Aelion-6

12.5K 1.1K 77
                                    

Halo, aku cuma mau bilang. Selamat malam.

Author Pov.

Ricuh, koridor rumah sakit ricuh dengan teriakan serta makian dari Gerald yang ditujukan untuk Damian.

Damian sendiri sudah ditahan 2 perawat dari Rumah Sakit Jiwa yang siap kembali menariknya ke sana, Ziyel langsung menghubungi RSJ Center begitu melihat Damian hendak melompat dari lantai 4 menyusul Queenze.

Putranya benar-benar gila kali ini.

"ENGGAK! BUKAN AKU YANG NGELAKUIN! BUKAN!! JANGAN BAWA AKU!! AKU MAU DISINI SAMA QUEEN!! AAAAA LEPASIN!!" Damian terus meronta dan berteriak seperti orang kesetanan.

Gerald menatap penuh permusuhan pada Damian, dia benar-benar membenci Damian. Damian tega mendorong kakaknya sampai jatuh dari lantai 4 dan mengalami luka parah.

"BAGUS! PERGI LO JAUH-JAUH DAN MEMBUSUK DISANA!! ORANG GILA KAYAK LO EMANG PANTES DAPETIN ITU SEMUA!!" Maki Gerald, sampai urat di lehernya menonjol.

Dia benar-benar tak terkendali, sedangkan Damian masih meronta dan menggeleng ribut "ENGGAK!! PAPA TOLONG DAMI!! DAMI GAMAU KESANA LAGI!! PAPA!!" Ziyel menulikan telinganya.

Ini masih lebih baik ketimbang Damian di penjara, dia tak mau putranya di penjara. Cukup sampai RSJ saja putranya mempermalukan keluarganya.

"Maafkan Putra saya" Ujar Ziyel tenang di depan Andre. Andre tak berkutik, dia tak bisa melawan karena orang di depannya ini sangat berpengaruh pada Perusahaannya.

Maka dari itu dia hanya mengangguk dan tak mau memperpanjang masalah. Ziyel langsung pergi menyusul putranya yang sudah digeret menjauh tadi.

"Papa..Agata pa.." Lirih Amira, Andre hanya bisa mengelus kepala Amira dan menciumnya. Berusaha menenangkan Amira agar tak pingsan.

Sedangkan Gerald, memandang penuh kesedihan pada tubuh Queenze yang dirawat di dalam sana. Dia hanya berharap Damian akan mendapatkan ganjaran yang setimpal.

Untuk remaja psykopat, masokis, pembunuh dan bipolar itu. Damian benar-benar sakit jiwa, dan itu berbahaya jika dia selalu di dekat Kakaknya.

Masokis, tak pernah Damian tunjukan karena Queenze mulai berlaku lembut padanya. Sebelum Queenze luluh, dia selalu kasar dan membentak Damian.

Tapi remaja itu malah semakin cinta padanya, ini bisa dibilang masuk ke dalam tahap Obsessi tak terkendali. Jiwanya sudah berantakan diusia mudanya, bahkan 3 tahun lalu dia membunuh adiknya sendiri.

Wong anaknya juga mau dia bunuh kok, Edgar aja mau dia buang kalau aja mimpi itu gak diperlihatkan.

Jika sisi lain ditekan, malah sisi lainnya akan mencuat keatas. Jika sykopatnua ditekan, maka masonya akan timbul.
.
.
.
3 bulan kemudian.

Kita kembali memasuki tempat para pasien di rawat, Damian memiliki ruangan tersendiri. Dimana tak ada apapun selain kasur di dalamnya. Jika ada benda seperti sendok maupun gelas.

Itu akan menjadi alatnya dalam melukai dirinya sendiri, sekarang saja Damian menggigiti bibir bawahnya sampai berdarah. Lalu menjilat darah yang keluar.

Dia semakin gila, apalagi kedua orang tuanya tak lagi menjenguknya "pahit, Darahnya gak enak" Gumam Damian lesu. Dia mau Queenze, dia kangen pada gadis itu.

Bagaimana kabarnya sekarang, apa Queenze sudah sadar dan sembuh? Damiankan mau meluk Queenze lagi dan mendusel di lehernya.

Kedua tangannya di rantai sedangkan kakinya dipasung, dia benar-benar tak bisa kemana-mana. Tak ada celah baginya untuk kabur.

Damian menghempaskan tubuhnya ke kasur dan mengangkat kedua tangannya "Queenze..sejak aku ketemu kamu..aku jadi gila, gila sampai akal sehatku hilang. Kamu harus tanggung jawab.." Racau Damian.

Dia asik meracau disana, tak lama terdengar kerincing kunci dan suara pintu terbuka. Damian bangun dan menatap pintu kamarnya lekat.

Takut jika yang masuk adalah dokter, sebab dia akan di setrum lagi. Damian selalu melawan jika ingin diberi obat, maka dari itu para perawat dan Dokter di bebaskan untuk menyetrumnya.

Itu atas perintah Ziyel langsung.

Kaki jenjang yang tertutupi celana hitam se lutut terlihat, masuk ke dalam kamar dengan perlahan. Damian terpaku kembali, dia melebarkan senyumnya.

"Queenze~" Panggilnya senang, Queenze tersenyum segaris dan mendekat. Ditangannya ada kunci yang berfungsi untuk melepas gembok di rantai Damian.

"Halo Damian" Sapa Queenze santai, senyum miringnya terlihat licik. Damian melompat dalam posisi duduk di ranjang, dia bahagia melihat Queenzenya baik-baik saja.

"Haha, Queen datang" Ucapnya senang, Queenze mengabaikan itu dan membuka gembok rantai di tangan Damian dan pasungnya.

Lalu melempar jauh kunci itu, Damian berdiri dan hendak memeluknya. Tapi terhenti saat Queenze menendang perutnya, sampai dia jatuh ke belakang.

Brugh!

"Aduh..Queen kok gitu.."

Queenze melebarkan senyum jahatnya, dia mendekat ke arah Damian yang duduk di lantai kamarnya. Setelahnya Queenze menendang tubuh Damian.

"Uhuk!..Queen..sakit.." Rintih Damian sambil terbatuk dan mengeluarkan sedikit muntahan yang menetes di sudut bibirnya.

Queenze menjambak dan mandongakan kepala Damian "Ini gak seberapa sama luka yang lo kasih Damian, lo cinta sama gue kan?" Damian mengangguk sekali, meringis saat merasakan sakit yang amat sangat di kepalanya.

"Karena lo cinta sama gue, sini gue kasih lo pelajaran. Biar lo jadi anak baik, yang gak sembarangan bunuh orang" Queenze menghantukan kepala Damian ke lantai dan menyeringai.

Menghempaskan jambakannya dan menekan kepala Damian "Cium kaki gue Damian, lo cinta sama gue kan" Perintah Queenze.

Tangan Damian bergetar, dia menyentuh kaki kanan Queenze yang terhalang sepatu. Lalu menciumnya "Aku cinta sama kamu, jangan tinggalin aku" Lirih Damian memohon.

Queenze melebarkan seringainya, ini adalah caranya membalas dendam pada masokis gila seperti Damian.




















Tbc..

Aku gak suka bertele-tele. Masa SMA...hubungan mereka sangat toxic.

My Crybaby Boy [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang