"Profesor! Gawat! Subjek penelitian kita telah kabur! Jika dibiarkan, dia akan menggila. Terlebih pengaruh obat yang disuntikkan juga sudah semakin bereaksi dan mengaliri setiap organ tubuhnya." seseorang sekonyong-konyong datang tergopoh dengan jas laboratoriumnya yang sudah berlumuran darah.
Pria yang dia panggil profesor itu seketika menghentikan kegiatannya mengotak-atik bermacam cairan dengan warna dan bau yang aneh. "Apa?! Sial! Kacau sudah. Lebih baik kita segera menangkapnya. Kalau dia berhasil keluar dari laboratorium ini, maka kerusuhan akan terjadi dimana-mana. Ayo sekarang kita cari dia!"
"Ba-baik prof!"
"Tunggu sebentar. Kenapa dengan seragammu itu?"
Orang itu tersentak, keringat dingin membasahi keningnya. Ia bingung, apa dia harus jujur? Atau lebih baik dia mengarang cerita untuk membohongi profesor sekaligus mentornya itu?
"B-begini prof—"
"Sudah-sudah. Kita bicarakan nanti saja. Yang terpenting sekarang tangkap subjek itu dan segera amankan. Berhati-hatilah jangan sampai dia berontak dan melukai kita. Paham?!"
"Siap!"
Seluruh orang yang ada di laboratorium itu segera bergerak menuju posisi mereka masing-masing. CCTV di setiap sudut bangunan di periksa satu per satu kalau-kalau sesuatu terlihat didalamnya. Untungnya laboratorium tersebut dikelilingi oleh pagar berkawat yang telah di aliri listrik, sehingga subjek yang lepas tersebut tidak bisa pergi terlalu jauh.
Aaarrrghhhhh.....
Sebuah erangan terdengar dari lorong yang menuju ke arah profesor dan anak buahnya. Kian waktu berjalan, suara itu semakin mendekat.
"Tim C bersiap. Subjek mulai mendekat."
Ucap sang profesor dengan walkie talkienya. "Dimengerti.""Kamu sudah siapkan biusnya?"
"Sudah prof. Saya juga sudah tambahkan dosisnya."
"Bagus. Berikan itu." anak muridnya—pria yang melapor tadi, segera memberikan sebuah suntikan yang ukurannya 3 kali lebih besar dibanding suntikan pada umumnya.
"Silahkan prof. Harap berhati-hati. Saya akan bersiaga di belakang profesor."
"Baiklah."
Tiba saatnya makhluk itu datang dengan erangan yang aneh dan langkah yang terseok-seok. Mulutnya dipenuhi cairan hijau menjijikkan, ditambah tubuhnya pun mulai membiru. Bau busuk memenuhi setiap sudut lorong.
Segera sang profesor berlari mendekati makhluk itu. Dengan lihai dia menghindari serangan yang dilontarkan padanya. Tak berselang lama, dia telah menemukan titik lemah makhluk itu. Langsung saja ia suntikkan cairan bius yang telah di siapkan tadi tepat di belakang leher subjeknya.
Seperti yang sudah diduga, ini tidak mungkin berakhir begitu saja. Memang awalnya semua berjalan seperti yang telah direncanakan. Makhluk itu berhasil di lumpuhkan, akan tetapi baru beberapa saat, tiba-tiba saja dia bangkit lagi dan semakin menjadi hingga ia menyerang profesor. Dengan sedikit kesusahan ilmuwan itu berusaha menghindari serangannya.
"PROFESOR!"
Dari jendela luar tim C yang dipanggil tadi bersiap dengan senapan mereka berusaha menembaki monster itu. Tentu mereka berhati-hati agar tidak melukai profesor. Namun, seberapa banyak pun tembakan yang mereka lontarkan, sepertinya tidak berpengaruh banyak pada makhluk uji coba tersebut. Serbuan tembakan itu hanya mampu untuk memperlambat gerakannya saja.
Melihat gurunya yang mulai lelah, orang itu segera mengambil pisau yang sudah dia siapkan di dalam saku jas laboratoriumnya. Ia mulai mendekati makhluk— tidak bukan, dia bukan lagi makhluk hidup ataupun manusia. Kelinci percobaan itu kini telah berubah menjadi monster.
"Tidak! Jangan mendekat nak. Segera pergi dan amankan yang lain. Ambil bahan bakar di dalam gudang dan segera hancurkan gedung ini."
"Tapi profesor, bagaimana dengan anda?!"
"Jangan hiraukan aku. Ini adalah kesalahanku. Biarkan aku hancur dengan kesalahanku sendiri. Setidaknya aku bisa menghalanginya sementara waktu."
"Tidak! Saya tidak akan meninggalkan anda seperti ini. Anda seharusnya bertanggung jawab profesor. Selesaikan bencana ini." tanpa orang itu sadari wajahnya yang lesu telah basah oleh air mata.
"Maafkan aku. Aku memang bodoh. Tapi aku merasa beruntung bisa memiliki murid yang pintar sepertimu. Oleh karena itu, gunakan ajaran yang sudah ku berikan padamu selama ini dan bantulah semua orang. Sekarang segera bergerak dan pergilah amankan yang lain. Ini adalah perintah terakhirku."
Dengan terpaksa orang itu meninggalkan profesor, namun tubuhnya kembali berbalik saat pria yang sudah lanjut usia itu kembali memanggilnya, "Jika sampai monster ini memasuki kota dan menyerang orang lain, ku mohon padamu, selamatkanlah istri dan anakku." dia mengangguk pasti, "Baik. Akan saya pastikan mereka baik-baik saja. Kalau begitu, saya pamit."
Segera saja pria itu berlari menuju gudang yang terletak di belakang bangunan laboratorium. Sebelumnya dia sudah memberitahukan pada tim yang lain melalui walkie talkie miliknya. Listrik mulai padam, yang artinya pagar kawat itu sudah tidak dialiri listrik lagi. Sesuai perintah profesor, satu persatu mereka semua mulai meninggalkan laboratorium itu. Hanya tersisa pria yang bersama profesor tadi. Dia bersiap mulai menyiram bahan bakar cair tersebut ke setiap sudut bangunan. Hingga tiba di lorong tempat profesor berada. Betapa terkejutnya dia. Profesor itu kini telah tergeletak tak bernyawa. Tenggelam oleh darahnya sendiri. Dia telah tewas. Sementara monster itu hilang entah kemana.
Pria itu berusaha tetap tenang. Dia keluar dari bangunan itu dan mulai memantikkan korek api yang telah dia siapkan. Api mulai membesar dan menyebar keseluruh ruangan. Dia segera menjauhi bangunan itu dan menyusul temannya yang lain.
Setelah dirasa sudah aman. Dia berbalik. Menatap sayu bangunan yang sudah dilahap si jago merah itu. Dia menunduk menutup mata. Mendoakan arwah sang profesor.
"Anda tidak melakukan kesalahan profesor. Anda adalah ilmuwan hebat yang pernah aku temui. Aku akan berusaha untuk memenuhi perintahmu itu. Jangan khawatir. Beristirahatlah dengan damai."
******
Namun apakah sampai disini, masalah itu berakhir?
Tentu tidak. Ini baru permulaannya.
Awal dari tragedi yang sebenarnya.
°°°
KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T PANIC (Completed)
Mistério / Suspense(Sudah di revisi) Sekelompok murid yang terjebak dalam sekolah akibat serangan wabah virus aneh yang menyebabkan mereka harus bertahan hidup dan mencari jalan keluar dari sekolah itu. "Jangan panik, atau kalian akan ketahuan." Start : November 202...