𝟷𝟿. she

4.1K 563 94
                                    


vote + comment ? ☑
enjoy

๑๑๑

Minho dan Jisung, keduanya berjalan dengan Jisung mendahului Minho. Semakin hari tidak ada perseteruan pada keduanya , ya dapat dibilang mereka mengambil jalur gencatan senjata. Mengenai niat Jisung untuk membuat Minho tidak betah dan pindah kamar , sepertinya ia melupakannya. Minho juga tidak aneh aneh, karena dia masih ingin menyelesaikan pendidikannya dengan baik-karena Jisung mahir dalam hal KDRT dan perencanaan pembunuhan.

Keduanya berjalan menuju kantin umum (karena masing masing gedung siswa dan siswi memiliki kantin sendiri,dan ini kantin gabungan yang menu makanannya lebih lengkap) untuk mengisi perut di makan siang. Sesampainya di sana susana kantin ramai seperti seharusnya. Akan tetapi, meja tengah pasti dikosongkan siswa-siswi bahkan jika meja penuh sekalipun. Alasannya hanya 1, Minho diperlakukan istimewa oleh sekolahan. Ibarat kata, Minho tidak minta apapun tapi fasilitas lengkap diperuntukkan ia. Dasar, Bintang Sekolah.

"Masih aja di kosongin" keluh Minho. "Bukannya di isi biar lebih efisien tempat"

Jisung melengos dan berkacak pinggang.

"Enak juga ya gue jadi temen lo, udah dapet kursi tiap makan siang. Dasar anak guru " ledek Jisung .

"Mangkannya bersyukur gue mau sama elo" Minho lantas merangkul Jisung dan mengusak rambutnya. Jisung menahan malu karena menjadi pusat perhatian akibat perlakuan temannya ini.

"Lebih beruntung lagi kalau lo mau jadi pacar gue" ucap Minho sendari masih mengacak-acak tatanan rambut Jisung.

"GILA LO ANJING! JAUH JAUH. DILIATIN SATU KAMPUNG ANJIR" Jisung lantas menginjak kaki Minho dan berhasil menjauh.

'Makin berani aja si bagong! ' batin Jisung.

Terdengar suara teriakan histeris dari beberapa siswi-yang pasti mereka fujoshi. Jisung melotot ke arah gerombolan siswi itu, dan malah dibalas dukungan dari mereka.

"Ditunggu kabar legalnya ya! Kami mendukung kalian!" teriak cewek paling barbar diantara mereka .

Jisung lantas geleng-geleng dan mengacungkan jari tengah. Minho hanya tersenyum melihat kelakuan keduanya, yang mana cewek tomboy-Ryujin-adalah sepupunya.

"PARARUNTEN AKANG GENDANG! KALAU SAYA BILANG JADIAN JADIAN YA! NGANGAHAHA " teriak Beam dari ujung kantin. Garta dan Felix menutup wajahnya dan berjalan di belakang Beam yang masih ngakak.

"Anggap aja gue anak pindahan dan nggak kenal ini anak" gumam Felix.

"AKUR KALIAN NIH CIYEE GUE MAU PEJ-"Garta membekap mulut Beam dengan tangannya, lalu mengapit kepala Beam di antara torso dan bahunya (perlokal: diketekin) .

"Brisik lo monyet" Garta menyeret tubuh Beam yang meronta-ronta. Felix hanya tertawa melihat Beam yang seperti hewan ternak.

Jisung memasang muka paling miris disini, karena dirinya yang dipermalukan dua kali. Minho seperti biasa, dibawa santai dan hanya senyum-senyum tanpa dosa.

"Eh Ho. Tumben lo ikut kita ke kantin, biasa juga bimbingan olim. Nggak dicariin si kuncir kuda?" sapa Garta setelah melepas Beam yang sesak nafas.

[END] homophobic ┆MINSUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang