Kematian suka bermain-main, kau merasa ringan memimpikan esok tanpa tau, jika ajalmu tak menunggu kau siap✨.
[Ryntimtam]
Author Pov.
Damian kembali normal, pikirannya tak lagi terganggu dengan hal yang berbau dengan darah dan pembunuhan. Dia senang, Queenze akhirnya menjadi pacar Damian.
Damian senyum-senyum sendiri di dalam kelasnya, sampai membuat teman sekelas yang duduk di belakangnya bingung "Ian, lo ngapa senyum-senyum sendiri?" Damian tersentak dan menoleh.
"Ah lo Jackob, gue lagi seneng aja karena Queenze" Jawab Damian santai. Jackob meraup wajahnya kasar "Sama aja lo sama Devon, gila gara-gara cewek" Gumam Jackob kemudian kembali ke kursinya.
Damian tak acuh, dia senyum-senyum melihat foto Queenze yang berhasil dia ambil beberapa minggu sebelum dia masuk RSJ. "Hihi, cantik" Bisiknya lembut.
Kelas hari itu terasa lebih hangat karena ada 2 orang remaja yang sedang jatuh cinta. Yang satu bernama Devon dan yang satu bernama Damian.
Damian asik senyam-senyum tanpa sadar jika Queenze sudah kembali ke kelas dan duduk di sebelahnya, Queenze memandang heran pacarnya itu, tumben dia tidak menerjang Queenze dengan pelukan.
"Dami, lo sakit?" Celetuk Queenze datar. Damian berjengit dan segera menyimpan ponselnya "Queen~" Rengeknya manja seraya mendusel di bahu Queenze.
Queenze menerima pelukan Damian dan mengelus rambutnya "Lo gak laper? Mau gue beliin makanan?" Tanya Queenze perhatian, Damian menggeleng dan malah menciumi leher Queenze.
"Gamau, aku mau gini aja" Queenze tak bisa melarang, jadi dia membiarkan apa yang mau Damian lakukan, dia masih mengelus rambut Damian sampai akhirnya guru masuk ke dalam.
Queenze segera melepas pelukan dan mendorong pelan tubuh Damian "Aaaaaa, kamu mah" Lirihnya pelan, tak rela melepaskan pelukan yang sangat nyaman itu.
Gadis cantik itu mengelus rambut Damian "Ada guru, nanti lagi ya" Bujuk Queenze lembut, mau tak mau Damian menurut. Dia memegang tangan Queenze dan hendak menciumnya.
Tapi terhenti saat luka goresan lumayan panjang dan lebar terlihat di tangan Queenze. Tatapan matanya menggelap seketika dan aura nya berubah.
Damian mendongak dan menatap tajam Queenze "Kenapa bisa sampe luka?" Tanya nya dingin dan sangat serius. Queenze mengedikan bahunya tak acuh.
"Kena ujung kursi taman" Jawab Queenze seraya menarik tangannya, tapi Damian menahan dan memilih untuk menjilat darah yang masih sedikit mengalir itu.
Rasa kenyal dan basah dari lidah Damian membuat Queenze merinding. Dia mendorong wajah Damian dan menggeser kursinya agak berjarak.
"Geli ih, sana gih" Ketus Queenze gugup. Damian tersenyum kalem dan menjauh, dia tau siapa yang membuat Queenzenya terluka. Dia tau dari aroma yang tercium di bahu Queenze tadi.
Damian akan menghabisi siapapun yang berani menorehkan luka di tubuh Queenze. Jika itu Damian maka dia akan bunuh diri, tapi jika dia orang lain "Maka temui ajalmu" Bisik Damian licik.
Nampaknya, tanah di bumi akan kembali dibasahi dengan darah manusia tidak bersalah lainnya.
.
.
.
Langkah kaki di redupnya sore menggema, seorang gadis berkemeja pink pucat, dengan celana hitamnya dan rambut yang digerai.Dia baru kembali dari tempat cuci poto, dia mencuci banyak sekali foto kenangannya bersama sang kekasih. Dia akan segera menjemput kekasih manjanya dan berkencan.
"Dev pasti suka" Gumamnya riang, dia berjalan menuju parkiran yang letaknya lumayan jauh dari pertokoan. Dia sedang mengetikan sesuatu di ponselnya.
My lovely Devon✨💞
Dev sayangnya Tata💞ℹ️
Tata bentar lagi jemputℹ️
Dandan yang cakeup ya sayangnya Tata, Tata love you so much💞ℹ️
Selalu dan selamanya💞ℹ️
Talia menautkan kedua alisnya, apa tidak ada sinyal sampai pesannya tak juga terkirim. Talia memilih untuk menelepon nomer Devon.
Tapi sebelum tersambung, dia merasakan jambakan kuat di rambutnya dan dorongan kencang sampai menghempaskannya ke jalanan berbatu.
Brugh!
Talia menahan rasa ngilu di dadanya akibat dorongan tadi, dia tak sempat melawan karena orang tersebut masih menjambaknya dan menyeretnya ke sebuah gudang tak terpakai.
"LEPASIN! BRENGSEK!!"
Talia berusaha meronta, tapi orang tersebut menyetrumnya dengan alat kejut listrik. "ARGHH!!" Talia mengejang, gemetar sudah tubuhnya setelah diberi sengatan listrik.
Dia lemas, tak memiliki daya untuk meronta lagi.
Mereka berdua sampai di gudang, pintu langsung dikunci dan tubuh Talia langsung dihempaskan ke dinding. Membuat kepala gadia itu terbentur kuat.
Duagh!
Bruk!
Orang tersebut menedang kepala Talia dengan kuat, seperti menendang bola kaki.
Duagh!
Duagh!!.
Duagh!!
Wajah Talia sudah memar dan berdarah, Talia masih sadar tapi yang ada di pikirannya saat ini adalah Devon..jika Talia mati sekarang..Devon akan sendirian.
Dia akan terpuruk..dia akan kembali tergeletak lemah di kasur tanpa adanya Talia...dia pasti akan...bunuh diri demi menyusul Talia.
"D..Devon.." Rintih Talia pilu, dia memejamkan mata dan air mata jatuh tak tertahan. Talia tak memperdulikan hal lain, dia hanya tak rela jika harus meninggalkan Devon.
Devon tak akan mau terapi berjalan lagi...Devon tak akan mau jika makan bukan Talia yang menyuapi..Devon tak akan mau tidur jika belum Talia keloni. Devon...tak akan mau melanjutkan hidup jika Talia tidak ada lagi.
Orang tadi menjambak kembali rambut Talia dan menyeretnya ke sudut ruangan. Kemudian mengambil alat pahat kayu dari saku hodienya.
Dia akan memulai maha karya yang akan menggemparkan seisi kota besok "D-devon...hiks..maafin aku.." Rintih Talia sebelum akhirnya tubuhnya menerima tusukan dari alat pahat kayu itu.
Air mata kemerahan sudah membasahi wajah Talia, dia tak bisa berteriak karena rasa sakit di tubuhnya. Dia hanya berharap satu hal agar tidak terjadi.
Jangan sampai Devon menyusulku dengan cepat.
Tbc..
Aku...GAK NANGIS!!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crybaby Boy [End]
Ficção AdolescenteFirst Story dari Mawkish Damian, terserah mau baca ini dulu atau Mawkish Damian dulu. [COMPLETE] Queenze Agata si Badgirlnya Candayana, harus berurusan dengan Damian Aelion. Si Murid baru yang tergila-gila padanya. Sudah Cengeng, manja, sedikit gila...