Agata-1

25.2K 2K 189
                                    

Haloha~

Author Pov.

Seorang remaja tampan beraut muka dingin tengah berjalan di koridor sekolah. Dia terlambat di hari pertamanya, tapi dia gak perduli sama sekali soal itu.

Wajah menawannya yang terlihat kaku, rambut hitam kecoklatannya yang indah dan lebat. Dia adalah Damian Aelion, Putra tunggal dari pasangan Alisyah Aelion dan Ziyel Aelion.

Usianya baru 17 tahun, tapi tinggi tubuhnya sangat menjulang ke atas.

Dia pindahan dari Amsterdam, orang-orang mengenalnya dengan nama Ian. Dia dingin, ketus, sinis, dan bermulut racun. Apa yang keluar dari mulutnya adalah kata-kata yang menyakitkan telinga.

Dia teringat peringatan dari papanya tadi "Jangan buat ulah" Damian mendengus dingin. "Dikira gue bocil apa" Gumamnya datar.

Damian sampai di kelas barunya, dia langsung masuk tanpa mengetuk pintu, membuat seisi kelas tersentak kaget, sang guru sudah hendak memarahinya tapi terhenti ketika perusuh kelas masuk.

Brak!

Gadis cantik bercepol, seragam yang acak-acakan dan wajah polosan tak bermakeup. Dengan serampangnya dia masuk dan berjalan santai melewati Damian yang terpaku di tempatnya berdiri.

"Agata! Kamu uda terlambat bukannya melapor!!" Sungut guru tadi. Gadis yang dipanggil Agata tadi mengedikan bahunya malas.

"Ibuk kan tau saya telat, ngapai lagi ngelapor" Ujarnya malas, dia meletakan tasnya di meja dan menelungkupkan kepalanya disana.

Damian masih terpaku ditempatnya, ada sengatan aneh di dadanya, mendebarkan tapi tidak menyakitkan. Malahan itu memicu darah sedikit memenuhi pipinya, sehingga rona merah terbentuk.

"Kamu anak baru, kenalin diri kamu" Ujar guru tadi. Damian mengangguk.

"Damian Aelion, panggil Ian. Terima kasih" Ujarnya singkat dan tepat. Mereka semua hanya bisa menngangguk kaku mendengarnya.

"Silahkan duduk di sebelah Agata, AGATA ANGKAT TANGAN KAMU!"

Gadis itu mendecih, kemudian mengangkat tangannya. Damian menahan senyumnya agar tak keluar, dia senang karena bisa duduk bersebelahan dengan gadis itu.

Damian berjalan tenang menuju ke meja gadis tadi, setelah menarik kursi dia langsung duduk "Hai kamu" Sapa Damian ramah. Senyum lembutnya terbentuk, sedikitnya membuat beberapa gadis mimisan karena terpesona.

Gadis itu tak menjawab dan meneruskan tidurnya, Damian menahan senyum lebarnya. Gadis ini adalah gadis yang Damian impikan, gadis yang tidak tertarik padanya.

Nampaknya, Damian bisa bermain dengan gadis ini sejenak. Seperti yang Damian lakukan pada teman gadisnya di Amsterdam sana.

.
.

Jam pelajaran sudah selesai, dan para murid bisa menikmati waktu istirahat mereka, gadis disebelah Damian langsung berdiri dan hendak keluar.

Sedari gadis itu bangun sampai sekarang, Damian tak bisa mengajaknya ngobrol "Maaf, tapi-"

Plak.

"Jangan menyentuhku" Damian terpaku kembali gadis itu menolak sentuhannya pada tangan si gadis tadi. Berujar dingin disertai tatapan dinginnya.

Kemudian gadis itu melangkah keluar kelas, Damian bertepuk tangan di dalam hatinya. Sungguh gadis yang unik sekali, seringai sedikit mengerikan terbentuk "Menarik, Queenze Agata" Gumamnya.

Dia berdiri dan berjalan mengikuti Queenze, mengabaikan antrian para siswi dibelakangnya yang ingin berkenalan. Damian tak tertarik, yang dia mau hanya gadis bernama Queenze itu.

Senyum tak lepas dari wajah Damian, dia terus mengikuti kemanapun Queenze pergi. Dia fikir gadis itu tak sadar dengan keberadaan Damian.

Akhirnya Queenze berjalan ke taman belakang dan berkumpul bersama teman-temannya "Oi Agata, gue gatau kalau lo uda taken" Celetuk salah seorang gadis yang bernama Talia Aldibaren.

Gadis berponytail yang cantik, memiliki kekasih tampan, polos, manja dan menggemaskan. Namun sayang kekasihnya lumpuh. Nama kekasihnya itu Devon Alexander.

Queenze mendengus "Aelah, gue gakenal siapa dia" Celetuk Queenze seraya duduk di sebelah Talia.

Damian segera berbalik dan pergi, masih ada kesempatan lain untuk mendapatkan hati Queenze, mau secara paksa atau secara sukarela.

Damian akan mendapatkan Queenze, dan pasti Queenze akan menjadi miliknya. "Lihat saja, kamu tidak akan bisa lepas dariku" Gumam Damian disertai senyum miringnya.

Dia harus meminta tolong pada Papanya yang menyebalkan itu.





























Tbc..

Rencananya aku belum mao up, btw kisah Talia ama Devon besok aku Up~

My Crybaby Boy [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang