Agata-9

11.2K 1K 52
                                    

Voment jangan lupa.

Author Pov.

Nampaknya Queenze harus memeriksa telinganya ke ThT, pasti dia salah dengar. Tak mungkin Damian minta nenen seperti anak bayi.

"Apaan sih Dam, jangan ngadi-ngadi deh" Ujar Queenze sedikit ketus, kemudian berdiri dengan baskom air di tangannya. Dia tak memeperdulikan isakan yang kembali Damian keluarkan.

Baginya permintaan Damian tidak normal. "Hiks..Queen marah..tadi katanya gak marah..hiks.." Gerutu Damian dibalik selimutnya. Dia tak tau, cuma dia mau nenen. Itu random sekali.

"Permintaan kamu gak logis, jangan ngaco" Ketus Queenze kemudian keluar. Begitu suara pintu tertutup terdengar, Damian langsung membuka kasar selimutnya.

Bibirnya melengkung ke bawah dan matanya sudah basah, dia terduduk dengan bye-bye fever di dahinya, melirik susu kotak yang tadi dia lempar dan berjalan mengambilnya.

"Queen pelit..hiks..Dami mau nenen" Isaknya lagi, kemudian berjalan ke kasur dan duduk. Mengambil pipet di belakang kotak susu dan membukanya.

Lalu meminumnya "Hiks..peyit" Isaknya dengan pipet yang ada di sela mulutnya. Dia harus dapet nenen, kalau tidak nanti dia ngences, bagaimana pun caranya dia harus dapat.

Tak lama Queenze masuk ke kamar dengan bubur di mangkuk "Diminum juganya tuh susu" Celetuk Queenze, Damian meliriknya sinis dan meneruskan sedotannya.

"Uda ya, aku pulang. Kayaknya juga demam kamu gak tinggi-tinggi banget" Ujar Queenze seraya mengelus kepala Damian. Damian menatapnya dengan kedua alis menukik tajam.

Menghabiskan susunya lalu melemparnya asal, dan memeluk erat pinggang Queenze "Gaboleh, Queen gaboleh pulang" Rengeknya memelas.

Matanya benar-benar memelas dan minta dikasihani "Enggak deh, besok aku ada kelas. Mau pulang" Queen melepas pelukan Damian dan berjalan menuju sofa, lalu mengambil tasnya.

"Baik-baik besok KKN nya, jangan nakal. Koper kamu uda aku siapin, tinggal bawa aja, pokoknya perlengkapan kamu uda beres-"

Tak!

"Aduh!" Queenze segera berbalik setelah kepalanya terkena lemparan sendok besi, dia menatap tajam penuh kekesalan pada Damian.

Sedangkan Damian menutup seluruh tubuhnya dengan selimut dan meringkuk, takut dimarahi Queenze dia tuh "Apaan sih kamu, gaje" Ketus Queenze kemudian keluar.

Keluar dengan kaki yang dihentakan.

BRAK!

Queenze membanting pintu kamar dengan kuat sampai membuat Damian kaget. Matanya berkedut dan bibirnya bergetar.

Mampus Queenze marah padanya.

Sedangkan Queenze berjalan cepat menuju pintu apartemen, dia harus segera pulang karena Gerald juga sakit. Momnya baru saja meneleponnya, dan Gerald hanya mau di urus Queenze saat sakit.

Tapi, belum juga Queenze keluar. Bayi besarnya sudah berlari cepat dari kamar dengan wajahnya yang memerah dan bercucuran air mata.

"Huaaaaaaaa Queen tega ninggalin Damiiiii..hiks..Queeeeeeeeen" Dia memeluk erat kaki kanan Queenze agar gadis itu tertahan tak keluar.

Queenze tetap berjalan dengan menggeret Damian yang menggandul di kakinya "Awas Dami! Aku mau pulang!" Keukeuh Queenze, Damian menggeleng ribut.

"ENGGAK! QUEEN GABOLEH PULANG!! KALAU QUEEN PULANG NANTI QUEEN GAK BALIK LAGI!! QUEEN BAKAL NINGGALIN DAMIAN!! QUEEN JAHAT HUAAAAAAAAAAA"

Ah...Queen lupa, kalau Damian sedang sakit, pikirannya kacau. Yang biasanya Nething jadi makin nething, ini meresahkan sekali.

"Dami, Gerald lagi sakit. Aku harus pulang" Bujuk Queenze. Damian menggeleng ribut "Aku juga sakit...hiks..tapi kamu gaperduli sama aku..hiks..jahat...hiks.." Rengek Damian.

Queenze memijit pangkal hidungnya, pusing dia pusing. Lama-lama Queenze bisa gila "Damian, bukan gitu maksud aku-"

"GAMAU TAU!! POKOKNYA QUEEN GABOLEH PULANG!! GAAABOOOLEEEEH!! GABOLEH!!" Teriak Damian mutlak.

Queenze rasanya mau nangis aja dah "Ayo nenen aja dah, habis tuh aku boleh pulang kan?" tawar Queenze, Damian diam seketika kemudian mendongak. Matanya berbinar.

"Boleh, hihi ayo nenen" Dia langsung berdiri dan menarik tangan Queenze menuju kamar. Sial, hilang sudah harga diri Queenzs sebagai perempuan.

Tapi..tak ada jalan lain, ya tapi...harga dirinya sudah hancur lebur semenjak dia berurusan dengan Damian.

"Aku mau kanan kiri" Mohon Damian lagi, matanya benar-benar senjata terampuhnya.

"Enggak!"

Bibirnya melengkung ke bawah "Hiks..pelit.." Isaknya.

"Yang kiri aja, atau enggak sama sekali ya Damian" Jika Queenze sudah memanggilnya Damian berarti Queenze tak lagi bisa dibujuk.

Mau tak mau Damian mengangguk "Iya deh..kiri juga gapapa" gumamnya lesu lalu naik ke ranjang, dia tidur bersebelahan dengan Queenze yang tengah membuka kancing kemejanya.

Dan menurunkan sebelah bhnya, Damian berbinar, dengan segera meraup benda yang diidam-idamkannya "Cepetan ya" Ketus Queenze, Damian mengangguk.

Dia tersenyum di sela emutannya, matanya sampai membentuk bulat sabit yang indah. Kelebihan Damian yang lainnya terletak pada matanya.

Mata yang selalu memohon, menangis dan berbinar cerah. Dan hanya bersama Queenze saja Damian seperti itu.


























Tbc..

Pagi, jangan lupa voment dan follow.

My Crybaby Boy [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang