Jelita sedang asik mengelap meja-meja di cafe tempat ia bekerja paruh waktu.Ia bernyanyi dengan riangnya, layaknya tak memiliki beban pikiran. Detik itu juga Ia seperti bodo amat dengan apapun yang akan terjadi kedepan.Dia hanya ingin menikmati masa-masa menjadi seorang mahasiswa berkedok part-timer.
"Jelita sini sebentar" panggil bos Cafe Big Bang.
"Siap bos"tanggap Jelita menghampiri bosnya"Ada apa ya pak bos? Ada yang bisa saya bantu lagi"
"Jel, maaf banget saya punya kabar buruk buat kamu?"
"Ha? Kabar buruk gimana bos? Jangan nakut nakutin ah" Jelita berusaha tenang.
"Jadi saya baru saja open recruitment untuk pegawai baru"
"Bukan kabar buruk lah bos, saya kan jadi ada teman baru dong bos gantiin Kak Yuri yang resign" Jelita justru kegirangan.
"Sepertinya dia gabisa berteman dengan kamu-" Pak Chanwoo menghentikan katanya sebentar dan menatap sekilas ekspresi Jelita yang penuh tanya.
"Loh kenapa bos?"
"Saya harus memberhentikan kamu"sesal bos Chanwoo.
"Lah kenapa bos? Saya ada salah apa? Atau saya ada kurang apa selama bekerja? Bilang saja nanti saya perbaiki.Kalo dipecat jangan bos saya masih butuh banget pekerjaan ini" Jelita berusaha mencari klarifikasi.
"Apakah kamu sanggup untuk fulltime jikalau masih mau bekerja disini"tawar Pak Chanwoo.
Jelita menunduk kemudian menggeleng lesu.
"Gak bisa kan? nah untuk sekarang ini saya mulai memberlakukan fulltime untuk setiap pegawai saya karena saya sedang membuka cabang baru dan nggak bisa kalo harus kasih gaji part-time. Jadi kemarin saya terpaksa bohong sama kamu perihal pemecatan Yuri karena saya takut kamu jadi nggak semangat kerja dihari terakhirmu"Pak Chanwoo berusaha memberi pengertian.
"Pak saya mohon jangan pecat saya, saya sudah sangat cocok kerja disini, nggak mudah pak untuk cari part time lagi, saya mohon pak, digaji berapapun saya nggak masalah asal jangan dipecat pak" Jelita memohon-mohon sambil berusaha meraih tangan bosnya.
"Maaf banget Jel, saya benar-benar nggak bisa mempertahankan kamu. Terimakasih karena telah bekerja dengan baik selama ini. Ini pensangon untuk kamu" Pak Chanwoo memberi sebuah amplop yang cukup tebal.
"Pak saya nggak butuh pesangon ini, saya butuhnya bekerja disini" Jelita masih berusaha membela diri agar tak dipecat.
"Maaf banget Jel, kamu bisa pulang saja sekarang" sesegera mungkin Pak Chanwoo menyela karena takut memunculkan belas kasihan pada Jelita yang justru membuatnya berubah pikiran.
"M-mmakasih Pak, saya permisi" dengan sangat terpaksa Jelita melepas Cafe Bigbang dan berpamitan dengan Pak Chanwoo.
Kalimat terakhir Pak Chanwoo cukup untuk membuat Jelita meneteskan air matanya. Ia berjalan dengan lunglai menuju pintu keluar Cafe Bigbang. Ia berhenti sejenak untuk melihat seisi cafe yang telah mengisi hari-harinya selama ini.
"Sukses kuliah dan karirmu kedepan ya Jel" Jelita yang telah membelakangi Pak Chanwoo hanya membalas dengan membungkukkan badan sedikit dan memberi isyarat ok kepada Pak Chanwoo. Ia tak sanggup untuk berbalik badan lagi karena tak ingin semakin tak mau lepas dari cafe tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Voices - Bang Yedam
Fanfiction"Halah lo tuh cuma suka sama gue sebagai fans bukan suka sama gue yang ngarah ke hubungan cowo dan cewe yang sesungguhnya iya kan? palingan kalo lo beneran gue pacarin juga gak bisa nerima gue apa adanya kalo lo tau semua tentang gue?" tegas Yedam s...