23. Jaw Dropping

348 46 9
                                    

Jelita kembali menjalani rutinitasnya sebagai mahasiswa. Meski waktu masih menunjukkan pukul tujuh pagi namun Jelita telah siap dengan style andalannya untuk berangkat ke kampus. 

Selesai mengunci pintu asramanya, Ia langsung bergegas dengan riangnya. Kasmaran membuat Jelita lebih bersemangat menjalani hari-harinya. Sesampainya di depan gerbang asrama Jelita dibuat terkejut dengan kedatangan seseorang. 

Siapa lagi kalau bukan Yedam. 

Ia sedang nangkring diatas sepedanya menyapa Jelita dengan lambaian tangannya. 

Jelita auto berlari menghampiri Yedam. "Kamu nungguin aku?"

"Kenapa nggak boleh? Yaudah gue cabut duluan" goda Yedam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa nggak boleh? Yaudah gue cabut duluan" goda Yedam. 

"Ehh jangan-jangan, nggak maksud aku, kamu udah berapa lama di depan sini? Kenapa nggak ngabarin dulu kalo mau nyamperin sih? Trus kamu kok tau aku ngampus hari ini?" tanya Jelita tanpa jeda. 

"Udah ayo naik" Yedam malas menjawab pertanyaan Jelita. 

"Nggak usah dam, aku udah biasa jalan orang kampus tinggal berapa langkah doang. Lagian aku mau naik dimana coba?" 

"Sini lah" Yedam menunjuk top tube didepan sadel sepedanya. 

"Hah?" Jelita auto mengaga mendengar jawaban Yedam. Pikiran Jelita udah lari kemana mana.

"Lo mau sepedahan sambil meluk gue dari belakang gitu dam?" batin Jelita.

"Anjir dam, yang genjot sepedanya lo tapi yang mandi keringet justru gue nanti" masih membatin.

"Siap-siap jantung gue main drum lagi inih" lanjut membatin. 

"Udah ayo" karena kelamaan menunggu Jelita yang hanya mematung dan menganga Yedam langsung menarik lengan Jelita untuk duduk miring di atas top tube di sepedanya. 

Jelita yang masih gatau kemana pikirannya hanya menatap ke depan tak menyangka Yedam se sweet ini. 

"Udah nyaman kan duduk lo?" tanya Yedam. Jelita masih melamun dan tak merespon. 

"JEL!" kejut Yedam. 

"Ahh iya udah nyaman kok duduk aku, cuma yang gak nyaman ini jantung aku dag dig dug mulu dam"

"Hash!" Yedam berdecak kesal dan langsung melajukan sepedanya. 

Dagu Yedam dan kepala Jelita sama sekali tak berjarak alias menopang. Yedampun bisa mencium aroma rambut Jelita. Sedangkan Jelita semakin dibuat tak karuan karena back hug dari Yedam. 

Sesampainya di kampus semua mata tertuju pada kedatangan keduanya. Cuitan netijen sudah kesana kemari bahasannya. 

Ketika Yedam memarkir sepedanya Jelita langsung turun dan bergegas menuju kelasnya. Namun langkahnya terhenti saat totebagnya ditahan dari belakang oleh Yedam. 

Our Voices - Bang YedamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang