Aelion-3

16K 1.5K 77
                                    

Aku sudah di demo di dalam grub~

Author Pov.

3 hari berlalu dengan damai, Queenze merasa hidupnya sangat damai dan tentram tanpa adanya rengekan dari Damian. Tak tau apa yang sudah terjadi, tapi 3 hari Damian tak masuk.

Informasi dari keluarganya mengatakan jika dia pergi berobat keluar negeri. Queen tak perduli sih sebenarnya, yang terpenting saat ini adalah kesehatan Gerald.

Queenze berjalan dengan tenang menuju parkiran sekolah, dia sedang bertelepon ria dengan Gerald. Semenjak masuk rumah sakit Gerald menjadi manja, suka merengek pada Queenze dan mendusel.

Menangis jika Queenze tinggal ke sekolah, dia menjadi Gerald kecilnya dulu. Sedikitnya Queenze senang adik kesayangannya berlaku manja padanya.

"Kakak..." Adunya Gerald manja di ujung sana.

"Heum?" Sahut Queenze, dia mencari keberadaan motor kesayangannya yang tak tau diparkir dimana sama Pak Mutu.

Gerald merucutkan bibirnya sebal, walau tau Queenze tak akan melihatnya "Kakak kapan datang, Gerald kangen~" Ucapnya manja dan memelas.

Queenze tertawa pelan, jika Gerald bukan adik kandungnya. Pasti sudah Queenze ajak jadian saking gemasnya "Ini lagi otw Dek, tunggu ya" Ujar Queenze lembut. Gerald mengangguk patuh disana dengan bibir yang melengkung ke bawah.

Dia kangen kakak bagongnya "Cepet dateng...Ge takut.." Lirih Gerald.

Queen paham ketakutan yang Gerald alami, dia takut ditinggal di tempat asing sendirian. Dia akan histeris jika tak menemukan wajah yang dikenalnya di sekitarnya.

Queenze mematikan sambungan dan berjalan menuju motornya, "Huft, kangen Dami sih gue...dia kenapa ya.." Gumam Queenze tanpa sadar.

Dia naik ke motornya dan hendak menstaternya, tapi tiba-tiba sesuatu membekap mulut dan hidungnya. Lalu tak lama kegelapan datang dan mengurungnya.

"Bawa dia"

Dua pria berbadan besar dan berjas hitam mengangguk, mereka segera membawa Queenze masuk ke dalam mobil jip merah mereka dan berlalu.

Meninggalkan kunci serta motor Queenze di parkiran. Semoga tak ada yang merampok motor kesayangannya itu.
.
.
.
Telinga Queenze mendengar teriakan bersahutan yang menyakitkan telinganya. Dia mengerjab sejenak dan menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya.

"Shit...dimana gue.." Gumam Queenze sambil memijit kepalanya yang berdenyut "Sudah bangun nak" Queenze mendongak.

Seorang pria tampan yang jelas sudah berumur berdiri di depannya. Dengan wanita cantik di sebelahnya "Ada apa ini?" Tanya nya datar tapi tak kasar. Masih terdengar sopan.

Pria itu tersenyum sendu "Saya gak ada maksud untuk nyulik kamu. Hanya saja Putra saya gila karena kamu" Ujar Ziyel langsung.

Queenze terkesiap, apa maksudnya. Siapa yang gila karena siapa? "Maksudnya om?" Tanya Queenze seraya berdiri dan mendekat.

Wanita di sebelahnya nenarik lembut tangan Queenze dan mengelusnya "Tante tak ingin merepotkan kamu, tapi hanya kamu yang bisa menolong Dami.." Lirihnya sendu.

Queenze terenyuh, dia tak sanggup jika ada seorang Ibu memohon padanya seperti ini "Bagaimana jika saya tidak mau?" Queenze masih belum mau luluh.

Ziyel tersenyum kalem "Perusahaan yang sudah Papa kamu bangun dari nol, akan saya hancurkan" Ucapnya santai dan menusuk.

Oke, Queenze tak berkutik jika ini menyangkut keluarganya "Baiklah, dimana Dami?" Queenze tak masalah jika itu Damian.

Dia akan berusaha menerima remaja menggemaskan yang suka mendusel itu. Ziyel menunjuk kearah pintu dengan kaca persegi di tengahnya.

"Dia ada disana, kaki dan tangannya di rantai karena jika tidak. Dia akan bunuh diri ataupun membunuh orang lagi" Queenze termangu, shock mendengar ucapan Ziyel.

Dia mendekat dan melihat dari kaca persegi itu, melihat...betapa kacaunya seorang Damian saat ini. Tubuh yang terlihat rapuh dan ringkih.

Rambut acak tak terurus, serta teriakan histeris yang tak kunjung berhenti. "Saya..boleh masuk?" Tanya Queenze ragu.

Ziyel mengangguk mantap dan membukakan pintu ruangan Damian, begitu masuk teriakan memekan menusuk telinga Queenze.

"ARGGHHH!! AKU GAK GILA!! AKU CUMA MAU QUEENZE!! BERIKAN AKU QUEENZEKU!! AAAAAAAAA PAPAAAAA DAMI GAK GILA PA!!"

Queenze menatap pilu Damian, dia tak menyangka penolakan yang Queenze berikan memberi dampak seburuk ini. Gemercik rantai beradu dengan dinding.

Gadis itu berjalan mendekat dan semakin dekat, saat sampai dan berdiri di depan Damian. Queenze berhenti sedangkan Damian menegang.

Dia mendongak perlahan dan menatap tak percaya apa yang dilihatnya. Air mata jatuh dari sudut matanya saat ini, bibirnya bergetar "Q-queen.." Bisiknya tak percaya.

Queenze mengangguk, Damian tersenyum lebar dan hendak berdiri. Tapi dia langsung terjungkal ke belakang karena rantai di kakinya.

"Hiks..Dami mau peluk..hiks..Queen.." Isak Dami seperti anak kecil, dia berulang kali menyeka air matanya dan membuat gemercik rantai terdengar lagi.

Queenze mengelus kepala Damian, kemudian dia berjongkok dan memberi pelukan hangat pada Damian "Maaf..gue gatau lo jadi gini....gue kira....lo cuma main-main sama gue.." Bisik Queenze.

Damian tak menjawab dan memilih memejamkan matanya di bahu Queenze, dia masih tak percaya hal ini terjadi. Dia bisa tidur di bahu Queenze nya sekarang.

"Queen...pacarnya Dami...." Rintihan pelan penuh harap terdegar, Queenze tak kuasa lantas menangis dalam diam.

"Ya, aku pacar kamu Dami.."

Dan sekarang, hidup Queenze tak lagi damai dan tentram.



























Tbc..

Aku ngantuk...

My Crybaby Boy [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang