34 . our plan

1.6K 222 16
                                    

Jisung, cowok dengan pipi cubby itu menatap langit sore di tepi lapangan futsal. Pikirannya kini semakin di kuasi oleh rasa khawatirnya terhadap Minho yang tak kunjung kembali ke sekolah, berlebihan, bahkan memberi kabarpun tidak. Sudah beberapa kali ia telepon dan tanyakan pada seluruh temannya , tidak ada yang memberikan kepastian. Changbin yang sangat dekat dengan cowok itu saja hanya bungkam.

"Ngelamun aja gue liat-liat, kenapa lo?’’ tanya Beam yang mendadak datang ke lapangan futsal dan duduk disamping Jisung sambil merangkul sahabatnya itu.

Jisung terkejut dan menghadiahi Beam dengan keplakan sayang di jidat.

"BOCAH NGENT—"

"APA?!"bentak Jisung lebih ngeri.

" Sakit tolol! Ih, salah gue apa sih sama lo?"

"Lo ngagetin gue , Saipudin! Salam dulu kek, kayak nggak punya agama atau aba-aba dikit’’ komplain Jisung.

"Oh... Salom! Yaudah besok gue pake peluit’’

Jisung tersenyum lebar dan menatap wajah Beam cerah, tangannya lantas memberi geplakkan lagi di kepala Beam.

"Biar, pinter"

Beam hanya menghembuskan nafas tapi bukan terakhir kalinya, dia berusaha sabar memiliki teman seperti Jisung yang bersumbu pendek ini.

"Minho kemana ya,Beam?’’ gumam Jisung masih melamun menatap langit jingga.

Beam lantas tesenyum jahil, namun berubah menjadi bingung kala ia sadar bahwa Minho tidak ada kabar beberapa minggu ini. Bahkan pihak sekolah seolah biasa saja menanggapi Minho yang sudah tidak masuk sekolah kurang lebih 14 hari.

"Jujur gue nggak punya info apa-apa,Sung. Tapi sebisa mungkin kalau gue dapet info dari Mama bakal gue kasih tau. Apalagi udah dua minggu kan? Pasti udah jadi bahan gibah di ruang guru” jawab Beam.

Jisung megangguk paham, dia juga tidak tau harus bertindak bagaimana lagi.

" Makasih ya, Beam. Btw, lo kenapa malah ikutan gue duduk disini? Ekskul basket lo udah selesai?” .

Yang di tanya hanya unjuk gigi. Beam kabur lah tentunya, bahkan dia menghilang dari Garta agar tidak diseret kembali kelapangan.

"Kabur, bete gue liat Garta dimodusin banyak anak kelas 10’’ jawab Beam.

"Cemburu?"

"E,enggak!"

Jisung lantas memberi gestur mulut 'nyenyenye'. Yang membuat Beam melengos dan kesal.

"Kalau cemburu langsung bilang aja, lo tau kan si Garta anaknya cuma diem doang kagak peka apa-apa . Lo milih pacaran sama dia  itu sama dengan menjinakkan limbad’’ ledek Jisung sambil menahan ketawa karena melihat Beam justru ikut berwajah kusut.

"Galau gue ah jadi laper, beli jajan yuk Sung.’’

Jisung menimang jawaban, ia lantas melihat lapangan yang mulai sepi pemain karena sudah mulai berangsur istirahat. Ia lantas melihat Felix yang masih asik menggiring bola zig-zag diantara cone.

"Boleh. Itu si bule diajak apa kagak?’’

"Ajak aja biar ramean, bentar gue panggil..." 

Beam menarik nafasnya dalam , Jisung sudah bersiap menutup telinganya dan memalingkan wajah.

"KIW! KIW! WOI FELIX CANTIK! BELI JAJAN YOK! ABANG NGGAK BAYARIN NIH” teriak Beam antusias.

Jisung lebih baik menjauh dari tempat duduk Beam, punya teman tidak punya malu itu cukup memalukan. Felix lagsung berhenti bermain dan membawa bolanya, dengan niat ingin membunuh Beam dia berlari ki cowok itu langsung  melempar bola futsal dengan brutal ke wajah Beam. Beruntung refleks salah satu Ace club basket ini bagus, jadi wajah manisnya tidak terkena bola.

[END] homophobic ┆MINSUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang