v

103 17 0
                                    

Somi masuk kedalam rumahnya yang sangat megah ibunya saja seorang dokter spesialis sedangkan ayahnya seorang pengacara kebayang gimana nggak makmur hidupnya.

Tapi,satu kekuranganya bagi somi dia adalah anak tunggal terkadang dia iri dengan orang lain, kesepian dengan dirinya sendiri tapi dia beruntung karna ibu dan ayahnya masih memperhatikanya membuat somi selalu bersyukur dengan keluarganya.

Dia berharap keluarganya selalu seperti ini sampai saat nanti.

"Somi kamu kenapa nak nggak masuk."tanya sang ibu menghampiri anaknya.

Somi membuyarkan lamunanya dan tersenyum manis lalu berlari seperti bocah dua tahun pada ibunya.

"Bundaaa."

"Kamu kenapa hem."tanya ibunya sambil mengelus surai rambutnya.

"Makan yuk bunda uda masakin kesukaan kamu."somi mengangguk dan ikut bersama ibunya.







Olivia benci orang tua iya dia benci dengan orang tua kandungnya terutama ayahnya.

Oliv memasuki rumahnya dengan tatapan datarnya.

"Oliv kamu habis dari mana."tanya sang ayah dengan tatapan datarnya.

Oliv menghiraukan panggilan sang ayah yang terus memanggil namanya.

"OLIVIA HYE."oliv tertegun mengepalkan tanganya dengan kuat membuat dengan pupil matanya yang berubah kemudian dia berbalik menatap sang ayah.

"AYAH PUAS HA NGEHANCURIN MAMA PUAS AYAH UDA BIKIN MAMA DEPRESI PUAS KAN."teriak oliv dengan dada naik turun.

"oh iya satu lagi selamat kalian menang dan menempu hidup baru sama istri ayah."ujarnya kemudian dia berlalu dengan masuk kedalam kamar.

Dia menangis sejadi-jadinya sungguh dia benci takdirnya kalaupun dia bisa memilih dia lebih ingin tidak dilahirkan didunia yang kejam ini.









"ANJRIT KUPRET."latah chenle dia hampir saja jantungan dengan gadis yang kini ada didalam kamarnya.

"Lo ngapain kagetin nyet kalo sampe gue kenapa-napa gimana mau tanggung jawab lo."serunya dengan menatap sinis gadis didepanya.

"Lebay."

"Njir,mau apa lo kesini."tanya dengan nada kesal.

"Gue cuma mau kasih tau besok semuanya bakalan dimulai."

"H?a mak--."ucapan chenle terhenti ketika gadis tersebut sudah menghilang dari tempatnya kemudian dia mendengus pelan.

Ternyata lo udah sehebat itu ya--batinya.








Minju mendengus pelan menatap orang didepanya dengan tatapan datar miliknya yang ditatap hanya membalas dengan cengiranya.

"Mau apa lo disini."ujarnya dan langsung menutup pintu rumahnya seakan-akan tidak mengijinkan tamunya ini masuk kedalam rumah.

"Anjir jan serem-serem lah ju."

"Ada perlu apa lee daehwi."

Iya itu daehwi yang bertamu malam-malam kerumahnya minju.

"Pinjem buku paket lo dong mau gue fotokopi punya gue ilang kebiasaan emak gue suka kiloin."ujarnya dengan muka kesal.

Minju menggumamkan sesuatu selagi daehwi curcol tentang emaknya yang ambisus ini,iya ambisius mencari keuntungan dengan mengkilokan buku-buku daehwi dari tk sampe sma.

Lalu minju menyembunyikan tanganya kebelakang dan secara ajaib digenggamanya ada sebuah buku paket.

"Nih cepet sono lo balik."

"Anjir emejing perasaan lo tadi keluar kagak bawa apa-apa deh ju."ujarnya dengan bingung membuat minju menghela nafasnya.

"Udah sono balik ketangkep setan tau rasa lo."

Tiba-tiba daehwi menjadi takut dan langsung ngacir meninggalkan minju dengan kekehan kecil karna berhasil mengerjainya lagian juga apa bedanya hantu dengan daehwi.

Sebenernya mana ada setan keliaran disini apalagi disini ramai sepanjang masa ya mereka satu komplek minju-daehwi jadi mana mau setan keliaran disekitar sini kegep dukun mampus dimasukin kebotol.

Tapi,kayanya ada deh buktinya minju kini menatap didepanya seorang perempuan berdiri.











Bisa tebak siapa mereka sebenernya..

DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang