #1 on Dowoon #1 on Lino #1 on Lee Know #1 on Orific #1 on Day6 #1 on Shin Ryujin #4 on yoondowoon #8 on Bahasa #11 on Ryujin Sebuah buku yang dibuat seba...