Adisti menyebar ke seluruh penjuru Yogya, menyatakan pagi siap disambut penghuni tanah istimewa itu. Burung-burung gereja berterbangan penuh harmoni seiringan burung merpati. Angin dan sedikit kabut tipis turut mengimbangi agar awal hari ini tidak terlalu cerah.
Dari kabar yang beredar di kalangan pelayan, Soja tak ada di kamarnya. Kemungkinan besar gadis itu ketiduran di kamar seberang alias kamar Ajun. Mari kita intip saja, penonton.
“Hngh—” Acara menguap Ajun tertunda setelah sepasang netra pekatnya menangkap sosok cantik dalam rengkuhannya. Bibir tipisnya melengkung ke atas membentuk kurva tanda kebahagiaan. “Nyenyak banget tidurnya haha.”
Tidak mau mengganggu tidur Soja, Ajun tetap merebahkan diri di sisi kekasihnya itu. Iya, baginya status pura-pura itu sudah resmi berakhir. Dia akan mengajak Soja berhubungan sungguhan sehabis semua urusan di Yogya usai.
Jari-jemari Ajun menyentuh rambut kecokelatan Soja perlahan sambil dipandangi penuh senyum sesekali terkekeh. Ya ampun, dia betulan sudah jatuh dalam pesona seorang Gayatri Soja Danapati dalam satu malam. Sulit dipercaya, pemirsa.
“Hmh? Arjuna?”
Kegiatan mengelus Ajun berlanjut meski Soja kini terbangun. Bagai oasis di gurun, senyum serta wajah tampan Ajun adalah sarapan terbaik yang pernah Soja santap.
“Kenapa nyengir-nyengir?”
“Biasanya orang nyengir karena apa?”
“Karena ... lagi senang?”
Gelak Ajun pecah. “Betul, Soja.”
“Lo lagi seneng? Seneng kenap—aduh, kepala gue pasti berat!”
“Enggak,” sela lelaki akhir dua puluhan itu lembut. Dia menarik kepala Soja agar kembali dalam dekapannya. “Enggak berat sama sekali malahan nyaman, pas pada tempatnya.”
“Arjuna??”
“Kenapaa?”
Wajah Soja mendongak mendapati objek pandanganya balik memandang. “Lo yang kenapa!”
“Gue seneng kan tadi udah bilang.”
“Ih ....”
“Lo gak suka?”
“Bukan gitu, gue cuma ngerasa ... aneh aja. Ternyata lo kalo lagi seneng sama mabok beda-beda tipis.”
“Hm, gimana tuh?” tanya Ajun usil.
“Kalo gue kasih tau nanti lo ketawa lagi.”
“Emangnya kapan perkataan lo gak bikin gue ketawa?”
Soja hampir mendengus dengernya. Kapan katanya? “Mana ada! Lo tuh selalu mencerca setiap perkataan gue tau!”
“Haduh, maafin yaa. Gue gak bermaksud,” ucap Ajun lembut dan tenang. “Ayo dong, gue penasaran.”
“Goban dulu, cong.”
“Goban?”
“Yailah susah bener berbincang sama Tuan Muda, istilah goban aja kaga nyaho.”
Soja melepas rangkulan Ajun kemudian bangun, duduk di atas ranjang lelaki itu. “Kita ... tidur semaleman ... kaya tadi?”
“Mungkin.”
“Waduh, menang banyak dong anda! Kebiasaan ya setiap di tempat lo pasti gue merugi mulu,” sungut perempuan berambut sebahu tersebut emosi. “Udeh ah, gue balik ke kamar dulu!”
“Soja.”
Mata Soja melirik pergelangan tangan kanannya yang dipegangi tangan Ajun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia-Rahasia | Ryujin - Dowoon ✔
Romance❝Kok bisa-bisanya gue dapet genre hidup kaya gini sih, ya Tuhan ....❞ Was : #1 on Hallo Author #1 on Dowoon #1 on Lino #1 on Lee Know #1 on Orific #1 on Day6 #1 on Shin Ryujin #4 on yoondowoon #8 on Bahasa #11 on Ryujin Sebuah buku yang dibuat seba...