“Lo gak ada niatan tidur barang sejenak gitu?”
Lelah mendengar pertanyaan sama sekitar dua puluh kali sejak tadi, Ajun menatap si penanya alias Soja. “Lo mau ngapain kalo gue tidur?”
“Ya gak ngapa-ngapain sih, cuman mau membalas kelakuan tak senonoh lo aja.”
“Kelakuan tak senonoh apaan!?” Bola mata Ajun hampir mencuat mendengar pernyataan asal Soja. “Tolong ya, kalo mau ngomong sesuatu dipikir dulu soalnya omongan asal cuap lo bisa menimbulkan kontroversi buruk.”
“Ribet banget mau ngomong aja kudu mikir dulu, udah kaya DPR aja.” Soja menyeletuk lagi, “Btw, tadi gue ketemu cewek tau, Jun. Katanya dia kenal sama lo.”
Getar takut dan kepanikan menjalar. Ajun mengalihkan kecemasannta dengan mengganti-ganti saluran televisi acak. “Apa katanya?”
“Katanya lo penjahat kelamin dan gue harus hati-hati, emang iya?”
Remot di tangan Ajun pindah posisi ke karpet alias terjatuh karena pemegangnya kaget bukan main. Ingatannya seakan dipaksa kembali menuju tahun 2018, masa kelamnya. Kehilangan Saka, gagal masuk semi final, dituduh menghamili mantan pacarnya. Apa perempuan yang ditemui Soja adalah Vienna?
“Diem aja berarti bener apa bener nih?” ledek Soja. “Gak apa-apa sih, cocok kita jadinya.”
“Cocok?” ulang Ajun tak paham.
“Iya, cocok kita. Cowoknya aneh, ceweknya juga aneh.” Senyum di wajah Soja tidak pernah luntur sejak usai menyantap spaghetti. “Lo mau tau julukan gue apa? Cewek ugal-ugalan. Soalnya kata orang-orang gue gak teratur dan selalu bertindak sesuka hati kaya gak ada hari esok.”
Ajun mengamini siapapun yang mencetuskan julukan itu.
“Memang iya ‘kan? Gue gak pernah tau apakah gue besok masih hidup atau enggak, daripada nyesel karena gak melakukan yang gue mau mending lakuin aja selagi bisa.”
Kepala Soja bersandar pada bahu bidang Ajun, nyaman. Yang gak nyaman justru Ajun. Dia berusaha menggeser, mendorong, bahkan menarik rambut Soja tetapi kepala gadis itu tetap di posisi awal.
“Berat kepala lo!”
“Yailah lebih berat ngangkat lo dari mobil ke kamar keleus,” sarkas Soja menutup argumen Ajun. “Kembali ke laptop. Kenapa sih itu cewek sampe ngomong gitu ke gue? Kalian ada konflik internal perkara jatah cuddling apa gimana?”
“Bukan.” Ajun malas sekali membahas ini, tapi hubungannya dengan Soja sudah berjalan hampir tiga bulan. Akan membingungkan jika Soja sama sekali gak tahu-menahu skandal menjijikan dirinya. “Gue pernah dituduh ngehamilin mantan gue.”
“Tapi beneran hamil?”
“Iya, tapi bukan anak gue.”
“Terus anak siapa kalo bukan anak lo?”
Ajun mengangkat bahunya tak peduli. “Gak tau, anak setan kali.”
“Ihiy, sadis juga mulut anda ya, Saudara Arjuna.” Soja kini meraih tangan kiri Ajun untuk dilingkari kedua tangannya. “Punten, sekadar mengingatkan jika berbagi pada sesama dapat menambah pahala.”
“Hubungannya tangan gue diborgol begini sama bagi pahala apaan??”
“Ini, dengan meminjamkan tangan lo buat gue kempit dan berbagi kehangatan menambah pahala.”
“Astaghfirullah,” sebut Ajun lelah.
“Lanjut dong,” pinta Soja manja. “Cerita lo soal manset lo.”
“Manset?”
“Mantan setan.” Tidak ada rasa bersalah ketika Soja mengatakannya. “Intinya mantan lo nuduh lo menghamili dia padahal bayi di perutnya bukan anak lo?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia-Rahasia | Ryujin - Dowoon ✔
Romance❝Kok bisa-bisanya gue dapet genre hidup kaya gini sih, ya Tuhan ....❞ Was : #1 on Hallo Author #1 on Dowoon #1 on Lino #1 on Lee Know #1 on Orific #1 on Day6 #1 on Shin Ryujin #4 on yoondowoon #8 on Bahasa #11 on Ryujin Sebuah buku yang dibuat seba...